Sekretaris kesayangan CEO

Sekretaris kesayangan CEO

IR Windy

5.0
Komentar
3.2K
Penayangan
24
Bab

Memiliki kekasih tampan dan kaya raya tidaklah mudah, akan banyak sekali rintangan yang dihadapi. Seperti yang dialami oleh sekretaris cantik bernama Yasmin Andara, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dia harus menjauhi kekasihnya yang merupakan atasan sekaligus CEO perusahaan tempatnya bekerja. Apa yang sebenarnya terjadi ada hubungan keduanya? Lantas apakah mereka bisa melewatinya? Atau bahkan hubungannya akan kandas begitu saja?

Bab 1 Rumor dan kenyataan

"Yasmin!" Kana berteriak dengan suara keras dari ambang pintu.

Wanita itu berlari sambil berteriak. Dia ingin segera tiba di meja rekan kerja dan sahabatnya. Yasmin yang awalnya fokus ke layar komputer hanya menggelengkan kepalanya, kaget dengan ulah Kana.

Di sisi lain, Kana yang sedang terburu-buru hampir menabrak beberapa karyawan lain yang sedang berjalan di sekitar ruangan.

"Ada apa, Kana? Kayak dikejar setan," sindir Yasmin dengan wajah datar.

Di saat Yasmin sibuk mengoceh karena ulah temannya, Kana malah menarik kursi kosong milik rekannya yang lain dan duduk dengan mata tertuju pada Yasmin.

"Kamu terlalu fokus ke komputer, sampai cuek sama gosip di perusahaan," canda Kana yang lagi-lagi membuat Yasmin menghentikan aktivitasnya.

Yasmin perlahan menarik napas dalam-dalam saat dia memalingkan muka dari layar komputer dan kemudian menatap Kana dengan fokus. Dia juga penasaran dengan berita yang dibawa rekannya.

"Oke, ada apa?" Yasmin bertanya perlahan.

Melihat reaksi Yasmin yang datar, bahkan tidak terkejut sedikit pun, membuat Kana begitu bersemangat namun tetap berusaha mengendalikannya.

"Astaga, Yasmin! Bagaimana mungkin kamu tidak mendengar gosip tentang pacarmu-"

"Sssst! Bisakah kamu mengecilkan suaramu!?" kata Yasmin sambil menutup mulut Kana lalu memeriksa keadaan di sekitar ruangan, "Bagaimana kalau ada yang mendengar?" Dia terus berbisik.

Kana dengan cepat melepaskan tangan Yasmin dari mulutnya dan kemudian mencicit, "Itu maksudku, kenapa kamu masih merahasiakan hubunganmu dengan CEO!? Lihat saja hasilnya ... CEO kita akan bertunangan dengan wanita lain."

"Apa!? M-mas Haris bertunangan dengan wanita lain!?" kata Yasmin dengan wajah kaget.

Kana mengangguk tegas lagi, membenarkan tebakan Yasmin.

Sejenak Yasmin tampak terkejut, alisnya berkerut diikuti perasaan aneh yang menyelimuti dirinya.

"Kamu kaget, kan? Aku juga," kata Kana lalu menyilangkan tangannya sambil bersandar di bahu kursi seolah tak bisa berhenti memikirkan gosip yang beredar.

Sementara Yasmin masih tenggelam dalam lamunannya, pikirannya tiba-tiba merasa panik mencoba menepisnya dan tidak mempercayai kata-kata yang baru saja didengarnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong.

"Tidak mungkin ... Haris tidak akan melakukan itu. Dia tidak mungkin menyakitiku," gumam Yasmin begitu rendah dan dalam.

Kini Yasmin semakin tenggelam dalam lamunannya, tampak tak percaya dengan rumor yang beredar, namun ia juga tak bisa menjamin karena kekasihnyapun belum berbicara apapun padanya. Seketika itu saja, pikiran yang mulanya dipenuhi rentetan urusan pekerjaan kini bertambah dengan kebenaran rumor tersebut.

Yasmin lalu menatap rekan kerja yang paling dekat dengannya selama ini, ia menggelengkan kepalanya perlahan dan mulai berkata, "Kamu tahu sendiri 'kan kalau mas Haris tidak mungkin seperti itu, Kana."

"Apa kamu yakin?" Kana menaikkan kedua alisnya, "Coba kamu tanya langsung sama pacar kamu itu," kata Kana yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.

Tanpa berlama-lama lagi, Yasmin langsung merogoh saku blazernya dan mengeluarkan ponsel. Jari-jarinya kemudian sibuk mencari kontak telepon bernama 'Love' dengan emotikon cium yang terpasang. Namun sebelum sempat menghubungi Haris, gerakannya tiba-tiba terhenti saat Kana mencoba berbisik sambil meraih tangan Yasmin.

"T-tunggu, Olive ... "

"Apa lagi, Kana? Aku sedang berusaha untuk-" Kata-kata Yasmin berhenti tiba-tiba ketika dia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian rapi dan rambut rapi yang mulai beruban.

Dengan kedua matanya membulat sempurna, Yasmin kemudian bergumam, "P-Pak Handoko??"

Ya! Handoko, pimpinan perusahaan itu dikenal tegas dan tidak pernah menunjukkan senyum ramah kepada bawahannya. Pria itu muncul dari balik pintu diikuti beberapa pembantunya yang berjas hitam hingga menarik perhatian seisi ruangan.

Handoko terus berjalan dengan tatapan tajamnya mengikuti setiap meja pegawai hingga ia berhenti tepat di meja bertulisan 'sekretaris' yang terpampang di atasnya. Tatapannya menajam saat melihat seorang wanita cantik berambut coklat yang sedang memegang ponselnya.

"Ehem ... jadi kamu sekretarisnya?" Handoko bertanya singkat.

Yasmin kemudian meletakkan kembali ponselnya dan bangkit dari kursinya dan segera membungkukkan badannya, tanpa lupa mengajak Kana untuk memberi hormat kepada pria yang berdiri di depannya.

"Selamat pagi, Pak!"

Handoko tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan. Tatapannya terus mengamati penampilan wanita yang selama ini bekerja dengan putranya, Haris. Pada akhirnya, pria paruh baya itu hanya menunjukkan senyum sinis pada dua wanita di depannya.

Kemudian sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, Handoko berkata lagi, "Ikut saya ke ruangan saya, ada hal penting yang ingin saya bicarakan."

Pernyataan itu tentu kembali mengejutkan Yasmin, karena baru pertama kali sang pimpinan ingin bertemu langsung dengannya.

"Ah! I-ya, Pak!" kata Yasmin, sedikit terbata-bata.

Handoko mengangguk puas. Tanpa berkata apa-apa lagi, pria itu langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari kamar sementara Yasmin masih berdiri dan memandangi punggung pria itu, ayah dari kekasihnya.

Setelah Handoko pergi, ruangan kembali ramai. Para karyawan tampak menghela napas lega. Namun berbeda dengan Kana yang khawatir dengan reaksi Yasmin yang terus diam dan menatap kosong ke arah pintu kamar.

"Yasmin?"

Satu panggilan itu tidak serta merta membuat Yasmin terbangun, sehingga Kana harus meninggikan nadanya sedikit sambil melambaikan telapak tangannya tepat di depan wajah rekan kerjanya.

"Yasmin Andara!?"

"Hmm?" Yasmin mengerjap lalu berdeham mencoba untuk menguasai diri.

"Astaga ... Aku ingin tahu untuk apa bos memanggilmu?"

Yasmin menggelengkan kepalanya dengan menggerakkan bahunya ke atas dan ke bawah, "Entahlah, tapi lebih baik aku ke sana dan memastikannya."

Tanpa berlama-lama lagi, Yasmin segera membereskan mejanya lalu pamit pada Kana dan buru-buru meninggalkan ruangan dengan langkah tergesa-gesa dan pikiran yang tak berhenti menebak-nebak apa yang akan dibicarakannya dengan sang pimpinan.

Melihat tingkah Yasmin yang seperti itu lantas membuat Kana heran sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, "Punya pacar orang kaya ternyata bikin pusing juga, ya!"

Sesaat kemudian, Yasmin tiba di sebuah ruangan luas dengan beberapa perabot mewah di dalamnya. Ia berhadapan langsung dengan sosok pria yang sangat disegani oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan ternama ini.

Sedangkan saat ini Handoko tak henti-hentinya menatap sinis pada wanita yang berdiri di hadapannya, membuat Yasmin merasa sangat berdebar hingga tubuhnya gemetar tak tertahankan.

"Ehem ..." Handoko kemudian membetulkan posisi duduknya dan berkata lagi, "Kamu tahu kenapa saya memanggilmu ke sini?"

Yasmin yang terkejut mendengar pertanyaan itu kemudian menjawab, "Maaf, Pak. Saya tidak tahu."

Situasi macam apa ini? Yasmin memang sudah sedikit terbiasa saat menghadap sang pimpinan perusahaan tempat ia bekerja, namun kali ini suasananya terasa berbeda dengan sebelum-sebelumnya bahkan membuat detak jantungnya bedebar tak karuan. Pun dengan rasa gugup yang mulai menjalari tubuhnya.

Sementara Handoko yang sejak tadi memperhatikan wanita di hadapannyapun tentu menyadari gelagat aneh yang ditunjukkan wanita itu, sampai membuat lelaki paruh baya itu berdecih perlahan, "Tch! Menjijikkan," batinnya sedikit mengumpat.

"Baiklah, mari langsung pada intinya, apa yang kamu inginkan dari putraku Haris?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh IR Windy

Selebihnya

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Patah Hati Mendatangkan Pria yang Tepat

Renell Lezama
5.0

Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku