Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Hallo pembaca yang budiman, sedikit informasi saja, Novel Ini bukan novel roman picisan. Ada banyak adegan ranjang di dalamnya. Sangat tidak cocok dibaca under 17. Jadi yg masih bocil, minggir dulu.
******
******
Clara duduk di depan cermin dengan wajah yang sangat tak semangatnya. Pasalnya pria yang ia cintai sebentar lagi akan menikah dengan ibunya. Padahal ia pikir pria itu akan membatalkan rencananya, namun ia salah. Justru Mark tetap melanjutkan pernikahan tersebut.
Alasannya hanya satu, Mark tak ingin mengecewakan calon istrinya yang tak lain adalah ibu kandung Clara.
*****
3 Bulan yang lalu....
Malam ini Clara sedang berada di restoran mewah yang ada di hotel berbintang. Ia hendak menghadiri makan malam ibunya dengan seseorang. Kabarnya orang tersebut adalah calon Daddy tirinya.
Sejak sepuluh tahun yang lalu orang tuanya bercerai, Lauren sang ibu tak pernah lagi terlihat berkencan dengan lelaki manapun dan ini kali pertamanya Lauren mengatakan dan memperkenalkan kekasihnya pada sang anak. Dan itu di saat pemutusan untuk menikah.
Awalnya Clara tak setuju, namun bujukan maminya membuat Clara akhirnya pasrah. Ia pun menyadari jika jodoh seseorang itu tak satu saja. Perceraian menjadi jalan untuk bertemu jodoh ke dua atau ketiga dan seterusnya. Baik itu cerai hidup maupun cerai mati.
Dan untuk status ibunya ini adalah cerai hidup. Yang artinya sampai saat ini Clara masih punya ayah kandung yang masih hidup.
Clara jenuh dan bosan. Sudah lima menit calon dari ibunya itu terlambat dari jadwal yang sudah ditentukan.
"Mom, mana sih pacarnya Mom? Kok nggak datang-datang?" kesal Clara. Gadis itu memberengut.
"Sabar sayang. Bentar lagi akan datang.. katanya sudah dekat dari sini. Tunggu sebentar lagi ya." Bujuk Lauren sembari menggenggam jemari sang anak.
"Tapi..."
"Maaf Lauren, aku terlambat.."
Clara mengangkat kepalanya saat mendengar suara seseorang. Suara bass sedikit serak yang menghantam gendang telinganya, membuat gadis itu seketika penasaran.
Ia tertegun saat melihat seorang pria berdiri dihadapannya dengan balutan casual santai namun terllihat sangat cocok.
Tampan. Itulah yang hatinya sorakan pertama kali. Clara menatap lebih seksama. Rahangnya yang tajam, tubuhnya yang tegap, tatapan matanya bak tatapan mata elang.
"Hai sayang. Kok lama?"
Clara menatap maminya yang merajuk pada pria tersebut.
Fiks, pria ini adalah calon ayah tirinya.
Ya Tuhan, kenapa maminya bisa dapat yang begini. Ganteng dan muda.
"Maaf sayang. Di jalan macet.." jawab pria itu tampak menyesal. Clara melihat mereka berciuman. Dan itu tepat pada bibir.
Oh no. Apa-apaan mereka ini, Batin Clara.
Lauren menggeleng. "Tak apa. Karena aku tahu itu. Tapi tidak dengan putriku,Clara."
Pria itu menatap Clara yang sedang menatapnya. Ia lalu tersenyum membuat Clara sekali lagi kesulitan menahan kecepatan jantungnya. Tuhan, ini jantung kenapa sih.
"Hai, aku Mark.." pria yang bernama Mark itu menjulurkan tangannya pada Clara.
"Aku Clara. Anaknya mami Lauren.." Clara yang terpesona, tanpa sadar menggenggam jemari Mark erat, bahkan nyaris membuat Mark tertegun.
Deheman dari Lauren ,mengejutkan Clara. Dengan cepat Clara melepaskan genggamannya dari Mark.
"Oh! Maaf aku tak sengaja.." ucap Clara.
"It's okay.." jawab Mark.
Mark kembali fokus pada Lauren. Wanita itu mempersilahkan Mark duduk. Mereka saling berbincang bahkan Lauren tak sadar jika calon suaminya di lirik dalam oleh Clara.
Sungguh Clara seketika terpesona dengan kegagahan calon ayah tirinya. Apakah ia salah jika dirinya juga tertarik.
*****
Makan malam berlangsung baik. Mark dan Clara bahkan sudah saling bicara. Kedekatan mereka disambut baik oleh Lauren. Bahkan Lauren sudah bersyukur anaknya bisa dekat dengan Mark. Ia pikir Clara dan Mark akan sulit berbaur, tapi ternyata ia salah. Mark justru mudah memasuki dunia Clara.
Mark adalah bule asal Amerika. Tak ada darah indonesia di tubuh Mark namun ia bisa bicara bahasa Indonesia. Semua itu ia pelajari lantaran terdesak pekerjaannya.
Mark merupakan seorang CEO yang bekerja dibidang perhotelan dan pariwisata di Amerika. Banyak hotel miliknya yang disukai masyarakat di sana.
Dan pertemuannya dengan Lauren pun karena hal itu. Lauren menjadi tamu dihotelnya dan ia terpesona dengan kecantikan Lauren.
Kedekatan Lauren dan Mark sangat ingin berlanjut sampai ke jenjang pernikahan dan Mark perpikir ini sedikit sulit karena Lauren memiliki anak perempuan yang harus ia taklukan.
Pertemuan pertama Mark dengan Clara membuat Mark takjub, ternyata Clara tak kalah cantik dari Lauren. Mereka memang ibu dan anak yang rupawan.
Mark menatap kaca spion yang ada di atas kepalanya. Ia melirik Clara dari sana. Clara tak fokus pada Mark, gadis itu memilih melirik jalan raya.
Hari ini Mark akan menginap di kediaman Lauren. Kebetulan esok pagi mereka harus mengunjungi sebuah butik tempat penyediaan gaun pernikahan.
Sebenarnya Mark meminta untuk membeli saja, jadi akan ada yang spesial dari desainnya, namun Lauren menolak dan lebih memilih menyewa saja. Karena baju pernikahan tak akan bisa dipakai kemanapun, jadi akan sangat rugi apabila dibeli.
Karena jarak dari hotel tempat Mark menginap ke tempar butik itu sangatlah jauh, jadilah Lauren menyarankan Mark menginap di rumahnya saja. Sekalian mereka bisa 'bersenang-senang'.
Tak lama setelah itu, mobil yang Mark kendarai memasuki sebuah rumah mewah. Tentu saja itu rumah Lauren.
Setelah menyimpan mobil di dalam garasi, Mark, Clara dan Lauren segera turun dan masuk ke dalam rumah.
"Clara, kamu tidur dulu ya. Mami masih ada yang mau mami bicarain sama Mark..." ucap Lauren yang diangguki oleh Clara.
Gadis itu langsung masuk ke kamarnya yang ada di lantai satu.
Sebenarnya kamar utama Clara ada di lantai dua, namun ia malas menempati kamar itu, jadilah kamar Di lantai dua lebih banyak diprioritaskan untuk tamu.
Beruntung rumah tersebut memiliki empat kamar. Dua kamar utama dan dua kamar tamu.
Setelah masuk ke dalam, Clara melempar tas yang ia bawa ke atas ranjang king size yang ada di kamsr tersebut. Ia melepaskan blazzernya dan juga tengtop tipis yang membalut tubuh atas Clara, menyisakan bra berwarna merah tanpa tali.
Clara menarik pakaian tidur tipis di dalam lemari pakaiannya. Ia juga melepaskan celananya dan menggantinya dengan baju tidur tersebut.
Sebenarnya untuk ukuran baju tidur, ini bisa dibilang sangat seksi, tapi ia nyaman dan itu tak masalah.
Bahkan baju tersebut sangat menerawang. Memiliki tali yang sangat halus untuk menahan agar tak jatuh, dengan panjang baju yang hanya sampai dibawah bokong sedikit.
Jika tak mengenakan bra, ia bisa dengan jelas melihat puncak dadanya yang siap untuk menyapa.