Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kimberly seorang sekretaris sebuah perusahaan ternama. Mempunyai keterampilan yang tak ada tandingannya. Wajah cantiknya membuat siapapun akan jatuh hati pada pesonanya. Lulusan S3 di universitas negeri. Karirnya yang melonjak tak membuatnya lupa akan kewajibannya sebagai seorang istri.
Ya, Kimberly sudah memiliki seorang suami yang sangat ia cintai. Menikah lima tahun lalu tak membuatnya menyerah akan mimpinya. Tentu saja dengan dukungan penuh suaminya.
Kimberly yang sedang sibuk menjemur pakaian di halaman rumah sederhananya harus berlari saat mendengar suara yang menggema ke seluruh rumahnya.
"Uhuk ... Uhukk ...." kebulan asap dari dapur membuat Kimberly tak henti batuk-batuk.
Mata sipitnya membulat saat melihat dapurnya yang berantakan. Seorang pria tinggi dengan bahunya yang lebar sedang mencoba menghilangkan asap yang terus keluar dari penggorengan yang hampir menjadi abu.
Marcel, seorang musisi terkenal dengan segala multitelentnya. Meraih banyak teropi penghargaan atas karya-karya yang sudah ia ciptakan. Kaki jenjang dengan tubuh atletis. Hidung mancung serta kulit yang kuning langsat. Menambah kesempurnaan ketampanannya. Jatuh cinta pada Kimberly dan menikahinya lima tahun lalu.
Meski ia sempurna dalam dunia musik, namun ia adalah bodoh dalam hal mengurus rumah. Seperti saat ini.
"MARCEL! KAU INGIN MEMBAKAR RUMAH HAAH?"
Itu Kimberly yang akan selalu teriak mengeluarkan suara terjeleknya. Bahkan para burung yang sedang asyik bertengger melompat, maksudnya terbang dengan cepat saking terkejutnya.
Marcel hanya nyengir lebar menunjukkan gigi rapihnya itu. Dan kaki jenjangnya sudah bersiap berlari tatkala Kimberly dengan sigap berlari sambil membawa sapu ke arahnya.
Bhukk ... Bhukk ... Bhukk ...
Namun, langkahnya selalu kalah oleh kaki mungil itu.
"Sorry ... Ahh ... Sorry Kimberly ..." Marcel mengambil sapu yang digunakan Kimberly dan membuangnya ke sembarang tempat.
Kimberly semakin membulatkan matanya saat Marcel menangkap tangannya yang sedang menggantikan tugas sapunya.
Cup!
"Sorry ... Hehhe." Tawa yang dibuat Marcel serta kecupan kecilnya tak mampu mencegah rona merah di pipi Kimberly. Bahkan amarahnya pun sudah hilang seketika.
"Aku kan sudah bilang biar aku saja yang masak," rajuk Kimberly.
"Hehhe ... Aku ingin membuat sesuatu yang lezat di ulang tahun pernikahan kita tahun ini. Tapi, sepertinya aku gagal. Sorry."
"Huuuhh ... Kalau begitu ganti wajan yang kau hanguskan itu dan-"
"Eits ... Tapi kado spesialku tidak gagal. Mau mendengarkannya?"
Kimberly mengernyitkan dahinya. Ia mengikuti langkah Marcel yang menarik tangannya ke arah ruang kesayangannya itu.
Mana lagi jika bukan studionya. Bahkan Kimberly masih belum berani masuk jika tak mendapatkan ijin. Sebenarnya Marcel tak pernah melarang Kimberly untuk masuk. Malah ia mengijinkan 24 jam. Namun, karena sesuatu yang terjadi dulu dan membuat Kimberly trauma, Kimberly tak pernah ada niat untuk memasuki ruangan itu.
Seperti yang diucapkan Marcel tadi. Kini ia sudah duduk di kursi keramatnya. Mengotak-atik sejenak perlatannya. Dan ... Menekan enter.
Kimberly tersenyum lebar saat mendengar alunan merdu yang keluar dari speeker yang terletak tak jauh darinya. Marcel tersenyum senang melihat Kimberly yang menikmati lagu hasil ciptaannya. Dan tak lama suara bas itupun menyanyikan sebait puisi yang menyentuh hati Kimberly.
Mata Kimberly menyorotkan kebahagian yang tak akan pernah ia lupakan. Begitupun Marcel. Berhenti mengalunkan puisinya. Mendekatkan dirinya dan memberikan sebuket bunga yang terdapat cincin bertaburkan berlian.
Kimberly tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Terlebih saat Marcel memasangkan cincin itu. Berdampingan dengan cincin nikah keduanya. Kimberly hanya mampu menitikkan air mata bahagia. Diangkat tubuh Kimberly. Dan terdengar kikikan kecil dari bibir mungil itu.
Sekali ... Dua kali ... Tiga kali ... Marcel terus menghujamkan kecupan- kecupan kecilnya.
"Terimakasih ... Karena masih terus berusaha untuk tetap mencintaiku dan berada disisiku. Kimberly ... I love you."
"Terimakasih juga karena selalu mencintaiku dan tak pernah meninggalkanku. I love you ... Marcel."
Dan kedua bibir itupun saling menyatu. Menyalurkan rasa cinta yang terus tumbuh di hati keduanya.
***
Kini Kimberly sudah kembali kedunia nyatanya. Ia memasuki sebuah perusahaan. Langkahnya selalu disertai sapaan semua pegawai di sana. Posisinya sebagai sekretaris pemilik jabatan tertinggi membuatnya dihormati dan disegani. Meski begitu, kemurahan hatinya serta sopan santunnya membuat tak satu pun dari mereka merasa iri. Karena mereka berpikir, jika Kimberly layak dan pantas mendapatkan posisi tersebut.
Matanya terbelalak saat melihat rangkaian bunga yang sangat besar. Bertuliskan selamat atas ulang tahun pernikahannya yang ke lima. Kimberly tersenyum saat tau siapa yang mengirim itu padanya.
Dilain sisi, Marcel sedang sibuk menjelaskan materi di kelasnya. Kepopulerannya membuat ia mendapatkan tawaran sebagai dosen di salah satu universitas swasta terkenal saat itu.