Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Unfinished Story

Unfinished Story

Mis R

5.0
Komentar
379
Penayangan
10
Bab

Tumbuh dari keluarga Broken Home bukanlah hal yang diinginkan Nesya. gadis yang sekarang berusia dua puluh empat tahun itu kini harus memikul beban sebatang kara karena menjadi korban keegoisan dari kedua orang tuanya. Hidupnya semakin hancur setelah kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Pacar yang selalu ada untuknya juga pergi tanpa kabar dan alasan yang jelas. Karena keperawanannya telah direnggut, tidak ada gunanya lagi mempertahankan kehormatan, gadis itu memilih bekerja menjadi penari erotis. Tidak selamanya berjalan lancar, Nesya terlibat dalam masalah besar. Hal itu membuatnya berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Simak cerita lengkapnya di Novel "Unfinished story"

Bab 1 PROLOG

"hello, welcome to my live."

"uhm, Thank you Sir."

Ucap seorang gadis sambil berbincang di depan kamera handphonenya. Dengan nada lembut dan manja gadis itu selalu berhasil menggoda setiap penonton yang notabene adalah lelaki hidung belang, mereka rela menghamburkan uang demi menyaksikan tarian erotis dari gadis yang sedang live di sebuah platform khusus 21+.

Gadis itu adalah Nesya, sudah sekitar dua tahun terakhir dia menjalani pekerjaan sebagai penari erotis online, sebelumnya ia bekerja sebagai kasir disebuah mini market kecil di ibukota. Namun karena memiliki bos toxic serta gaji yang tidak mencukupi ia akhirnya memutuskan untuk menjadi penari erotis di sebuah platform khusus 21+.

Pekerjaan yang di jalaninya sekarang dikhususkan untuk menghibur para pria kesepian yang menyukai masturbasi. Tidak perlu ijazah ataupun persyaratan lain. yang dibutuhkan hanya penampilan menarik serta keterampilan dalam menggoda dan bergoyang, itu saja cukup untuk menghasilkan banyak uang ketika mulai bekerja di platform ini.

Laki-laki yang bergabung di dalamnya rela mengeluarkan banyak uang demi menyaksikan tarian erotis dari beberapa gadis muda di seluruh dunia yang salah satunya adalah Nesya.

Karena Nesya sudah lama bekerja di platform tersebut, ia lumayan terkenal, Ada sekitar sepuluh ribu penonton setiap kali Nesya melakukan siaran langsung. untungnya dari banyak penonton hanya sedikit laki-laki yang berasal dari Indonesia, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang luar negeri yang tingkah mesumnya lebih terbuka di banding dengan orang Indonesia.

"hmm,no. I'm sorry sir."

Ucap Nesya pada penonton yang memintanya untuk membuka pakaian. Nesya tidak menuruti permintaan mereka yang memiliki permintaan di luar kodar, gadis cantik itu tidak segan-segan menolaknya walaupun dibayar dengan ratusan dollar, ia berpikir akan sangat berbahaya jika video bugilnya dilihat oleh penonton Indonesia yang diam-diam juga bergabung dalam platform tersebut.

"uhm, ah."

Nesya mencoba mengusir kecewa dari hati penontonnya, gadis itu mendesah sambil sesekali menggigit bibir bawahnya seraya meremas-remas dua gundukan besar yang meluap ke permukaan, sembari menggoyangkan pinggul dengan lincahnya, geliatan tubuh seksi Nesya tak henti menimbulkan sedikit area terlarang yang sebenarnya tidak boleh diperlihatkan.

Mukan gadis itu memerah mengisyaratkan sebuah tanda bahwa ia sedang orgasme ketika melihat tubuh seksinya sendiri yang terpampang dari kamera handphone. Tak ingin terbuai, Nesya mencoba menahan hasratnya. Sudah beberapa kali gadis itu menggigit bibir bawahnya karena tidak tahan dengan hasrat yang memuncak.

Ingin sekali ia melampiaskannya namun bingung dengan cara apa, tidak mungkin kan harus menyewa berondong hanya untuk menyalurkan hasrat yang nikmatnya hanya sesaat.

Beginilah jika bekerja sebagai pemuas nafsu orang lain, mau tak mau ia juga harus terlibat didalamnya. Bagi Nesya, taka apa jika ia harus menjalani pekerjaan hina dan memalukan ini. toh ia juga menikmatinya dan tidak ada orang yang tahu jika dia bekerja seperti ini, kecuali Cika sahabatnya sendiri.

hasilnya juga lebih menjanjikan dari pada harus kerja keras siang malam di minimarket. Tanpa pekerjaan ini dia tidak mungkin bisa menyewa apartemen mewah yang sekarang ia tinggali. Berkat pekerjaan ini juga ia bisa membiayai pendidikan Rifki, adik kandungnya.

***

"Nes!, lo udah selesai live nya?" teriak Cika dari luar kamar.

Nesya menutup menutup handphonenya dan membuka pintu kamar.

"udah dong, sekarang giliran lo."

"ya ampun, Nes, lo live masih gitu-gitu aja, haha emang penonton puas?"

"gua ambil aman aja Cik."

"ya ampun bestie, kenapa? Lo takut kesebar ? penonton itu gak mungkin sebarin video kita, kalo ketahuan mereka bisa kena hukum nanti, jadi lo tenang aja bestie "

"Dasar cewek bar-bar.emangnya gua lo! Yang gak ada takut-takutnya?"

"sekarang lo jangan kemana-mana. Perhatiin cara gua live biar bisa dapetin ratusan dollar. Oke?"

Cika duduk di ranjang empuk Nesya dan memulai siaran langsungnya di platform yang sama dengan Nesya.

Nesya duduk tepat di hadapan Cika .ia memperhatikan Cika yang tampak memberikan arahan pada Nesya agar mendapat saweran yang lebih fantastis. Sebenarnya Nesya sendiri agak gelid an risih melihat penampilan Cika yang lebih berani darinya.

Jika dibandingkan dengan dirinya, keterampilan menari Cika lebih hebat. Cika juga tidak segan-segan memakai pakaian yang lebih seksi di banding Nesya, baju mini yang dipakai Cika hanyalah hiasan yang menutupi dada dengan pay*d*ra besar miliknya dari sebuah titik hitam yang haram siperlihatkan. Cika juga memakai rok mini tanpa dalaman apapun.

Cika menggigit jarinya sambil mengayunkan kaki jenjang yang menyilang menutupi sedikit area terlarang miliknya. Ia kemudian memulai tarian erotis yang membuat siapapun penontonnya akan panas dingin.

"Cik,cik lo ngapain?"

Bisik Nesya pelan. Namun Cika mendekatkan jari telunjuknya ke bibir,ia mengisyaratkan Nesya untuk diam dan cukup memperhatikan saja.Nesya menurtinya walapun merasa risih.

"Ok sir I;m coming please keep your promise to pay more if do that."

"Nes, perhatiin nih ya, ini waktu yang pas buat dapetin saweran tinggi."

Gadis itu mulai membuka bajunya dengan pelan hingga terlihat dua gundukan besar di dadanya. saat itu juga penonton di siaran langsungnya mulai meningkat dan memberikan saweran dengan nominal yang bermacam-macam.

***

Setelah sekitar 45 menit, akhirnya Cika menutup siaran langsungnya.

"gimana bestie,penampilan gua? "

Ucap cika pada Nesya.

"gila bestie, lo berani banget."

"kalo gak berani gak mungkin bisa dapat segini."

Jawab Cika sambil menunjukkan saldo yang ia dapat dari hasil siaran langsung beberapa menit yang lalu.

"wah,serius ini hasil hari ini doing? Gila banyak banget."

"iya dong, besok kita shopping. Gua yang traktir."

"uwah serius nih, aduh baik banget bestie aku.makasih ya."

"sama-sama bestie, lo belum sholat kan? Lo sholat dulu gih sana, habis itu gua nyusul.

Nesya kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Walaupun dengan pekerjaan seperti itu Nesya selalu taat melaksanakan shalat lima waktu. Ia tidak perduli jika shalatnya diterima atau tidak.

Baginya wanita pendosa juga berhak melaksanakan kewajiban dan meminta ampunan pada Yang Maha Kuasa.

Tidak sampai sepuluh menit melaksanakan sholat, Nesya masih duduk bersimpuh di atas sajadah merah miliknya.

Cika memperhatikan gerak-gerik Nesya yang berulang kali menghela nafas, bukan sekali ini saja,tetapi setiap berada di waktu yang senggang Nesya seperti memikirkan sesuatu yang sangat berat, hingga membuatnya khawatir.

Nesya yang masih bersimpuh tampak memandangi sebuah foto usang, dalam foto tesebut terlihat satu orang perempuan dan laki-laki. wajahnya tidak begitu jelas namun masih bisa dikenali. Mereka adalah orang tua Nesya.

***

"kenapa sih harus mereka yang gua benci." ucap Nesya sambil mengelus foto tersebut.

Tanpa sengaja Cika mendengar rengekan Nesya, ia kemudian menghamprinya dan mencoba menghibur Nesya.

"Sabar Nes, sabar, nanti juga mereka bakal nyesel nelantarin loh! " jawab Cika.

"emang harusnya gitu Cik, gara-gara mereka hidup gua hancur."

"lo yang sabar ya, gua dulu juga gitu, tapi semenjak orang tua gua udah gak ada akhirnya gua mulai iklas. Lo harus bisa berdamai sama masa lalu"

Mendengar ucapan Cika, Nesya terdiam sejenak, pikiran tentang masa lalunya kembali mengambang, ia tampak membendung air mata yang sebentar lagi akan meluap ke permukaan. Mudah sekali jika mendengar kata iklas, setelah sekian lama ia menelan pahit atas kelakuan orang tuanya sendiri.

sudah beberapa tahun semenjak dicampakkan oleh Nur dan Gozali, Nesya belum juga bisa menerima hidupnya sekarang. Baginya kekacauan yang ia lalui adalah dampak dari kesalahan Nur dan Gozali.

orang tua yang tidak bertanggung jawab itu mungkin sudah bahagia dengan keluarganya masing-masing, berbeda dengan Nesya yang harus menderita seorang diri di kota sebesar ini. Tidak adil rasanya jika Nur dan Gozali tidak memuai karma, setidaknya mereka juga harus menyesali perbuatan mereka karena sudah mencampakkan Nesya dan Rifki.

"Udalah Nes, kalau lo mau nangis, tinggal nangis aja. Biar pikiran tenang." Ujar Cika

Nesya sudah tidak tahan lagi, ia menumpahkan seluruh air matanya sambil memeluk Cika.

"hiks, hiks gua, guaa gak bisa gini terus Cik, gua harus bisa ngelupain masa lalu gua."

"iya, iya Nes, gua ngerti kok perasaan lo.sekarang lo tarik nafas dan istighfar. Lo tenang ya, ada gua kok yang selalu ada buat lo. "

"thanks ya Cik, udah jadi sahabat terbaik gua."

"sama-sama bestie ku yang cantik."

Nesya merasa lega karena sudah meluapkan isi hatinya, ditambah Cika juga bisa menguatkan mentalnya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi di dalam hidupnya. Jika saja tidak ada sahabat seperti Cika mungkin sekarang ia sudah bunuh diri.

Waktu itu saja Nesya hampir pernah ingin mengakhiri hidupnya dengan terjun dari jembatan ,namun Cika dengan sigap menahannya. Cika kemudian memberikan Nesya tumpangan hidup dan mencarikan Nesya pekerjaan. Hingga akhirnya mereka kenal lebih dekat dan selalu berbagi kisah satu sama lain. layaknya saudara kandung, tidak ada kemunafikan diantara keduanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku