Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjerat Pesona Bos Nathan

Terjerat Pesona Bos Nathan

CHANIE

5.0
Komentar
12
Penayangan
2
Bab

Karena membutuhkan uang untuk berobat ibunya. Nathalie terpaksa menerima misi dari seseorang yaitu menggoda bosnya sendiri. Namun, setelah misinya selesai. Ada kabar jika ibunya tengah celaka di jalan, tapi untungnya ada seseorang yang membantunya. Dan wanita yang membantunya adalah teman dekat ibunya sendiri. Setelah berbicara, ibunya Nathalie meminta bantuan untuk menjaganya karena ibunya kini sudah tidak bisa melakukan apapun kecuali mendapatkan bantuan. Akhirnya, teman dekat ibunya menyuruh Nathalie untuk tinggal bersama teman ibunya itu. Sebuah kejutan muncul seketika. Wanita yang sudah membantu ibunya dan membiayai ibunya adalah orang tua dari Nathan, bosnya sendiri. Awalnya dia sangat shock ketika melihat Nathan yang sedang mengambil makanan saat Nathalie keluar dari kamarnya sendiri. Di sinilah, cerita mereka di mulai. Lantas, apa mereka akan bertengkar terus-menerus jika mereka se-atap?

Bab 1 Suatu Misi

"Apa saya harus melakukan itu semua, Nona?"

Nathalie tidak percaya bahwa dia harus mengambil peran sebagai wanita lain demi mendapatkan uang untuk mengobati ibunya dan pria yang harus dia goda adalah bosnya sendiri.

Sungguh pasti itu sangat menegangkan.

"Saya akan membayarmu dua kali lipat dari uang pengobatan ibumu kalau kau berhasil menjalankan peranmu dengan baik dan aku memutuskan Nathan, bagaimana?" tawar Grace.

"Dari mana dia tau sih?" batinnya masih tidak percaya.

"Jangan tanya kenapa aku mengetahui itu semua. Kamu cukup melakukan apa yang aku suruh dan apa yang sudah aku janjikan akan aku kasih ke kamu."

Nathalie terdiam sejenak, kemudian menghembuskan napasnya kasar.

"B–baik."

"Ta-tapi..., bagaimana kalau saya sampai dipecat dari sini, Nona?"

"Tenang saja Nathalie. Kamu tidak akan dikeluarkan dari tempat ini. Percaya padaku," ucap Grace meyakinkan.

"Terus, kenapa Nona tidak bilang sama dia langsung?" tanya Nathalie tanpa ragu.

"Saya tidak berani karena dia terlalu baik sama saya. Maka dari itu saya menyuruhmu." Grace menjawab dengan santai.

Nathalie terdiam sejenak, apa Grace gila menyuruhnya untuk berbohong di depan mereka?

Sepertinya ini dosa terbesar untuknya karena sudah menjadi penengah di antara mereka.

Dia menghembuskan napasnya pelan dan memejamkan matanya sekilas.

Tiba-tiba saja ada telepon masuk, segera dia mengambil ponsel di tas. "Tunggu sebentar."

Nathalie menjauh dari Grace untuk mengangkat teleponnya dari ibunya itu.

"Hallo Ibu?"

[Hallo nak? Apa kamu masih di sana? Ibu nitip obat ya? Stok obat Ibu sudah habis di sini.]

Nathalie terdiam sejenak dan memejamkan matanya sekilas. Dia menghela napas pelan. Sepertinya dirinya harus mengiyakan perkataan Grace barusan. Dia membutuhkan uang itu.

"Baik Bu, nanti Nathalie belikan ya? Nathalie kerja dulu. Sampai nanti."

Nathalie mematikan ponselnya, kemudian kembali untuk berbicara dengan Grace.

"Baiklah, saya akan berpura-pura menjadi kekasih Nathan. Tapi-apa Nona serius untuk ini? Sebenarnya saya tidak mau kalau terlibat dalam masalah kalian terlalu dalam Nona," kata Nathalie.

Karena jujur dia tidak ingin masuk ke dalam masalah orang yang tidak kenal dekat dengannya. Apalagi menjadi orang ketiga.

Grace seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh Nathalie barusan, kemudian tersenyum lebar padanya.

Wanita itu menepuk pundak Nathalie. Nathalie melirik kearah tangan Grace kikuk.

"Tenang saja Nathalie, saya yang akan menanggung semuanya. Lagipula, saya sudah tidak menyukai Nathan. Saya sudah lelah karena yang di prioritaskan itu pekerjaannya, bukan aku."

Nathalie terdiam sejenak. "Jadi ... apa yang harus saya lakukan sekarang?"

Grace membisikkan sesuatu tentang apa yang harus dilakukannya nanti.

Nathalie menghembuskan napasnya kasar.

"Good job!" Grace menepuk pundak Nathalie sekilas, sebelum meninggalkan dirinya di tempat itu sendirian.

Nathalie menghembuskan napas kasar, semoga saja setelah ini tidak ada masalah yang akan membuat namanya hancur hanya karena masalah ini. Kalau tidak dipaksa mungkin saja dirinya tidak akan menerima semua itu.

***

Nathalie menghentikan langkahnya di depan ruangan Nathan. Dirinya menghembuskan berkali-kali dan memejamkan matanya sekilas untuk menahan rasa gugupnya saat ini.

"Apa aku harus masuk ke dalam?" batin Nathalie masih ragu.

Cling! Suara ponsel miliknya kini berbunyi. Dia melihat notifikasi dari Grace, wanita itu menyuruhnya untuk cepat-cepat masuk ke dalam ruangan Nathan.

"Oke, demi ibu. Ayolah! Ini cuma sementara kan?" batin Nathalie.

"Semangat Nat!" ucapnya pelan untuk menyemangati dirinya sendiri.

Nathalie terdiam di tempat sana ketika melihat sepasang kekasih yang terlihat berbicara serius di sana.

Begitu dirinya di sana, semua pandangan ke arahnya dan terasa seram dari yang dia pikirkan. "Astaga, apa yang harus aku katakan?" batin Nathalie seperti ingin menjerit di dalam hatinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nathan nampak heran.

Nathalie menatap Nathan seketika, sesekali menatap Grace yang berada di sana.

"Hallo, Nathan Sayang." Nathalie tersenyum lebar dan mendekat ke arah pria itu sembari mengalungkan tangannya ke leher pria tersebut.

"Sepertinya serius sekali kamu sama rekan kerja kamu?" lanjutnya.

Pria itu nampak bingung dan segera menepis tangannya spontan. "Apa maksudmu hah?"

"Kenapa kamu bicara seperti itu sih Sayang?" Nathalie mengkerucutkan bibirnya seakan dirinya kesal dengan perlakuan yang diberikan oleh Nathan.

Pria itu memejamkan mata dan memalingkan wajah sekilas.

Oke, sepertinya bosnya ini sudah ingin meledak-ledak.

"Astaga, apa-apaan kau ini hah! Mau saya telponkan satpam biar kau bisa pergi dari sini?!" Nathan nampak emosi dan mendekat ke arahnya juga.

"Jahat sekali sih kamu," ucapnya sedikit merajuk.

Nathan berdiri dari tempat duduknya, spontan Nathalie ikut berdiri di sana.

"Maksud dia apa Nathan? Apa kamu punya pacar selain aku hah?" Grace angkat bicara.

Mereka spontan menatap Grace.

"Grace lebih baik kamu percaya sama aku ya?" Nathan mencoba untuk meraih tangan Grace, namun di tepis oleh wanita itu.

"Percaya apanya? Kan kita sudah lama pacaran. Kamu lupa heum?" Nathalie ingin memeluk lengan kekar milik Nathan. Namun segera ditepis oleh pria itu.

"Stop! Nathan. Lebih baik kita ... cukup sampai di sini, jangan cari aku lagi!" ucap Grace sebelum pergi dari ruangan itu.

"G-Grace!" Nathan hendak ingin mengikuti Grace, namun Nathalie menahan pria itu.

"Mau ke mana, Nathan?"

Nathan nampak menatapnya dengan wajah marah dan menepis tangannya cepat. "Mau kamu apa sih hah! Uang! Saya akan memberikan semuanya! Tapi jangan membuat cerita yang tidak-tidak di depan saya dan juga kekasih saya, oke!" bentak pria itu.

Pria itu terdiam sesaat, sebelum berbicara kembali. Napasnya terlihat terengah-engah, sudah terlihat wajah cemas menyelimuti wajah pria tersebut.

"Sekali lagi kau berani memperlihatkan batang hidungmu di hadapan saya lagi, saya tidak tinggal diam, mengerti!" Nathan menunjuk-nunjuk wajah Leona sebelum keluar dari sana.

Nathalie menghela napasnya kasar. "Astaga, sepertinya dia sangat marah," batinnya sembari memegang jantungnya yang berdetak dari tadi.

"Sepertinya aku harus minum," ucapnya kemudian keluar dari bilik ruangan Nathan.

Nathalie melihat notifikasi dari mbankingnya. Cukup banyak, bahkan lebih yang dijanjikan oleh Grace.

'Hi, Nat. Makasih sekali lagi ya. Saya sudah mengirimkan lebih dari yang sudah saya janjikan.'

Beberapa kata yang di kirim melalui via WhatsApp dari seorang Grace hanya membuatnya menggelengkan kepala sembari menyesap minuman coffe yang baru dibuatnya di dapur.

"Bukannya dia bersyukur malah dia menyia-nyiakan pria seperti ini, cih!"

Tiba-tiba saja ada telepon masuk dari nomor yang di kenal. Keningnya mengkerut. "Siapa lagi?" batinnya, dia segera mengangkat teleponnya.

"Hallo?"

"Hallo, Nona Nathalie?"

"Iya, benar saya sendiri."

"Saya dari pihak rumah sakit Nona. Saya ingin menyampaikan kalau ibu Nona kini di rawat di rumah sakit Dr. Luna."

Deg! Detak jantungnya hampir saja berhenti berdetak. Dia tidak percaya jika dirinya ditelpon dengan pihak rumah sakit.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh CHANIE

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku