Istri Yang Tak Dianggap

Istri Yang Tak Dianggap

IR Windy

5.0
Komentar
3.2K
Penayangan
30
Bab

Setelah Arshella berhasil mendapatkan Dion seutuhnya, kehadiran sosok pria dari masa lalunya justru menjadi tantangan terbesarnya. Situasipun rumit saat pria itu kini mengaku bahwa dialah ayah dari anaknya.

Bab 1 Tamu tak terduga

Fyuh ...

"Akhirnya masalah selesai," gumam Shella sembari membuang napas panjangnya.

Ya! Hari ini terasa begitu melegakan baginya setelah menemani serangkaian sidang perceraian suami dengan istri sebelumnya sampai mereka resmi bercerai dan Shella menjadi istri Dion satu-satunya.

Ting tong!!

Suara bel pintu yang terdengar sampai ke ruang tengah, berhasil membuat Shella mengerjap kala ia tengah asyik bermain dengan putru kecilnya.

"Mbok!? Tolong bukakan pintu, sepertinya ada tamu," teriak Shella berusaha memanggil asisten rumah tangganya. Lalu ia kembali menemani Arshetta menempel-nempelkan beberpa puzle bergambar.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba bel tersebut kembali terdengar membuat Shella kembali mengerjap.

"Mbok Yem ke mana ya?" gumamnya, ia pun melihat anak perempuannya yang masih asyik memainkan beberapa mainan lainnya, "Sayang, Mama ke depan dulu ya! Shetta tunggu di sini dan jangan ke mana-mana."

Arshetta pun mengangkat kepalanya kemudian menjawab, "Iya, Ma."

"Anak pintar!"

Tanpa menunggu lama lagi, Shella lantas bangkit dari duduknya dan bergegas menuju pintu utama.

Dalam hati ia menduga-duga siapa seseorang di balik pintu tersebut.

Ceklek!

Ketika pintu terbuka, seketika saja kedua mata wanita itu terbelalak dengan kening yang mengerut.

Tampak seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian rapi tengah membelakanginya.

"Maaf, cari siapa ya?" tanya Shella bernada sopan.

Lelaki itupun membalikkan tubuhnya sembari menampakkan senyuman lebarnya. Seketika saja membuat Shella terkejut bukan main.

"Selamat siang! Long time no see, Nyonya Arshella!"

Deg!

Shella tampak shock, kedua bola matanya membulat sempurna, tubuhnya terasa kaku bahkan tak dapat bergerak sedikitpun.

Ya! Wanita itu tentu saja merasa terkejut dengan kehadiran lelaki yang dahulu menghantui bahkan sempat mengancamnya.

Dengan suara yang terdengar bergetar karena rasa takut yang menyelimuti, Shella pun berkata, "M-mau apa lagi kamu ke sini, Hans!? Bukankah sudah kukatakan untuk tidak menemuiku lagi!?"

Mendengar ucapan Shella yang seakan-akan merasa terganggu, membuat Hans berdecih sembari memutar bola matanya.

"Hmm, kupikir kau sudah melupakanku. Ternyata belum," ucap lelaki itu bernada menyinggung, "Yah ... mana mungkin kau lupa padaku bukan? Seorang pria yang-"

"Cukup! Jaga perkataanmu dan tolong tinggalkan tempat ini!"

Shella berusaha menghentikan perkataan Hans yang tak ingin ia dengar dalam bentuk apapun terkait kejadian masa lalunya.

Dengan raut wajah yang tampak memerah bak kepiting rebus, bahkan wanita itu sesekali mengedarkan pandangannya takut-takut seseorang melihat dirinya dan menguping pembicaraan tersebut.

Sedangkan Hans, lelaki itu terlihat bersikap tenang seolah tak ada yang harus ia khawatirkan.

Hans pun berdecih dengan senyuman sinis yang tiba-tiba menampak.

"Astaga ... kau masih saja menyangkal, tapi tidak apa. Aku berkunjung ke sini hanya ingin bertemu dengan anakku," jelas Hans, "Di mana dia?"

"Berhenti mengada-ngada, dia bukan anakmu!" elak Shella menekankan.

Ya! Alih-alih menjawab dan bersikap baik terhadap tamunya, Shella justru berlagak arogan, seakan-akan ia sangat benci melihat lelaki itu menemui dirinya.

Ucapan Shella pun berhasil membuat kesabaran Hans terkuras habis, ia datang dengan senyuman namun tak disangka ia disambut dengan sikap dan perilaku Shella yang kasar.

Di tengah-tengah suasana yang semakin panas tersebut tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari dalam rumah tersebut.

"Ma!? Mama di mana!?" Lalu beberapa detik kemudian muncul seorang gadis kecil memeluk paha Shella dari belakang.

Hal itu jelas membuat Shella terkejut bukan main, kenapa Arshetta tiba-tiba saja muncul?

Perasaan Shella kini terasa campur aduk, ia tentu tak ingin putri kecilnya bertemu dengan Hans.

Akan tetapi meskipun begitu, tampaknya Hans terlihat senang, bibirnya menyeringai dengan indah kala ia bertemu dengan Arshetta, gadis kecil berusia 5 tahun tersebut.

"Hallo, anak manis! Senang bertemu-"

"Shetta, Mama 'kan sudah bilang kamu tunggu di dalam saja," ujar Shella lekas berjongkok dan menatap putrinya sembari memegangi kedua tangannya.

"Tapi ... Mama lama sekali, Shetta jadi takut," jawab Arshetta dengan mimik wajah ketakutan.

Betul! Wanita itu kentara sekali berusaha membuat anaknya agar tidak bertegur sapa dengan Hans.

Hal itu semakin membuat Hans geram, namun tak dapat dipungkiri, ia terus berusaha mengendalikan sikapnya dan berperilaku baik di depan gadis kecil itu.

Untuk apa lagi? Hans jelas tidak ingin menciptakan kesan buruk saat pertemuan dengan Arshetta untuk kali pertama.

Sementara itu Shella, ia kini semakin gugup dan panik. Lalu tanpa berpikir panjang ia kembali bangkit dan menatap Hans dengan tatapan tajam seakan-akan kemarahan telah menguasainya.

"Maaf, sepertinya kamu harus pergi," ucapnya ketus, lalu mengalihkan pandangannya mengarah pada Arshetta, "Ayo, Sayang. Kita main lagi di dalam."

Belum sempat Hans berkomentar, Shella telah lebih dahulu menutup pintu tersebut bahkan sebelum ia memberi kesempatan padanya untuk berbicara lebih banyak.

Hans tetap diam dengan pandangan kosong, tubuhnya seakan-akan kaku, terpaku dengan perkataan Shella yang tetap saja menolak kehadirannya.

Hingga beberapa detik berlalu sampai akhirnya Hans mendengkus kesal sembari menampakkan senyuman sinisnya.

"Tch!"

Hans membalikkan tubuhnya, lalu bertolak pinggang menatap sekeliling.

Sungguh! Ia tak bisa berkata apapun untuk sekadar melampiaskan kekesalannya, niatannya untuk melihat gadis kecil yang selalu ia rindukan rupanya tak membuahkan hasil.

Yang ia dapat hanya cacian dan ancaman dari Shella.

Lalu pandangannya beralih pada paper bag yang sedari tadi ia pegangi tanpa sempat memberikannya kepada Arshetta.

"Aish!! Aku sampai lupa memberikan ini," gumamnya bernada lemah.

Hans kembali menatap pintu yang sudah tertutup rapat tersebut dan berpikir sejenak.

Tetapi semua percuma saja, jika ia kembali mengetuk pintu tersebut berniat untuk memberikan hadiah itu, bukan hal aneh jika Shella menolaknya bahkan mungkin saja wanita itu membuangnya tepat di depan Hans.

Hans pun menggeleng-gelengkan kepalanya kala ia membayangkan hal itu, "Tidak, sepertinya itu bukan ide yang bagus!"

Lelaki itupun berjalan satu langkah dan berjongkok, lalu meletakkan paper bag tersebut tepat di samping pintu bersama dengan langkah kakinya meninggalkan rumah itu.

***

"Bagaimana ini? Kupikir dia tidak akan kembali ke dalam hidupku lagi," gumam Shella dalam hati.

Tentu, setelah ia mengusir Hans dengan bersikap kasar, rupa-rupanya masalah tak berhenti sampai di situ. Pikiran Shella kini terasa kalut memikirkan suatu hal bahkan telah ia kubur dalam-dalam.

Kedua matanya fokus memerhatikan Arshetta yang tengah asyik mewarnai buku bergambar, namun tidak dengan pikirannya.

"Bagus gak, Ma?" tanya Arshetta sembari mengangkat gambar yang telah selesai ia warnai.

Tetapi ibunya tidak menjawab pertanyaan anak itu dan hanya terdiam.

"Ma?"

Satu panggilan dari Arshetta tak lantas membuat Shella menoleh, wanita itu tampak melamun kala ia kembali menemani Arshetta bermain di ruang tengah.

"Ma??" Arshetta kembali berusaha memanggil ibunya, namun kali ini ia menaikkan nada bicaranya hingga berhasil membuat Shella mengerjap terkejut.

"Y-ya!?" sahut Shella mendelikkan matanya, "A-ada apa, Sayang?"

Shella tampak ketar ketir, menunjukkan gelagat aneh sehingga membuat Arshetta sedikit merasa heran dengan tingkah laku ibunya sendiri.

Arshetta pun kini terlihat kesal, karena baru kali ini ia merasa diabaikan oleh ibunya.

Sedangkan Shella yang telah menyadari sikap anaknya pun merasa sedih dan menyesal, bisa-bisanya ia terhanyut dalam lamunannya sendiri.

Di tengah-tengah itu, dering ponsel lantas membuat perhatiannya kembali teralihkan. Shella pun melihat layar ponsel yang memperlihatkan deretan angka yang berjejer, tentu ia tidak mengenali sang penelepon tersebut.

"Tunggu sebentar ya, Nak!" ujarnya lalu meraih ponsel itu dan kemudian menekan tombol hijau.

Detik berikutnya Shella tampak terdiam, dengan kedua mata terbuka lebar kala ia berbicara dengan sang penelepon.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh IR Windy

Selebihnya

Buku serupa

Mengandung Anak Tuan Serigala

Mengandung Anak Tuan Serigala

Linsing
5.0

Fang Yi Lan adalah seorang mahasiswi jenius dari jurusan kedokteran. Walaupun memiliki otak yang jenius, tetapi Yi Lan benar-benar buruk dalam menilai seorang pria. Di hari ulang tahunnya yang ke-20, Yi Lan tidak sengaja memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan adik tirinya. Belum cukup sampai disana, Ayahnya malah menyuruhnya untuk merelakan kekasihnya untuk adik tirinya itu. Selain itu, dia malah dipaksa untuk menerima lamaran dari seorang pria hidung belang. . Yi Lan tentu saja tidak bisa menerima keputusan Ayahnya. Dia langsung memberontak sejadi-jadinya. Dia merasa takdirnya benar-benar kejam dan tidak adil. Dengan segala daya upaya, Yi Lan akhirnya berhasil melarikan diri dari rumah Ayahnya. . Di dalam pelariannya, Yi Lan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang sedang terluka parah. Pria itu berwajah sangat tampan dan dingin. Tubuhnya juga terlihat sangat kekar dan kuat. Tetapi sayangnya, ketika pria itu pingsan, pria itu tiba-tiba berubah wujud menjadi seekor serigala hitam yang berbulu lebat. . Yi Lan benar-benar terkejut saat melihat perubahan pria itu. Dia refleks langsung berusaha untuk melarikan diri. Tetapi sayangnya, hati nuraninya sebagai seorang dokter melarangnya untuk meninggalkan pria itu. Karena dibebani oleh rasa iba, Yi Lan akhirnya menolong pria itu. . Setelah luka-lukanya diobati, pria itu akhirnya kembali berubah wujud menjadi manuisa. Tetapi sayangnya, bukannya berterima kasih kepada Yi Lan, pria itu malah mengigit leher Yi Lan sampai meninggalkan jejak. Setelah itu, pria itu langsung memperkos4 Yi Lan dengan ganas. . " Wangimu benar-benar enak Nona..., mulai malam ini, kau adalah pasanganku, aku akan membuatmu mengandung anak-anakku... !!" . Yi Lan hanya bisa menangis histeris saat diperkos4 oleh pria itu. Dia merasa nasibnya benar-benar sangat buruk. Kesialan menimpanya tanpa henti. Seandainya memungkinkan, dia ingin mati sekarang juga.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku