Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Meisya berlari kecil menuju lapangan basket, setelah pertandingan selesai matanya berbinar dengan sebotol air di tangannya.
"Angkasa!" Panggilnya.
Hal itu membuat Angkasa beserta teman-temannya menoleh. Pria itu menatapnya datar dengan satu alis terangkat.
Sedangkan Meisya dengan senang hati memberikan minuman itu kepada Angkasa. "Buat kamu!" ucapnya.
"Cie aku kamu, neng geulis siapa namanya atuh?" Goda Gara, mengedipkan satu matanya kepada Meisya.
Gadis itu melotot tajam, berkacak pinggang menatap tak suka ke arah Gara.
"Jauh-jauh, Meisya alergi orang jelek!" ucapnya, membuat mereka semua meledakkan tawa.
Angkasa tersenyum tipis melihatnya, namun dia hanya diam tak ada tanda-tanda jika dia akan mengambil botol air itu.
"Ayo Angkasa, ambil!" Meisya menarik tangan Angkasa lalu memberikan botol air mineral itu.
"Sorry, gue alergi air putih apalagi dari tangan cewek cebol kayak lo!" ucap Angkasa lalu pergi.
Mereka semua tertawa mengejek, bukan dari teman-teman Angkasa melainkan dari para siswa-siswi yang lain.
"Makanya jadi cewek gak usah ganjen, sok kecakepan banget sih!"
"Tau, emang enak dikatain cebol sama Angkasa, haha!"
Meisya hanya diam, bibirnya mengerucut sebal merasa kesal dengan ucapan Angkasa. "Awas aja, aku aduin mami."
****
"HUWAAA, MAMIIII!" Meisya menghentakkan kakinya kesal, masuk ke dalam rumah besar nan mewah.
"Sayang, kenapa?" Seorang wanita cantik, turun dari tangga terlihat panik saat melihat putri kesayangannya pulang sembari menangis.
"Mami Angkasa jahat, hiks!" Meisya memeluk erat tubuh maminya.
Nara tersenyum tipis mendengar ucapan putrinya. Sudah biasa jika Meisya selalu menangis jika tentang Angkasa.
"Angkasa kenapa lagi, hm?" Nara mengusap kepala putrinya sayang, sembari memberi kecupan singkat.
"Angkasa---"
"Assalamualaikum, Tante." Mereka berdua menoleh saat melihat kedatangan Angkasa, yang sudah memakai baju bebas.
"Ngapain ke sini, pulang sana Meisya nggak mau ketemu sama Angkasa!" Gadis itu berkacak pinggang.
Matanya yang bulat dan berkaca-kaca terlihat begitu menggemaskan di mata Angkasa. "Gemes!"
Angkasa malah mencubit pipi gadis itu pelan, membuat Meisya semakin kesal. Dia menepis tangan Angkasa agar menjauh dari tubuhnya, kembali menempel pada tubuh maminya.
"Mami usir dia, Meisya nggak mau ketemu sama Angkasa lagi. Dia nyebelin!" omelnya.
Angkasa terkekeh mendengarnya, duduk di sebelah gadis itu mengacak rambutnya gemas. "Tante, bilangin sama Meisya kalau Angkasa minta maaf!"
"Mami, bilang sama Angkasa kalau Meisya nggak mau maafin dia. Habisnya Angkasa nyebelin, buat Meisya kesel mulu!"
"Tante, bilangin ke Meisya kalau Angkasa ngelakuin semua itu buat dia. Karena Angkasa nggak mau calon istri Angkasa kenapa-napa."
Nara bergeleng pelan, bisa-bisanya dia dijadikan perantara di saat keduanya duduk bersampingan.
"ANGKASA!" teriak Meisya kesal.
"Apa sayang?"
*****
"Udah ngambeknya!" Angkasa mencubit pipi bulat Meisya namun gadis itu hanya diam. Masih merasa kesal!
Satu setengah jam Angkasa membujuknya namun tetap saja Meisya masih kesal kepadanya, hal itu membuat dia frustasi.
"AAA SAYANG UDAH DONG JANGAN NGAMBEK TERUS, MAU PELUKKK!" rengek Angkasa.