Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Ini hari terakhirnya mengikuti UN di SMK nya, dan katanya ini juga angkatan terakhir yang akan melaksanakan UN karna UN akan segera di hapuskan. Tidak terasa akhirnya dia akan segera lulus dan menjadi mahasiswa kemudian akan menjalankan hidup nya seperti yang sudah direncanakannya.
Berkuliah di luar kota, memiliki teman-teman baru yang berasal dari berbagai kota ahh dia tidak sabar rasanya untuk itu. Yahh walaupun saat ini ia sedang mengerjakan soal IPA yang selama dia bersekolah di SMK ini hanya dipelajari di tahun pertama saja dan sekarang sewaktu UN malah ada pelajaran IPA. Guru hanya bisa memberinya buku pelajaran dari kelas 10-12 yang ada di perpustakaan untuk dipelajari dalam waktu singkat.
"Huftttt." Hembusan nafasnya terasa berat melihat rumus-rumus kimia fisika atau apalah itu yang ada di komputer di hadapannya.
"Stttt Deaa," Panggil temannya pelan takut ketahuan pengawas.
Dea yang dipanggil hanya menolehkan kepalanya melihat temannya yang ada disebelah sambil memberikan gerakan seperti bertanya 'apa?kenapa?'
Tangan temannya bergerak membentuk angka 15 pertanda dia ingin tahu jawaban Dea nomor 15.
"Aku ngasal Dith." Jawabnya sambil memperlihatkan wajah letih nya dengan rumus-rumus yang ada didepannya.
"Gapapa, aku udah pusing banget."
"C."
Edith mengacungkan jempolnya pada Dea dan segera menjawab soal di komputer miliknya.
Maafkan dirinya jika nilai UN nya dalam IPA dibawah rata-rata karena 80% persen jawabannya adalah perolehan dari cap cip cup.
Waktu terus berjalan, begitupun Dea yang sudah selesai mengerjakan UN nya di menit-menit terakhir juga teman-temannya, Edith dan Raina. Mereka bergegas mengambil tas nya yang di kumpulkan didepan kelas sebelum masuk tadi kemudian keluar dan langsung pergi ke kantin.
“Marilah pulang marilah pulang marilah pulangggg bersama-samaaaaaa.” Edith bernyanyi sambil keluar kelas dengan tingkahnya.
“Makan dululah baru pulang.” Sanggah Raina, Dea hanya tertawa.
Ini sudah pelajaran terakhir, kantin sebenarnya juga sudah tutup tapi mereka selalu membawa bekal dengan alasan agar lebih hemat, tentu juga agar uang saku mereka bisa menjadi tambahan untuk jalan-jalan. Terlalu malas makan pada jam istirahat karena tidak banyak waktu untuk istirahat saat UN, kedua karna mereka tau jika kantin akan full dan akan sulit mendapatkan tempat duduk. Maka dari itu mereka memilih untuk makan saat pulang, agar lebih leluasa.
"Gila mumet banget anjir ngerjain soal begitu. Bayangin aja kita cuman dapet setahun pelajaran IPA trus UN di keluarin. Iya gapapa kalo materi cuman pas dikelas 10 doang lah ini." Oceh Edith yang begitu kesal.
"Iyaya, trus angkatan kita juga katanya angkatan terakhir UN. Enak banget adek kelas ga kedapetan UN." Sahut Raina membenarkan.
Sedangkan Dea sudah asik dengan bekal yang dibawanya dari rumah.
"Hallo maniez maniez quhhh." Sapa Rahman the one and only laki-laki yang berteman dekat dengan mereka.
"Baru keluar?" Tanya Raina.
"Udah dari tadi tapi aku ngerundingin mau futsal dimana sama anak-anak."
Yah, seperti yang terlihat dan seperti yang kalian tahu, jelas saja si Rahman ini mau berteman dengan mereka karena pacarnya, belahan jiwanya dan cintanya adalah teman Dea dan Edith.
"Ini makan," Raina menyodorkan kotak bekal lain yang dibawa untuk Rahman makan, Raina tidak selalu membawakan Rahman bekal, kadang juga mereka bisa saja makan bekal sama-sama.
"By the way, Man si Adam mana?" Tanya Dea sembari berdeham salah tingkah.
"Gak cape apa mengagumi dia mulu. Dia juga udah ada cewek De." Jawab Rahman. Raina yang mendengar itu melotot kan matanya.