Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Gak usah lebay! Kaya mau di tinggal kemana aja." Dengan sembrono Dista menghapus kasar air mata Sukma, temannya.
Singkat cerita, Dista berhenti kerja menjadi ART seperti plannya 2 tahun yang lalu. Pergi ke Jakarta, ngumpulin uang, dan yang paling penting mencari pekerjaan yang banyak waktu luangnya. Dan Dista memutuskan untuk menjadi ART, toh dia hanya lulusana SMP.
Dan sekarang, setelah 2 tahun lamanya bekerja dengan keluarga Hartono, Dista berhasil mengumpulkan uang sembari mengambil paket C dan sekarang dia sudah kuliah semester akhir.
Selama bekerja Dista tak pernah yang namanya weekend-nan, yang Dista lakukan hanya belajar belajar dan belajar. Waktu luang bagi Dista itu seperti sebongkah berlian. Sangat berarti.
"Awas aja kalo ngelupain aku!" Sukma menepuk pelan bahu Dista. "Gak akan." Balas Dista dengan tangan yang sibuk membereskan baju dan barang-barangnya.
"Tinggal pamit sama bu Ajeng doang." Gumam Dista.
"Yaudah cepetan! Keburu malem, katanya besok hari pertama magang." Seru Sukma. Dista hanya mengangguk setuju.
Berkat bantuan sepupunya yang sekarang sudah menjadi karyawan tetap di salah satu perusahaan properti, dia bisa magang disana. Dan dia langsung di terima karena sepupunyalah yang memeriksa resume miliknya.
*****
"Saya pamit ya bu, dan terimakasih juga sudah memperkerjakan saya selama ini." Dista sedikit membungkuk sebagai tanda pamit hormat.
"Yha... padahal anak saya akan pulang hari ini, kamu bisa bekerja di kantor dia kalo mau!" Ajeng berseru dengan semangat saat ide itu terlintas di otaknya.
Dista tersenyum kikuk merasa tak enak, "gak usah bu, kan saya jadi gak enak kalo harus ngeropotin bu Ajeng terus. Lagian saya udah keterima magang kok."
Dengan raut wajah kecewa, Ajeng menyerah menahan Dista untuk mengubah keputusannya. "Tapi kamu jang lupain saya ya! Kamu boleh kok main kesini kalo waktu senggang."
"Nanti saya usahakan bu." Ucap Dista dengan senyum manis. Ajeng menarik Dista kedalam pelukannya tiba-tiba, tentu Dista terkejut tapi setelah itu ia biasa dan membalas pelukan Ajeng.
"Kamu itu udah saya anggap anak sendiri tau, bahkan tadinya saya mau jodohin kamu sama anak saya. Biar bisa jadi putri saya beneran, menantu juga sekalian!" Seru Ajeng setelah melepaskan pelukannya, wanita paruh baya itu megatakannya dengan serius dengan kekehan kecil.
Tapi bagi Dista, itu hanya candaan yang tak memungkinkan untuk menjadi kenyataan. Dista cukup sadar diri, dia hanya gadis biasa dari kampung dengan seribu harapan.
****
Dista sudah sampai di rumah sewaannya. Rumahnya minimalis, dan sangat gelap. Kemana sepupunya pergi? Dista menyalakan ponselnya untuk melihat jam. Ternyata sudah hampir tengah malam, jam setengah 12.
"Kemana lagi tuh anak!" Dengan cepat Dista megetikan nama sepupunya untuk di telfon.
Tut! Tut!
"Panggilan anda sedang di luar jangkauan. Cobalah sesa-"
Bip.
"Ck! Gak mungkin belum pulang kerja jam segini." Decak Dista dengan penuh kekesalan. Masalahnya ia tak tau kunci rumahnya dimana, atau bahkan Linda- sepupunya membawa kunci itu.
"Mana harus bangun pagi lagi!" Sungguh Dista tak mau ada kesan buruk di hari pertama kerjanya. Seperti telat contohnya.
Awas aja, kalo sampe Linda lagi asik main sama temen-temennya udah pastikan nanti pulang ia eksekusi. Tapi tak berselang lama ponselnya berbunyi, tapi bukan telpon melainkan notifikasi whatshaap.
Lindakatanyacantik :
Gue di starlight, gue sherlock ya!
Sherlock- jln. Permata No. 09
Yang di depan butik!
Dista menghela nafas gusar, sudah ia duga pasti Linda sedang bermain dengan teman-temannya. Padahal Linda sama seperti dengannya sama-sama berasal dari kampung. Mungkin bedanya Linda cepat upgride sedangkan dirinya tidak.
Dari gaya bicaranya dan fashion, jelas Linda mengikuti anak Jaksel sok ke-kotaan. Sedangkan Dista, dia punya ciri khas tersendiri, logat jawa tipis-tipis dan penampilan Netral, gak terlalu mentereng tapi tidak norak juga.