Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Lost In Heart
5.0
Komentar
81
Penayangan
21
Bab

Mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita yang penuh dengan liku. masa kecil yang suram kembali ia rasakan dalam kehidupan Rumah tangganya. Ditinggal oleh Ayah yang pergi dengan Pelakor sejak usia 10 tahun dan kini Suaminya tergoda oleh seorang Pelakor juga. menghadapi kehidupannya hancur total. Pricila Putri Patty berkeras untuk melakukan perjalanan demi mencari ketenangan jiwa. siapa sangka didalam perjalanan ia bertemu dengan seorang Pria yang pernah menolongnya. Yohan Pratama seorang Pria berusia 45 tahun memberikan Cila pengalaman dan pelajaraan hidup yang membuat Cila jatuh hati padanya. Banyak Kisah yang akan ia hadapi selama Perjalanannya menuju Bromo. Akan kah ketenangan Sejati berhasil Cila temui? dan bagaimana kisah asmara antara Cila dan Yohan ?

Bab 1 "what is love "

Chapter 1

Cila menatap pemandangan melalui kaca jendela kereta Jayana Luxury yang melaju kencang dengan sendu. Matanya masih sembab bahkan kini kepalanya mulai nyeri. Ia meraba kepala Ritsleting tas selampang di pangkuannya, membuka dan merogoh seperti mencari sesuatu namun tidak menemukan apapun. Cila menghela nafas panjang, meratapi nasib yang harus dijalaninya sungguh tragis. Apakah dirinya sungguh tidak beruntung? Cila menempelkan kepalanya dikaca jendela. Ia memejamkan mata, berharap bisa tertidur walau sebentar saja. Namun, pikirannya melayang, mengingat kejadian 2 minggu yang lalu.

"Mas, aku mampir ke kantor ya." Begitulah isi pesan Whatsapp yang dikirim Cila pada Dandi Darmawangsa, suaminya. Ia hanya ingin mengajak suaminya makan siang bersama. Namun, Dandi tidak kunjung membalas pesannya. Tanpa pikir panjang Cila melaju dengan mobil pribadinya menuju kantor tempat Dandi bekerja.

"Maaf bu, Pak Dandi sedang keluar. Belum lama berangkat." Ucap salah satu staf yang ditemui Cila.

Cila tersenyum ramah,"Oh, baiklah. Tidak apa-apa. Katakan pada Bapak, bahwa saya datang kemari ya."

Cila segera pergi meninggalkan kantor sambil berusaha menelpon Dandi namun tetap tidak tersambung. Perut Cila sudah tidak bisa di ajak kompromi. Sudah berbunyi sejak tadi seperti ada konser Justin Bieber yang sangat meriah didalam sana. Cila melihat ada restoran Jepang diseberang jalan. Tanpa pikir panjang ia segera melangkahkan kaki ke restoran itu.

Belum lama Cila duduk di salah satu meja yang kosong di sudut ruangan Resto dengan gaya Jepang. Ia mendengar tawa yang sangat ia kenali. Ya, itu suara Dandi suaminya. Dengan cepat ia mencari asal suara itu guna memastikan pendengarannya.

Namun, tubuh Cila tiba-tiba kaku dan tak mampu digerakkan. Nafasnya tertahan dan dadanya sesak. Ia melihat dengan kedua matanya, Dandi, pria yang telah hidup bersamanya selama 5 tahun itu sedang mengecup bibir gadis muda dan cantik yang duduk bersandar didadanya. Sesekali jemari Dandi yang kekar membelai anak rambut yang tertiup angin dan menyentuh pipi gadis itu.

Cila terpaku dan tidak mampu berbuat apapun. Detak jantungnya sangat cepat. Untuk menghampiri mereka berdua pun kaki Cila tidak kuasa. Ia segera bergegas saat melihat keduanya seperti hendak pergi dari resto itu. Tanpa memikirkan perutnya yang kosong, Cila diam-diam mengikuti arah mereka berdua pergi.

Dengan sangat hati-hati Cila mengikuti mobil yang dikendarai suaminya. Ia takut Dandi mengenali mobil yang ia kendarai untuk menguntitnya. Cila, tetap berusasha berpikir positif, ia berharap mereka tidak memiliki hubungan khusus atau apapun. Cila tahu, ia punya banyak kekurangan, ia belum bisa memberikan apa yang Dandi inginkan dalam pernikahannya. Namun, selama ini pula Dandi selalu membesarkan hari Cila jika ia merasa sedih karena omongan orang tentang hal itu.

Kini, Pria yang sangat ia kagumi dan cintai kedapatan sedang bermesraan didepan matanya. Sesekali Cila menyeka bulir air mata yang turun tanpa ia pinta. Kembali ia menenangkan diri dan berpikir bahwa ini tidak seperti yang ia pikirkan.

Namun lagi-lagi kenyataan tidak berjalan sesuai keinginan. Mobil Cila kini berada di Lobby Artemis Hotel. Cila menghela nafas panjang dan segera memarkirkan mobil dan mengejar Dandi yang sudah lebih dahulu masuk kedalam hotel itu.

"Maaf mba, saya mau tanya. Pria yang pakai jas Dongker dengan dasi merah yang masuk bersama seorang wanita yang memakai dress hitam tadi kamar no berapa ya?" tanya Cila pada resepsionis.

"Maaf bu, kami tidak bisa memberikan informasi pribadi tamu ditempat ini." Jawab resepsionis itu.

Cila mengiba pada resepsionis itu, "Tolong mba, tadi itu suami saya dengan seorang perempuan yang saya tidak kenali. Saya sudah mengikuti mereka sejak dari restoran Jepang sampai kesini." Ujar Cila memelas.

"Maaf bu, saya tidak bisa membantu."

Cila menutup wajah dengan kedua tangannya. Tangisnya kini benar-benar pecah. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak mampu berpikir jernih atas apa yang ia alami hari ini, semuanya terjadi begitu cepat tanpa ia sadari.

"Ada apa ini Suci?" ucap seorang pria pada mba resepsionis .

Terdengar resepsionis itu berbisik pada pria tadi. Cila tidak menghiraukan yang mereka lakukan, karena yang ada didalam kepala Cila adalah segera menyusul Dandi dan memastikan apa yang dilihatnya bukanlah hal yang buruk untuk pernikahannya.

Pria itu berdehem, "Maaf bu. Dengan ibu siapa?"

Cila perlahan membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya. "Pricila Putry Patty" jawab Cila sambil mengelap air mata yang membanjiri wajahnya.

Pria itu tersenyum ramah, " Ibu Cila tenang dulu ya. Kami akan bantu semampunya."

Cila mengangkat wajah dan menatap pria itu,"saya hanya perlu nomor kamar yang mereka pesan. Saya janji tidak akan membuat keributan disini." Jawab Cila penuh harap.

Pria itu kembali tersenyum,"boleh tunjukan Foto yang ibu punya pada kami sebagai validasi kalau memang benar pria yang masuk tadi adalah orang yang ibu maksud?"

Cila merogoh tas yang dijinjingnya dan meraih ponsel. Ia membuka Galery Photo dan menunjukan beberapa gambar yang tersimpan diponselnya. Terlihat sesekali mba reseptionis menganggukan kepala dan menunjuk2 gambar yang dilihatnya.

"Baik bu. Saya akan memegang perkataan ibu sebelumnya. Tidak ada keributan." Ucap Pria itu tegas.

"Iya pak. Saya janji tidak akan membuat keributan."

Pria itu mengangguk pelan, "Baik, ibu boleh ikut saya." Ucap pria itu sambil berjalan menuju lift.

Dengan cepat Cila mengikuti pria itu dari belakang. Tubuh Cila gemetar hebat. Antara lapar dan takut menjadi satu. Pria didepannya sesekali menoleh kebelakang memastikan Cila mengikuti arahannya.

"Ini kamar atas nama bapak Dandi Darmawangsa. Dipesan dua hari yang lalu selama tujuh hari. Saya harap ibu menepati janji yang sudah ibu Cila katakan sebelumnya." Ucap Pria itu dengan tegas.

Cila mengangguk pelan. Ia benar-benar tidak bertenaga.

"Saya akan memperhatikan dari lorong diujung sana. Jika terjadi sesuati yang tidak diinginkan saya akan segera datang menghampiri ibu Cila." Ujar Pria itu sambil berjalan meninggalkan Cila didepan pintu kamar.

Cila menatap dalam pintu kamar yang asing didepannya. Tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia harus mengalami kejadian yang menyayat hati seperti ini lagi. Tidak kah cukup hanya masa kecilnya saja? Haruskah kehidupan dan rumah tangganya kembali mengulang cerita lama yang tidak ingin ia ingat?

Cila mengetuk pintu dengan pelan. Ia sedang berusaha menata emosi yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya. Ia harus tetap tenang agar bisa mencerna setiap kejadian yang akan ia alami setelah pintu yang ia ketuk ini terbuka.

"Cari siapa ya?" ujar seorang gadis dari balik pintu, ia seperti menyembunyikan sebagian tubuhnya.

Cila menatap wajah gadis itu. Benar saja, dia adalah gadis yang ia lihat bermesraan dengan suaminya di resto Jepang tadi.

Cila menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan,"Pak Dandinya ada?"

Gadis itu menoleh kedalam. Ia terdengar setengah berbisik pada seseorang yang Cila yakini adalah Dandi suaminya.

"ini ada yang cari kamu." Sahut gadis itu sambil berlari kecil meninggalkan pintu yang sedikit terbuka.

Tanpa pikir panjang Cila segera mendorong pintu itu hingga membentur dinding. Ia lupa harus meredam tenaganya yang tersisa sedikit.

Terlihat seorang pria sedang mengancing kemeja putih terkejut melihat Cila berdiri memaku di pintu masuk.

"Cila.? ujarnya kaget.

Air mata Cila mengalir di ujung kedua matanya. Belum hilang ingatan Cila tadi pagi saat mengambilkan kemeja yang dikenakan Dandi dan memasangkan Dasi berwarna merah yang menjadi favoritnya selama ini. Namun kini ia harus melihat kemeja itu terbuka di depan wanita selain dirinya.

"Apa yang aku lihat ini, seperti yang aku pikirkan,Dan?" ucap Cila dengan suara parau.

Dandi segera berlari kecil menghampiri Cila. "Tenang Cila, aku bisa jelasin semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

Cila mengangkat wajahnya menatap langit-langit kamar itu sejenak, "apa yang bisa kamu jelaskan? Bahwa kamu ketahuan bermesraan di Restauran Jepang tadi dan kedapatan berdua dengan wanita yang bukan istri kamu? Dan sekarang istrimu tepat berada didepan kamu?" ucap Cila dengan suara meninggi.

Dandi menunduk malu. Ia tidak dapat berkelit. Ia sadar akan perbuatannya pada Cila. "Aku minta maaf sayang."

"Jangan panggil aku sayang. Yang kamu lakukan ini bukan arti sayang seperti ucapanmu." Balas Cila. "Jadi kamu mengakui, hubungan sprecialmu dengan wanita itu?" tanya Cila pada Dandi yang tertunduk malu.

"Hubungan ini tidak disengaja, Cil. Aku benar-benar Khilaf. Aku baru bertemu dengannya sebulan yang lalu." Terang Dandi sambil meremas kedua tangannya.

Dandi seperti anak kecil yang ketahuan mencuri makanan dari balik tudung saji. Tidak seperti Dandi yang ia kenal selama ini. Sepertinya Cila harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk yang akan dia hadapi kedepannya.

"Aku tahu, aku salah karena belum bisa memenuhi keinginan kamu, mama dan saudara-saudara kamu agar memiliki momongan. Tapi apakah pantas, aku diperlakukan seperti ini? Dimana Cinta yang sering kamu ucapkan ketika terbesit ingin melakukan hal kejam seperti ini? Apakah semudah itu kamu hilangkan, Dan?"

Dandi meraih kedua tangan Cila dan menggenggamnya erat. "Aku masih mencintai kamu, Cil. Aku enggak mau kehilangan kamu. Tidak bisakah kamu memaafkan kesalahan yang tidak sengaja aku perbuat ini demi rumah tangga kita?"

Cila segera melepaskan tangannya," Apa?! Demi rumah tangga kita? Aku tidak salah dengar? Apa terlintas dalam pikiran kamu, rumah tangga kita saat kamu bermesraan dengan perempuan ini?" bentak Cila.

Cila mendengar langkah kaki dari dalam. Ia tahu perempuan itu pasti mendengar percakapannya. Ia tidak sepenuhnya menyalahkan wanita itu. Namun, entah mengapa Cila sangat ingin mendengar penjelasan dari wanita itu juga.

"Kamu yang didalam! Sini ketemu istrinya juga. Jangan berani ketemu suaminya saja." Ujar Cila dengan nada tinggi.

Wanita itu berjalan pelan mendekati Cila dan Dandi. " Saya tidak merasa harus meminta maaf kepada siapapun. Perasaan saya pada Mas Dandi tulus. Untuk apa saya merasa bersalah pada perasaan yang tulus ini." Ucap Wanita itu dengan mata yang tuju pada Cila.

Cila mengepalkan telapak tangannya. Perkataan wanita ini sangat keterlaluan. Apakah Ia tidak menaruh iba sedikitpun padanya karena panghianatan ini? Minimal terhadap sesama wanita?

"Nama kamu siapa? Apa Orang Tua kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan ini?"

Wanita itu menatap Cila tajam,"Enggak ada hubungannya orang tua saya dengan kejadian ini. Kamu pikir, kamu siapa bawa-bawa orang tua saya. Urusan kamu dengan saya bukan dengan orang tua saya." Ucap Wanita itu dengan nada tinggi.

"Metha, tolong jangan bersuara keras. Banyak orang akan mendengar dan melihat." Sahut Dandi lembut pada wanita yang di sebut Meta oleh Dandi.

"Oh, nama kamu meta?" ujar Cila.

"Iya." Jawab Metha ketus.

"kamu benar mencintai Dandi?"

Metha berjalan menghampiri tas yang tergeletak diatas meja nakas dan merogoh sesuatu. Ia kembali dengan memegang sebuah amplop Putih ditangan kanannya dan memberikannya pada Cila dengan kasar. "kamu butuh bukti yang seperti apa lagi hah?"

Cila melihat Kop Surat didepan amplop tangannya. Tertulis disitu Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermawati. Jantung Cila keakan berhenti berdetak. Bibirnya bergetar, dengan cepat ia merobek amplop itu dan membaca isinya dengan seksama.

Tangan Cila lemas, tanpa sadar ia membalikkan tubuh menjauh dari Dandi maupun Metha. Ia ingin segera melarikan diri dari hadapan mereka. Namun, kakinya tidak mampu berjalan lebih cepat. Dengan langkah gontai ia meninggalkan Dandi yang setengah terkejut melihat isi amplop yang dibaca Cila tadi.

Cila berdiri mematung melihat pintu lift. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk menekan tombol turun. Namun, pria yang tadi mengantarnya dengan sigap menekan tombol turun sehingga pintu lift terbuka.

"Mari bu Cila. Akan saya antar sampai ke lobby."

Cila terlihat kebingungan. Pikiran dan perasaanya kini tidak menentu. Walau ia berusaha sekuat tenaga untuk tenang, namun semuanya itu sia-sia. Keadaan ini sungguh membuatnya kacau. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa ringan dan seketika roboh di dalam lift, beruntung pria itu dengan sigap menangkap tubuh Cila sehingga tidak sampai menyentuh lantai lift.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku