Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ISTRI LUMPUH TUAN NATHAN

ISTRI LUMPUH TUAN NATHAN

Ayesha Razeeta

5.0
Komentar
5.8K
Penayangan
35
Bab

"Aku mengira kau benar-benar bisa mencintaiku, Nathan. Rupanya, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari dirimu." _Violetta_

Bab 1 Nyonya Baru

"Kau mau kemana?" tanya Violet yang melihat pria yang baru saja menikahinya kan keluar dari kamar. Nathan tidak peduli, dia membuka pintu dan keluar dari kamar dengan membanting keras pintu.

Violet yang masih duduk di kursi rodanya hanya menggigit bibir bawahnya karena penolakan Nathan. Pria yang dia cintai diam-diam. Nathan- suaminya.

"Apa kau benar-benar melupakanku?" cicitnya menunduk, dia tidak tahan. Hatinya terlalu sakit.

Sepanjang malam Violet tidak juga bisa memejamkan mata, harusnya malam ini menjadi malam membahagiakan baginya tetapi dia harus sadar, suaminya tidak akan pernah melihat wanita cacat seperti dirinya.

Violet tersenyum getir, dia memencet tombol di kursi rodanya dan membawanya ke sebuah sofa. Dia memutuskan untuk tidur di sana karena takut kalau suaminya akan marah jika dia tidur di kasur.

Perlahan dia memindahkan diri ke sofa dan membaringkan tubuhnya dengan perlahan. Menghela napas pelan lalu berusaha memejamkan mata. Dari sudut matanya terlihat jelas air matanya mengalir. Violet menangis dalam diam.

Lama menunggu akhirnya dia terlelap dengan tangan yang terjatuh ke bawah menyentuh lantai. Untung saja ada karpet bulu lembut yang menghalangi kulitnya tersentuh langsung dinginnya lantai.

Tengah malam Nathan pria sudah menjadi suaminya masuk ke dalam kamar. Wajah datar yang terkesan dingin membuat siapa saja akan menganggap Nathan tidak tahu cara tersenyum dan tertawa.

Nathan masuk kamar melewati sofa yang dimana ada Violet disana, dia tidak peduli dan tidak akan pernah peduli dengan wanita yang menurutnya akan menyusahkannya seumur hidup.

"Kau bahkan tidak bisa mengurus dirimu sendiri lalu bagaimana kau bisa menjadi istri?" Nathan memperhatikan wajah lelap Violet yang tertidur dengan tangan menjuntai ke bawah.

Sekali lagi pria tampan itu menghela napas. Dia hanya memperbaiki tangan Violet di atas perut lalu meninggalkannya. Dia mengantuk dan ingin tidur.

Pagi hari nya Violet terbangun dengan keadaan kamar yang sudah sepi. Perlahan dia membangunkan diri dengan bantuan tangannya, badannya terasa sakit karena memaksa tertidur di sofa.

"Aku terlambat bangun." Gumamnya

Baru saja dia akan memindahkan diri ke kursi roda, pintu kamarnya terbuka, menampakkan seorang wanita berbadan gempal masuk dengan senyum mengembangnya. Violet menyambut senyuman itu dengan hangat.

"Selamat pagi, Nyonya, biar saya membantu anda." Violet tidak bisa menolak karena wanita yang mengaku bernama Bi Susi itu sudah membantunya naik ke kursi rodanya.

"Terima kasih Bi." Violet tersenyum ramah. Bi Susi hanya tersenyum lembut dan menyiapkan air mandi untuk mandi sang nyonya baru.

Violet yang biasa mengerjakannya sendiri tidak bisa menolak saat Bi Susi mengatakan bahwa yang dilakukannya adalah karena perintah tuan muda.

"Dimana Nathan?" tanya Violet setelah dia sudah menyelesaikan mandi dan akan mengambil baju gantinya.

"Tuan sudah berangkat sejak pagi, Nyonya." Bi Susi membantu Violet menggunakan pakaian walau berulang kali wanita berusia 20 tahun itu menolak. Bi Susi terkejut saat melihat punggung sang nyonya yang terlihat membiru seperti luka baru.

Violet menyadari dan tersenyum sambil memegang tangan renta Bi Susi. "Rahasiakan ini dari siapapun, ya Bi?" mohon Violet.

"Saya akan meng olesi dengan salep, nyonya tunggulah di sini." Bi Susi sudah keluar dari kamar dan kembali membawa salep yang memang baru saja dibelinya kemarin. Kebetulan sekali.

Wanita gempal itu masih memikirkan dari mana sang nyonya mendapatkan luka baru, karena tidak mungkin sang tuan yang melakukannya.

"Terima kasih Bi." Kata Violet, dia bisa merasakan sensasi dingin pada luka-lukanya.

Seharian Violet hanya di kamar saja, tidak ada yang bisa dia lakukan karena Bi Susi melarangnya melakukan apapun, dia bosan tentu saja, setelah pernikahannya kemarin paman dan bibinya belum juga berkunjug. Violet tersenyum getir, dia seolah melupakan bahwa memang mereka tidak pernah menganggapnya ada.

Bahkan pernikahan yang terjadi juga karena mereka walaupun memang Violet sangat senang karena akhirnya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.

Sore harinya Violet meminta izin ke taman samping rumah, di sana ada gazebo. Wanita dengan rambut panjang yang terikat it uterus saja memandang ke depan sampai tidak menyadari bahwa suaminya sudah kembali.

Violet menghentikan kursi rodanya saat melihat sang suami yang tengah berpelukan dengan seorang wanita cantik dan seksi di ruang tamu. Sepertinya si wanita sudah akan pergi karena terlihat sudah membawa serta tasnya.

"Malam nanti datanglah aku bisa menunggumu." Jelas Violet mendengar kata-kata itu untuk suaminya yang tersenyum dan mengelus wajah cantik di hadapannya.

Sakit sekali hati Violet. Dia hanya bisa meneteskan air mata menyaksikan keduanya yang saling berciuman tanpa malu ada pelayan yang melihatnya. Violet yang tidak tahan menyaksikannya memutar kursi rodanya dan kembali ke taman belakang.

"Kenapa rasanya sangat sakit." Violet memegang dadanya yang terasa sangat nyeri.

Dari ekor matanya Nathan bisa melihat bagaimana Violet yang menangis. Ini memang rencananya dan dia akan membuat Violet sendiri yang meminta cerai padanya.

Setelah kepergian Cindy naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Namun setelah menikah dengan Violet dia terpaksa juga harus turun ke lantai bawah karena tidak ingin repot membawa naik Violet setiap harinya.

Hari sudah hampir gelap barula Violet masuk ke kamarnya. Dia tersenyum getir karena sudah tahu dimana suaminya saat ini. Violet mencoba berdiri dengan abantuan tiang ranjang, namun baru saja kakinya akan menahan berat badannya dia sudah terjatuh.

Nathan yang kebetulan masuk kamar melihat Violet yang sudah terjatuh, dia membantu dan menaikkannya diatas ranjang, sementara Violet sudah menahan tangis karena rasa sakit yang tiada tara.

"Kau bodoh? Kenapa harus berdiri? Kau lupa kalau kau lumpuh?" Nathan terus marah karena kebodohan Violet, dia sudah menelpon dokter karena tidak ingin membawa Violet ke rumah sakit.

"Aku hanya ingin berdiri. Aku tidak ingin menjadi beba –,"

"Tapi nyatanya kau memang beban Vio." Nathan menarik rambutnya kesal dia menatap Violet lekat, "Dokter akan datang kau tunggu. Dan ingat jangan pernah melakukan hal bodoh itu lagi, menyusahkan sekali."

Violet menggigit bibir bawahnya, "Karena aku tidak ingin menjadi beban untuk itu aku belajar berdiri, Nathan ...." Lirihnya melihat punggung kokoh itu sudah meninggalkan kamar.

Beberapa menit setelah seorang dokter datang memasuki kamar yang Violet tempati, dari yang Violet lihat dokter ini seusia dengan suaminya hanya saja mungkin karena dia dokter dia lebih banyak tersenyum dan berkata manis.

"Jadi bagaimana dokter, apakah ada kesempatan saya sembuh?" tanya Violet berharap agar mendapatkan angin segar.

"Sebagai dokter tentu saja saya juga berharap agar nona bisa segera berjalan kembali, dan saya bisa melihat ada kemungkinan besar." Kata Andara dokter dengan wajah tampan dan senyum manis. Tetapi bagi Violet suaminya jauh lebih tampan walau tidak memiliki senyum sedikitpun.

"Jadi saya bisa berjalan lagi?" antusias Violet.

"Kita bisa memeriksa ke dokter khusus untuk kasus yang nyonya alami." Kata Andara dia bisa melihat istri dari temannya ini sangat bersemangat untuk sembuh.

"Nathan tidak akan setuju." Gumamnya dengan nada suara yang kecil.

"Aku akan membujuknya, nyonya tenang saja." Andara meyakinkan.

"Dokter janji?" Andara mengangguk.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ayesha Razeeta

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku