icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjebak Pesona Nathan

Terjebak Pesona Nathan

Adelia17

5.0
Komentar
26K
Penayangan
136
Bab

Bertahun-tahun Davina memendam cinta pada Nathan Evano tanpa berani memperlihatkannya karena mengira dia bukan tipe perempuan yang disukai oleh lelaki itu. Sepuluh tahun setelah mereka berpisah, takdir mempertemukan mereka lagi dalam kesalahpahaman yang menimbulkan berbagai pertanyaan tanpa jawaban. Nathan yang Davina temui, tidak seperti Nathan yang ia kenal sepuluh tahun lalu. Ralat! Tidak sepenuhnya berbeda karena karakternya saat bersama gadis itu masih sama. Akan tetapi, diam-diam bekerja sama dengan suatu badan intelligence membuat laki-laki tampan itu tampak berbeda dan penuh misteri. Lalu, siapakah sebenarnya lelaki yang Davina temui? Benarkah dia Nathan Evano, teman masa kecilnya dulu? Atau seseorang yang kebetulan berwajah sama? Kisah romantis berpadu dengan adegan menegangkan akan membuat kalian penasaran dengan cerita ini. Mohon bijak dalam membacanya.

Bab 1 Ciuman Pertama

“Ouch!” seru Nathan terkejut.

Sore hari di pusat kota Singapura, seorang laki-laki dengan topi pet dan pakaian serba hitam, sengaja menubruk Nathan.

Tanpa merasa bersalah, laki-laki itu berlalu begitu saja dan meninggalkan Nathan yang segera menyadari bahwa ada sesuatu di dalam saku celana bahan yang dikenakannya.

Nathan, yang memiliki nama lengkap Nathan Evano Dharmendra, mengayunkan langkah dengan santai menuju ke sebuah taman kecil yang sepi dan ia segera mengaktifkan earphone khusus seraya menyambungkan bluetooth pada jam tangan yang dimasukkan oleh seorang laki-laki tadi ke dalam saku celananya.

Setelah siap, Nathan menekan salah satu tombol untuk mendengarkan sebuah pesan suara. “Pembagian warisan yang tidak merata menjadi masalah besar dan ancaman bagi sebagian besar orang yang bahkan tidak ada sangkut pautnya. Besok, di bagian kedatangan, menjelang waktu istirahat, berkas bertuliskan isi warisan itu harus diambil dan diserahkan pada pemilik yang sebenarnya.”

Usai pesan suara diperdengarkan, layar pada jam tangan menunjukkan semua detail yang harus diingat dengan cepat oleh Nathan, lalu tulisan menghilang dan jam tangan berubah fungsi menjadi penunjuk waktu biasa.

Pesan itu hanya untuk didengarkan sekali dan sebagai sleeper agent, Nathan tidak merasa terkejut dengan cara penyampaian pesan yang seperti itu. Pun pesan yang terdengar aneh itu mampu dicerna dengan baik oleh Nathan. Ia tahu, ada tugas untuknya besok di bandara.

***

Sementara itu di Pulau Bali.

"Jadi, kamu lulusan sarjana?" Arsenio bertanya setelah meminum hot americano di atas meja.

Davina menengadahkan wajah, lalu berdeham untuk memberi respons.

"Bukan masalah. Itu tidak memalukan. Sebenarnya aku baru saja lulus S2," sambung Arsenio.

"Oh ya?" Davina bertanya seolah ia tertarik dengan topik pembahasan ini.

Arsenio mengangguk dan menambahkan, "Namun, aku belum punya tabungan untuk pernikahan."

Ada nada lesu yang bisa Davina dengar dari pria yang baru saja ia kenal sepuluh menit yang lalu.

"Jadi, Davina, jika kita menikah nanti, bisakah kamu tetap bekerja?" tanya Arsenio.

Itu hanya perasaannya saja atau memang benar pria itu sedikit aneh?

Bukankah kebanyakan pria lebih suka istrinya berada di rumah? Apalagi jika laki-laki itu berasal dari keluarga konglomerat seperti Arsenio. Biasanya mereka lebih suka wanita tinggal di rumah saja.

"Kamu tidak keberatan jika aku tetap bekerja?" Davina bertanya untuk memastikan.

Arsenio mengangguk mantap.

“Walaupun aku anak orang kaya, namun aku tidak memiliki tabungan sedikit pun. Sedikit bayangan saja untukmu, setelah menikah nanti, orang tuaku mungkin tidak akan memberiku uang bulanan. Jadi, sebaiknya kamu tetap bekerja. Itu akan sangat membantu keuangan kita di masa depan.” Arsenio berkata.

Balasan tak terduga itu langsung membuat mulut Davina terbuka. Sial! Pria macam apa Arsenio itu?

Pria itu lulus S2, tetapi belum bekerja. Lalu ingin mempersuntingnya menjadi istri hanya untuk menafkahi?

Sangat tidak waras!

Tidak lagi peduli dengan tata krama, Davina yang terlalu kesal segera meraih tas selempang yang diletakkannya di atas meja dan beranjak meninggalkan Arsenio, pria yang dikenalkan Mira untuk kencan buta dengannya.

“Davina? Kamu mau ke mana? Aku belum selesai bicara! Bagaimana dengan minuman ini? Siapa yang akan membayar?” seru Arsenio.

Semua tamu yang ada di dalam cafe praktis memandang ke arahnya. Namun, Davina tidak berhenti. Gadis cantik dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda itu tidak memedulikan seruan Arsenio dan terus melangkah pergi.

Siapa yang ingin bertemu? Laki-laki itu, bukan? Biar saja dia yang bertanggung jawab membayar minumannya. Lagi pula Davina hanya memesan air mineral. Itu tidak mungkin menguras habis rekening orang tua Arsenio.

Senja sudah berlalu, tetapi langit masih belum terlalu gelap.

Kebetulan cafe berada di dalam mall yang berhadapan langsung dengan pantai. Davina yang merasa kecewa segera berlari keluar dari dalam mall menuju ke Pantai Kuta dan berteriak sekencang-kencangnya, “Argh! Kenapa kalian semua senang mengatur acara kencan buta untukku? Kenapa kalian semua ingin mengatur hidupku? Kenapa memangnya kalau aku belum menikah? Apa aku pernah menyulitkan hidup kalian? Apa kalian tidak tahu kalau sikap kalian itu membuatku benci dengan diriku sendiri? Aku benci kalian semua! Aku benci?!”

Davina terengah-engah sambil membungkuk dengan kedua tangan memegangi lutut untuk mengatur napas yang terasa sangat sesak. Keadaan itu sungguh membuatnya frustasi.

Beruntung pantai sudah sepi. Pengunjung yang masih ada di sana pun tidak memedulikan dirinya.

Davina seketika duduk di atas pasir sambil melepaskan sepatu heels berwarna hitam yang dikenakannya. Ia lalu menengadah ke langit, membiarkan butiran air mata jatuh ke pipinya yang putih mulus.

Davina Ismajaya, putri dari pasangan suami istri Pramudya Ismajaya dan Indri adalah seorang gadis berparas cantik yang sangat tertutup dan lebih suka bicara seperlunya.

Kebanyakan orang di sekitarnya selalu mengira gadis itu tidak pernah memiliki masalah. Siapa yang menyangka, hilangnya pesawat dengan tujuan ke Singapura beberapa tahun silam telah merenggut nyawa kedua orang tuanya?

Badai hidup yang dilalui semasa ia remaja itu yang membentuk karakter Davina menjadi seperti sekarang ini.

Setelah merasa lebih baik, Davina pulang ke rumahnya yang berada di area Jimbaran dengan berjalan kaki sambil menunduk. Penampilannya terlihat sangat berantakan. Tangan kanannya memegangi sepatu heels dan ikatan rambutnya sudah ia lepas.

Setibanya di rumah, Davina langsung mandi air hangat dan sesudahnya ia segera menyalakan laptop untuk memesan tiket perjalanan menuju ke Singapura.

Semuanya terjadi begitu saja. Davina bahkan sudah melunasi pembayaran dan memesan kamar hotel untuk tiga malam. Besok Davina akan berlibur ke Singapura.

***

Keesokan harinya di bandara Changi, Singapura.

Nathan terlihat semakin tampan dalam kemeja putih bergaris vertikal biru muda lengan panjang yang dilipat sampai siku, berpadu celana panjang jeans warna biru tua.

Laki-laki itu berjalan dengan raut wajah datar seolah tidak sedang memperhatikan apa pun, padahal di balik kacamata hitamnya ia sedang menunggu sosok pria paruh baya yang akan segera melewati pintu masuk dari arah kedatangan pesawat.

“Target berada di arah tepat pukul dua belas, Tuan,” Suara seorang kepercayaan terdengar jelas di telinga Nathan.

“Berapa kali aku harus mengatakan agar kamu berhenti memanggilku tuan?” ujar Nathan dalam bahasa Inggris sembari mempercepat langkahnya. Ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ketika pria paruh baya yang dimaksudkan sedang berhenti di sebuah konter untuk membeli nomor telepon yang baru dan melepaskan genggamannya dari koper berukuran kecil untuk mengambil dompet di saku celana.

Tanpa ragu, Nathan menukar koper dan bergerak ke arah pintu keluar.

“Oh, tidak! Pria tua itu memiliki pengawal. Aku ketahuan!” Nathan berkata seraya berbelok ke arah yang lain.

“Alihkan perhatian! Aku siap mengurusnya,” sahut Mark, orang kepercayaan Nathan.

Nathan melihat seorang pengawal sudah hampir mendekat ke arahnya, tetapi masih terhalang oleh rombongan tour yang baru datang. Secara kebetulan ia melihat seorang gadis berambut panjang hitam kecokelatan yang baru saja melepas kacamata hitamnya melangkah mendekat ke arahnya.

Tak ada waktu lagi! Nathan menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya sampai semua pengawal bergerak melewati mereka.

Nathan sukses membuat gadis itu terbelalak karena mendapatkan ciuman yang tiba-tiba.

Sesaat setelah Nathan melepaskan panggutannya, mereka berdua saling berpandangan.

“Davina?”

“Nathan?”

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Adelia17

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku