Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Affair With My Boyfriend's Lover

Affair With My Boyfriend's Lover

putriistory

5.0
Komentar
73.8K
Penayangan
135
Bab

Jessica Aurellie Kinanti, seorang gadis yang sudah mandiri di usianya yang masih muda. Pernah di tinggalkan kekasihnya menikah membuat Jessica trauma dan menutup hatinya kepada lelaki siapa pun yang mendekat kepadanya. Hingga suatu hari Evelyn, sahabatnya mengenalkan kekasihnya kepada Jessica. Sejak pertemuan pertama dengan Jason, Jessica langsung menaruh hati kepada lelaki itu. Jessica bahkan sering bermimpi liar tentang Jason. Diam-diam Jessica menjalin hubungan dengan Jason yang juga menaruh hati kepadanya. Jessica dan Jason pun menjalin hubungan dibelakang Evelyn. Saat hubungannya dan Jason semakin dalam, tiba-tiba saja Evelyn mengumumkan soal rencana pernikahannya dengan Jason. Lantas apa yang akan Jessica lakukan. Akahkah ia akan membiarkan Jason menikah dengan Evelyn di saat keperawanannya sudah di rebut oleh lelaki. Atau Jessica akan tetap mempertahankan hubungannya dan mengorbankan persahabatannya dengan Evelyn? "Aku pikir kamu sahabat sejatiku. Tetapi ternyata aku salah, kamu tidak lebih dari seorang perempuan murahan yang menghancurkan kebahagiaan ku!"

Bab 1 Jessica Aurellie Kinanti

Jessica merapikan blazer yang ia kenakan untuk bertemu dengan kliennya. Jessica adalah seorang pemilik Wedding Organizer yang cukup terkenal di Jakarta. Jessica memulai bisnisnya mulai dari nol sampe sekarang ia sudah cukup sukses di bidangnya itu. Sudah banyak pesta pernikahan yang ia tangani dan berakhir sesuai yang di inginkan.

Jessica sendiri belum menikah. Dia masih sibuk dengan kesendiriannya setelah di tinggal tanpa alasan oleh Nicholas, mantannya. Ditinggal oleh orang yang sangat ia cintai itu membuatnya menjadi sosok yang tertutup dan selalu menyeleksi lelaki yang ingin mendekatinya. Jessica yang ingin kejadian di masa lali terulang kembali.

Jessica menatap dirinya di pantulan cermin. Tak menyangka ia akan menjadi sosok gadis yang seperti ini. Gadis yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Bahkan di usianya yang masih dua puluh tahun, Jessica sudah tinggal sendiri. Menghidupi dirinya sendiri dan jauh dari orang tuanya.

"Terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini."

Jessica tersenyum manis. Masih jelas terasa bagaimana rapuhnya ia dulu saat di tinggalkan Nicholas. Dunianya terasa hancur. Jessica bahkan sempat kehilangan jati dirinya. Namun sekarang, setelah dua tahun, Jessica berhasil bangkit dan menjadi gadis yang mandiri dan tahan dengan masalah apapun.

Jessica mengambil tasnya dan berjalan keluar dari kamar. Menyusuri satu persatu undakan tangga. Jessica mengunci pintu utama rumahnya dan masuk ke dalam mobil. Menyalakan mobil itu menuju salah satu restaurant terkenal di Jakarta untuk meeting dengan kliennya

Selang berapa lama, Jessica telah sampai di restoran. Jessica mengedarkan pandangannya ke segala penjuru restoran dan menemukan sepasang kekasih yang tengah berbincang hangat. Sepasang kekasih itu adalah klien yang ingin ia temui.

Jessica melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah sepasang kekasih itu. Jessica tersenyum manis. "Selamat siang, Pak, Bu. Maaf saya terlambat."

Sepasang kekasih yang bernama Maura dan Jeffri itu membalas senyuman Jessica. "Silahkan duduk, Bu."

Jessica kemudian duduk di depan Maura dan Jeffri dan membuka laptopnya. Jessica tidak mempunyai waktu lama, karena setelah ini, ia akan bertemu dengan Evelyn, sahabatnya.

Everlyn Anastasia adalah sahabat Jessica dari kecil. Keduanya adalah sahabat sejati. Tak jarang Jessica menceritakan semua masalah yang ia miliki kepada Evelyn, dan Evelyn akan senang hati membantu Jessica menyelesaikan masalah yang ia miliki.

"Jadi bagaimana konsep pernikahan yang Bapak dan Ibu inginkan?" tanya Jessica sembari tersenyum manis. Jessica harus selalu terlihat ramah kepada semua orang. Senyum di wajahnya juga tidak boleh hilang. Itu adalah kunci pekerjaannya berjalan dengan lancar.

Maura dan Jeffri saling berpandangan dan saling berpegangan tangan. Lima tahun menikah, akhirnya Maura dan Jeffri melanjutkan hubungan keduanya ke jenjang yang lebih serius.

Maura kembali menatap Jessica. "Kita mau konsep weedingnya di pantai dan santai. Kami berdua hanya ingin mengundang beberapa teman dekat saja. Acaranya harus di buat sesantai mungkin seperti party-party anak muda pada umumnya."

"Dan jangan lupa sediakan wine juga," kata Jeffri menambahi. "Kami benar-benar ingin membuat acara pernikahan kamu sesantai mungkin dan semua orang yang berada di acara itu menikmatinya."

Jessicca manggut-manggut mengerti mendengar ucapan yang keluar dari mulut kliennya. Tak lupa Jessica juga mencatat hal-hal yang penting. Jessica tidak mau ada yang terlewat sedikitpun dengan konsep pernikahan yang kliennya inginkan.

Setelah berbincang cukup lama dengan kliennya, Jessica menutup laptopnya dan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Sedikit terlambat untuk menemui Evelyn di cafenya.

"Baik Bu, saya sudah mencatat semua hal yang penting untuk konsep pernikahannya. Jika masih ada hal yang ingin ibu atau bapak sampaikan kepada saya, bapak atau ibu bisa menelfon saya untuk meeting kembali," kata Jessica dengan sopan.

Pandangan Jeffri sedari tadi tidak lepas menatap Jessica. Tatapan Jeffri juga seperti ini memangsa Jessica. Jessica yang merasa sedikit risih dengan tatapan Jeffri itu hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain tanpa melihat sedikitpun ke arah Jeffri.

"Baik, nanti saya akan mengabari kamu lagi," kata Jeffri sembari menatap Jessica dengan tatapan nakalnya.

Memang tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Jessica. Tubuh molek serta wajah cantik gadis itu mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya. Bahkan tidak sedikit dari kliennya yang mengajak Jessica berkencan hanya untuk sesaat saja sebelum menikah. Tetapi Jessica selalu menolak ajakan itu.

Jessica tersenyum kaku mendapat tatapan nakal seperti apa yang Jeffri lakukan kepadanya. Merasa sudah tidak ada hal yang pernah ia bahas dengan Maura dan Jeffri lagi, Jessica pun memasukkan laptopnya ke dalam tas dan berdiri dari duduknya.

"Baik pak, bu, saya pamit pergi dulu."

Saat Jessica mengulurkan tangannya kepada Jeffri, Jeffri membalas uluran tangan itu dengan mengusap tangan Jessics lembut. Jeffri juga mengerlingkan matanya kepada Jessica.

Mendapat usapan di tangannya, membuat Jessica seketika menarik paksa tangannya. Jessica tetap bersikap tenang dan seperti tidak terjadi apa-apa. Lalu, Jessica berpamitan kepada Maura dan Jeffri.

"Selamat siang."

Jessica melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan keduanya. Saat merasa tempatnya sudah jauh, Jessica pun menghentikan langkahnya dan mengusap dadanya. Jessica akhirnya bisa bernafas lega karena ia terbebas dari tatapan nakal lelaki itu.

"Gila. Dia sudah memiliki kekasih dan ingin menikah. Tetapi dia masih menggodaku seperti ini. Benar-benar lelaki gila!"

Jessica merapikan penampilannya dan kembali melangkahkan kakinya. Baru selangkah, Jessica tidak sengaja menabrak seseorang dan membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang. Jessica menatap ke depannya dan melihat jika seseorang yang ia tabrak adalah lelaki yang terlihat sangat tampan sekali. Tubuh lelaki itu terlihat sangat gagah di dalam balutan jasnya. Untuk sesaat Jessica terpana melihat ketampanan lelaki itu.

"Maaf, aku tidak sengaja," kata lelaki itu.

Merasa jika ini semua adalah salahnya, lantas Jessica juga ikut meminta maaf. "Ini salahku. Aku tidak berhati-hati. Maaf."

Lelaki itu tersenyum manis. Senyum yang mampu menghiptonis Jessica. "Baik, kalo begitu aku duluan."

Lelaki yang tidak sengaja di tabrak oleh Jessica itupun berjalan melewatinya. Jessica menutup matanya dan menghirup aroma tubuh lelaki itu yang begitu memabukkan. Jessica kembali membuka matanya dan tersenyum manis. Andai saja ia memiliki nyali untuk mengajak lelaki itu berkenalan. Tetapi apa boleh buat, Jessica terlalu malu untuk melakukan itu.

Rasanya kekesalan Jessica karena tingkah nakal Jeffri tadi sudah bilang begitu saja. Di gantikan dengan rasa senang karena bertemu dan lelaki yang gagah dan tampan. Jessica mengigit bibirnya dan membayangkan jika suatu saat nanti Jessica bisa bermain di ranjang bersama lelaki itu.

Jessica mengetuk kepalanya untuk menghilangkan pikirannya liar itu. Jessica tidak boleh berfikiran apapun tentang lelaki itu. Mungkin saja ini adalah pertemuan pertama dan terakhir dengan lelaki itu.

"Mending sekarang aku ke cafe Evelyn sebelum dia marah kepadaku."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh putriistory

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku