Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Gairah Liar Pembantu Lugu
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Suamiku Ternyata Adalah Bosku
"Kuberikan 500 juta padamu, tapi berikan suamimu padaku!"
Begitulah kalimat dari seorang sahabat lama pada Linda. Sungguh dia tidak menyangka suaminya dia hargai dengan jumlah yang begitu fantastis.
Linda sendiri bahkan tidak pernah melihat uang sebanyak 500 juta itu seperti apa. Hidup miskin memang membuatnya jauh dari kalimat kemewahan.
"Lin, kamu kenapa? Kok melamun?" Zayn menggeleng, pagi-pagi seperti ini istrinya itu melamun.
"Enggak ada apa-apa kok Bang," sahut Linda, dilepasnya cucian yang sedang dia peras, dia menghampiri Zayn lalu duduk di samping pria itu.
"Bang."
"Ehm."
"Boleh aku nanya sesuatu sama kamu Bang?" tanya Linda ragu.
"Tanya saja Lin, memangnya mau tanya apa?" jawab Zayn santai.
"Kamu kenal Aisyah?"
Zayn menoleh ke samping, rasanya tidak asing dengan nama yang disebut oleh Linda tadi.
"Aisyah siapa?"
"Teman sekolah kita dulu Bang." Linda kesal karena Zayn tidak mengingat wanita yang dia ceritakan tadi.
"Mungkin aku lupa. Anggap saja aku kenal, memangnya ada apa dengannya."
Linda meremas jemari tangannya, tidak mungkin dia mengatakan secara blak-blakan pada Zayn jika dia ingin suaminya itu menikah dengan Aisyah. Demi mendapatkan uang 500 juta yang wanita itu telah janjikan padanya.
"Itu Bang, tadi aku ketemu Aisyah di jalan. Tepatnya enggak sengaja sih, kami mengobrol banyak. Dia sepertinya punya hati yang baik. Aisyah ingin menawarkan bantuan untuk keluarga kita."
"Maksudmu menawarkan bantuan?" Zayn mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Aisyah ingin memberikan modal untuk kita buka usaha Bang. Dia kasihan melihat kondisi ekonomi keluarga kita yang serba kekurangan. Bahkan untuk makan saja kita masih kesusahan."
Pria berusia 30 tahun itu menghembuskan napasnya kasar, inilah yang tidak dia sukai dari istrinya. Kenapa Linda harus mengumbar masalah rumah tangga mereka pada orang lain.
Bukannya Zayn tidak mengakui keluarga mereka orang susah. Tapi, rasanya tidak pantas jika harus menceritakan kesedihan untuk mendapatkan simpati dari orang lain.
"Lin, aku tahu kita ini susah. Tapi, aku tidak setuju jika kamu mengambil pinjaman. Aku juga sedang berusaha untuk mencari pekerjaan. Apapun aku lakukan demi mencukupi kebutuhan keluarga kita. Aku tidak ingin kita bergantung pada orang lain," tegas Zayn menolak.
"Tapi sampai kapan Bang? Apa kamu tidak kasihan sama anak-anak kita? Sampai dengan saat ini kita belum bisa memberikan mereka kehidupan yang layak Bang. Apa kamu tidak ingin melihat anak-anak bahagia." Linda menaikan nada bicaranya, kesal tentu saja pada sikap suaminya itu.
Ditawarkan pinjaman saja, Zayn secara terang-terangan menolak pinjaman itu mentah-mentah. Apa lagi, jika Linda harus mengatakan yang sebenarnya jika uang itu bukanlah pinjaman melainkan diberikan secara cuma-cuma dengan Zayn sendiri yang harus menebusnya.
"Sabar Lin. Aku ...."
"Sabar ... Sabar ... Sampai kapan aku harus sabar Bang? Kamu ini sayang nggk sih sama aku dan anak-anak?" Linda memotong ucapan Zayn, tidak ingin mendengar alasan apapun yang terlontar dari mulut suaminya.
"Lin, aku janji sama kamu. Aku akan berusaha untuk bekerja lebih keras lagi. Aku akan berusaha untuk membuat kamu dan anak-anak kita bahagia." Zayn hendak ingin meraih tangan sang istri, namun Linda menipisnya dengan cepat.
Wanita berdiri, ia menatap suaminya dengan kesal.
"Aku bosan mendengar janji terus. Aku dan anak-anak mana bisa bahagia hanya dengan janji yang selalu kamu ucapkan itu!"
Jika dipikir secara realistis, apa yang Linda ucapkan memang benar. Mana bisa istri dan anak-anaknya bahagia hanya dengan janji saja.
Tapi selama ini juga Zayn selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik, walau tidak pernah Linda tahu bagaimana susahnya dia mencari nafkah demi menafkahi keluarga kecilnya itu.
"Sudah, jangan cemberut terus. Aku berangkat kerja dulu. Doakan aku mendapatkan rezeki yang banyak." Zayn lebih baik pergi mengais rezeki dibandingkan berdebat dengan sang istri.
"Assalamualaikum," pamit Zayn, namun tidak digubris sama sekali oleh Linda.
Wanita berambut panjang itu memasang wajah cemberut, kesal karena Zayn tidak mau menuruti apa yang dia minta tadi.
Kesempatan baik tidak akan datang untuk kedua kalinya. Jelas saja Linda tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Apapun akan dia lakukan untuk membuat Zayn mau dan menyetujui semua permintaannya.
*****
Linda datang menemui sang ibu, tentunya dia ingin mengadu pada wanita yang telah melahirkannya tentang sikap Zayn.
Ini juga karena kebodohannya sendiri. Dulu, ibunya sempat menjodohkan dirinya dengan anak juragan tanah yang kaya raya, tapi karena ketampanan Zayn yang membuatnya tergila-gila membuat Linda memilih untuk menikah dengan pria miskin yang tidak bisa membahagiakan dia dan anak-anaknya.
Jika sudah seperti ini, hanya kalimat penyesalan yang terlontar dari mulutnya. Seandainya saja bisa mengulang waktu, Linda tidak ingin menikah dengan Zayn dan hidup sengsara bersama pria itu.
"Sudah begini kamu baru menyesal. Waktu ibu melarang mu dulu, kamu malah nekat bersama Zayn dan tidak mau mendengarkan semua yang ibu katakan!" Omel wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Linda itu.
"Ish, jangan dibahas lagi dong Bu. Lagian, aku sudah mengaku salah dan menyesali semuanya."
"Sekarang kamu baru bilang menyesal. Waktu kamu di mabuk asmara dengan Zayn, mana pernah kamu berpikir tentang penyesalan. Sudah begini, kamu sendiri yang rasakan akibatnya. Makanya kalau orang tua itu ngomong di dengar, jangan membantah."
Setiap membahas menantunya itu, Darmi selalu emosi. Dia tidak bisa menahan emosinya, gara-gara Linda memutuskan untuk menikah dengan Zayn dia gagal menjadi orang kaya.
Memang dasar putrinya itu memang bodoh! Bisa-bisanya memilih suami yang kere seperti Zayn. Jangankan bisa memberi dirinya yang sudah tua, mencukupi kebutuhan istri dan anak-anaknya saja Zayn masih serba kekurangan.
"Sudahlah Bu, lupakan semua itu. Aku ke sini karena ada sesuatu yang ingin aku ceritain sama ibu." Linda mengalah, tidak ingin membantah Darmi. Dia memang salah, dia mengakui itu.
"Mau cerita apa? Tentang suamimu itu lagi?"
"Iya Bu, tapi sekarang bukan tentang Bang Zayn yang belum bisa membahagiakan aku dan anak-anak. Tapi, tentang penawaran seorang wanita yang ingin membeli Bang Zayn dariku," cerita Linda menggebu-gebu.
"Seorang wanita ingin membeli Zayn?" Darmi tertawa tepikal-pikal. "Wanita bodoh mana yang mau melakukan semua itu? Memangnya apa kelebihan suamimu itu?"
"Ish Ibu, aku serius. Makanya dengarkan dulu."
Linda cemberut, melihat ibunya tertawa renyah seolah apa yang dia sampaikan itu semua adalah lelucon.
"Wanita yang menginginkan Bang Zayn, akan memberikanku uang 500 juta dengan syarat aku harus memberikan Bang Zayn padanya," sambung Linda bercerita, mengabaikan ibunya yang terus tertawa.
Seketika tawa Darmi menghilang, dia menatap putrinya dengan tatapan serius.
"Kamu serius?" tanya Darmi serasa tidak percaya pada cerita putrinya.
"Aku serius Bu," jawab Linda, "makanya aku datang ke sini. Aku ingin minta bantuan ibu, untuk membujuk Bang Zayn agar dia mau menerima tawaran dari temanku itu."