Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
"Leooooo ... k-kamu!”
Viola membelalakkan matanya tidak percaya akan apa yang sedang dilihatnya saat ini. Kekasih yang ia cintai setahun belakangan sedang bercinta dengan wanita lain.
Leo terkejut bukan main melihat Viola memergoki dirinya sedang bercinta dengan Selly. Ia tidak menduga Vio akan ke apartemennya.
"V-viola, i-ini ...” Leo tergagap. Belum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba sebuah
tamparan telah melayang di pipinya.
"Apa-apaan ini, Leo? Kenapa kau menghianatiku?” jerit Vio sambil memukul-mukul dada Leo.
Sementara Selly buru-buru memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai.
"Viola, dengarkan dulu penjelasanku!" jawab
Leo disela-sela pukulan yang dilayangkan Viola di dadanya.
Viola yang sedang emosi, tidak mau mendengarkan penjelasan Leo. Ia terus saja melampiaskan kekesalannya pada kekasihnya itu.
Selly yang telah berhasil memakai pakaiannya kembali, dengan santainya berjalan mendekati
Leo yang sibuk menenangkan Vio.
"Apa-apaan ini, Honey? Siapa dia sebenarnya?” tanya Selly sambil menunjuk Vio yang masih
mengamuk.
Belum sempat Leo menjawab pertanyaan selingkuhannya itu, Viola langsung menarik rambut wanita itu dan menjambaknya dengan keras. Dirinya benar-benar emosi melihat
wanita tidak tahu diri itu.
"Aku kekasih Leo, kalau kamu mau tau? Dasar jalang sialan!”
Vio terus menjambak rambut Selly untuk melampiaskan amarahnya. Sebenarnya ia ingin
menangis, tapi harga dirinya terlalu tinggi, hingga ia melakukan hal impulsif, yaitu memukul jalang tersebut untuk melampiaskan emosinya.
"Lepaskan aku, wanita sialan! Lepaskan rambutku! Honey, tolong aku!" Selly berteriak
histeris karena kesakitan.
Sementara Vio yang sangat marah dan sakit hati, tak menghiraukan teriakan wanita itu lagi. Gadis itu terus saja menarik rambut dan memukul wanita pelakor perebut kekasihnya
itu.
"Lepaskan dia, Vio! Kamu ini apa-apaan, sih? Barbar sekali kamu!"
Leo yang sudah berhasil memakai boxer-nya kembali, berusaha melerai Vio dan teman
kencannya tersebut.
"Apa? Barbar katamu?”
Tangan Vio pun akhirnya kembali mendarat di pipi Leo. Sungguh dirinya tidak percaya, Leo malah membela wanita itu daripada dirinya. Dia bahkan tega menyebut dirinya bar-bar.
Wanita mana yang tidak akan marah jika berada di posisinya sekarang?
"Kamu bilang aku barbar. Lalu ini apa, hah? Kamu tega menghianatiku, Leo. Kamu
sungguh jahat, teganya kamu melakukan ini padaku," mata Vio pun memerah,
sekuat tenaga ia menahan tangisnya agar tidak pecah di hadapan lelaki berengsek
itu.
Sungguh ia tidak menyangka, orang yang ia kasihi dan selalu perhatian serta menyayanginya setahun belakangan, tega-teganya tidur dengan wanita lain. Yang membuatnya tambah emosi adalah melihat raut wajah kekasihnya yang tampaknya sama sekali
tidak merasa bersalah terhadapnya.
Leo yang tersulut emosi karena ditampar Vio, akhirnya menjawab dengan lantangnya. “Tega
katamu? Ya, aku tega, Vio. Apa yang kudapatkan darimu selama setahun ini selain
ciuman dan pelukan, hah? Aku ini lelaki normal, Vio. Kebutuhanku juga harus disalurkan. Kamu tidak pernah mau kuajak tidur selama ini, kan? Jangan salahkan aku mencari pelampiasan!" jawab Leo tak mau kalah.
Vio sungguh panas hati mendengar ucapan Leo. Jadi selama ini, hanya tubuhnya yang diinginkan Leo, bukan cinta suci seperti yang ia rasakan pada Leo selama ini.
"Dasar berengsek!” Viola menampar Leo sekali lagi dengan keras. "Aku
bukannya tidak mau tidur denganmu. Aku hanya ingin mempersembahkan kehormatanku untuk suamiku kelak. Kalau kau menginginkanku, kau bisa menikahiku, bukan tidur
dengan jalang ini,” jawab Vio menahan tangisnya.
"Cih,
mimpi kamu! Aku masih ingin bebas, Vio. Kamu terlalu tinggi menilai dirimu,” ejek Leo sinis sambil berjalan mendekati selingkuhannya, kemudian memeluknya mesra di depan mata Vio.
"Mending
kamu pulang saja sana! Gangguin orang aja,” cibir Selly sinis mengejek Viola sambil bergelayut mesra di pelukan Leo.
Dengan geram Viola berlari mendekati Leo, menendang pangkal pahanya lalu mendorong wanita itu. Sungguh hatinya begitu panas mendengar ucapan Leo dan jalangnya itu.