Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
7.3K
Penayangan
118
Bab

"Athalia! Apa kau masih perawan?" tanya Mahesa. "Aku pastikan adikmu akan mendapatkan perawatan sampai sembuh. Tapi kau harus jadi teman tidurku selama satu bulan," lanjutnya membuat bola mata Athalia membeliak. Kelamnya masa lalu telah membentuk Mahesa menjadi seorang lelaki yang sangat tidak percaya dengan yang namanya cinta. Itu sebabnya ia kerap memandang rendah pada wanita. Tetapi Athalia hadir dengan membawa segala ketulusan yang ia punya. Akankah Athalia mampu membuat Mahesa percaya bahwa cinta itu nyata?

Bab 1 Jadilah Teman Tidurku!

"Athalia. Apa kau masih perawan?" tanya Mahesa. Pertanyaan itu berhasil membuat tubuh Athalia tertegun di tempatnya.

"Memangnya kenapa Anda bertanya seperti itu, Tuan?"

"Aku pastikan adikmu akan mendapat perawatan sampai sembuh. Tapi kau harus jadi teman tidurku selama satu bulan," ucapnya, bola mata Athalia membeliak seketika. Ia tidak menyangka Mahesa akan memberikan penawaran seperti itu.

Athalia memang sangat tahu lelaki seperti apa Mahesa. Dia adalah perwujudan sempurna seorang laki-laki dalam hal fisik. Wajahnya tampan dan tegas, mata abunya selalu bisa membius siapa saja. Terkecuali Athalia yang baru bekerja satu tahun di Anderson Company.

Setiap minggunya, Athalia kerap melihat para model papan atas yang bergantian datang ke ruang kerja Mahesa. Tujuan mereka tentu saja untuk berkencan. Athalia tidak merasa heran dengan hal itu.

Mahesa dengan paras tampan serta kekayaannya mampu menarik wanita kelas atas ke ranjangnya jika ia mau. Melihat wajah tampannya saja, para wanita akan langsung terpikat dalam sekejap mata. Mungkin hanya Athalia saja di kantor itu yang tidak tertarik pada Mahesa.

Hari ini Athalia memberanikan diri datang ke ruang kerja Mahesa, menunduk di depannya untuk meminjam uang. Athalia pun mengatakan uang itu akan digunakan untuk biaya transplantasi adiknya yang menderita leukimia.

Tetapi jawaban lancang itulah yang diberikan Mahesa, membuat wajah Athalia memerah dengan tangannya yang terkepal marah.

"Anda memang bosku. Dan aku tahu dengan uangmu, Anda bisa menghabiskan waktu dengan wanita mana saja yang Anda inginkan. Tapi aku bukan mereka! Lancang sekali Anda bicara seperti itu padaku. Anda pikir bisa dengan mudah menjerat wanita miskin sepertiku ke atas ranjangmu? Itu tidak akan pernah terjadi, Tuan!" tegasnya menggeretakkan gigi.

"Kenapa tidak?" Mahesa mengangkat tangan dan pundaknya di depan Athalia. Raut wajahnya begitu jumawa. "Kau tahu? Sejak kecil, aku sudah terbiasa mendapat apa yang kuinginkan. Aku bukannya ingin menghinamu, tapi kau datang tiba-tiba ke ruanganku, meminjam uang satu miliar padaku, padahal kau belum genap satu tahun bekerja di perusahaan ini. Kau pikir aku ini nenek moyangmu yang bisa kau pinjami uang seenaknya?"

Athalia membisu. Tetapi napasnya menderu, naik-turun karena merasa sangat dihina oleh Mahesa. Athalia bukanlah orang yang gemar meminjam uang. Andai adiknya tak sakit keras, mana mungkin ia senekat ini.

"Aku sedang memberikan penawaran yang terbaik. Kau membutuhkan uangku, dan aku menginginkan keperawanan serta pelayananmu selama satu bulan. Jika kau setuju, aku akan memberikanmu imbalan satu miliar tanpa kau perlu mengembalikannya. Bahkan aku akan membiayai pengobatan adikmu sampai sembuh. Coba pikirkan, Athalia. Tawaranku sangat menarik, bukan?" ujung bibir Mahesa tertarik, melemparkan senyum penuh ejekan.

Athalia menggeram, tangannya makin mengepal erat di kedua sisi tubuhnya.

"Anda sangat licik, Tuan. Aku tidak pernah bertemu orang sebrengsek Anda," bisik Athalia.

Mahesa mengangkat bahunya tak acuh. "Itulah diriku, Athalia." bibirnya menyeringai tipis.

"Aku tahu Anda orang kaya. Tetapi tidak semua wanita bisa Anda rendahkan. Aku tidak sudi memberikan kehormatanku pada lelaki yang lancang seperti Anda." bola mata bulat basah milik Athalia menatap tajam pada bola mata Mahesa yang abu.

Hancur sudah harapan Athalia. Ia pikir, Mahesa akan merasa iba dan berbaik hati meminjamkan uang padanya untuk biaya pengobatan adiknya.

Tetapi kenyataannya Mahesa tak sebaik yang ia pikirkan. Lelaki itu malah meminta hal yang paling Athalia jaga selama hidupnya. Bagaimana mungkin Athalia akan memberikan kehormatannya pada Mahesa?

Mahesa tertawa, sedikit menggoyangkan kursi kerjanya.

"Kau yakin tidak tertarik dengan tawaranku?" tantang Mahesa. "Padahal di lain waktu, belum tentu aku akan memberikan tawaran yang sama padamu. Hari ini aku memang sedang berbaik hati."

"Sepertinya aku telah salah meminjam uang kepada Anda, Tuan. Aku mengurungkan niatku. Permisi!" Athalia menahan marah, ia baru akan membalikan badannya saat Mahesa lebih dulu bicara.

"Kalau begitu aku akan memecatmu hari ini juga!"

Tubuh Athalia membeku demi mendengar apa yang barusan Mahesa katakan.

Dipecat? Memangnya kesalahan apa yang Athalia lakukan sampai Mahesa memecatnya tiba-tiba.

Menatap Mahesa, Athalia menyipitkan matanya.

"Apa alasan Anda memecatku?" tanyanya pelan.

"Kau berani menolakku! Dan aku adalah orang yang paling benci menerima penolakan!" tegasnya pada Athalia.

"Anda sangat tidak adil! Satu tahun aku bekerja di perusahaan ini, dan tidak pernah sekalipun aku melakukan kesalahan. Lalu sekarang Anda memecatku dengan alasan yang paling tidak masuk akal? Di mana hati nurani Anda, Tuan?"

Mahesa mengangkat dagu, wajahnya semakin menantang Athalia.

"Aku memang tidak mempunyai hati. Percuma jika kau mencari simpati padaku. Sudah kubilang tadi, bukan? Kalau aku terbiasa mendapat apa yang aku inginkan." mendorong kursinya ke belakang, Mahesa bangkit berdiri.

Sepatu mahalnya mengetuk lantai, mengelilingi tubuh Athalia yang menegang di tempatnya.

"Sebenarnya aku bisa mendapat seribu wanita yang jauh lebih cantik darimu. Kau tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka. Aku yakin kau sering melihat para wanita yang datang ke ruang kerjaku setiap minggu. Tubuh mereka lebih bagus dari tubuhmu yang kurus. Hanya saja sepertinya akan sangat menarik jika aku mencoba hal yang baru. Entah bagaimana rasanya bercinta dengan wanita yang biasa-biasa saja sepertimu, Athalia." derap kaki Mahesa berhenti tepat di depan Athalia.

Berdiri berhadapan dengan Mahesa, membuat Athalia semakin merasa terintimidasi karena tubuh lelaki itu yang jangkung.

Mahesa mengangkat tangan, hendak mengelus pipi kiri Athalia, namun gagal saat Athalia memalingkan wajahnya segera.

Melihat wajah Athalia yang makin memerah menahan kesal, membuat bibir Mahesa justru semakin menyunggingkan senyum kemenangan.

Tangan lebarnya meraih cek, menuliskan nominal di sana, lalu menandatanganinya.

"Ambil cek ini jika kau setuju dengan penawaran yang kuberikan." Mahesa menyodorkan cek di tangannya pada Athalia.

Athalia menggerakan matanya ke sana, angka satu miliar terpampang jelas di cek itu.

"Jadilah teman tidurku selama satu bulan, maka uang ini akan menjadi milikmu. Tapi jika kau menolaknya, pergilah dari sini dan jangan pernah menginjakkan kakimu lagi di perusahaanku!" ucap Mahesa sambil menyeringai licik.

"Pilihannya hanya dua, Athalia. Terima tawaranku dan selamatkan adikmu, atau kau kupecat dan adikmu tidak akan tertolong!" lanjut Mahesa. Membuat Athalia menelan ludahnya susah payah.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Syifa Safaah

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku