Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalinya Marsha yang Tercinta
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Aku terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Kurasakan ada yang ngilu di bagian bawah selangkanganku. Dengan ringisan menahan rasa sakit aku mencoba turun dari ranjang empuk yang semalam menerbangkan daya imaginasiku ke awang-awang.
Kulirik sosok pria di sampingku. Pria yang sudah merenggut mahkota yang selama 26 tahun ini kujaga dengan penuh perjuangan. Akhirnya harus kuserahkan pada laki-laki hidung belang seperti dia.
Wajah tampan laki-laki itu kharismatik. Ada guratan kebahagiaan di wajah yang menampakkan pesona laki-lakinya. Harus ku akui, pria ini luar biasa, selain tampan, wajah itu menunjukkan aura yang membuat jantung setiap perempuan berdebar keras saat melihatnya. Bahkan akan membuat para wanita berhalusinasi tingkat dewa, membayangkan ketika tubuh kekarnya itu mendekap dan menerbangkan daya khayalnya ke awang-awang.
Tetapi ketika ku lihat ada bercak darah di bawah tempatku berbaring, seketika itu hatiku tertusuk. Seolah ada ribuan jarum merejam di sana. Tanpa ku minta kristal bening itu sudah meleleh di pipi tirusku.
Seharusnya mahkota ini ku serah kepada laki-laki yang pertama kali duduk di depan penghulu dan bersumpah janji mengikatku dalam pernikahan yang sakral. Bukan malah, laki-laki hidung belang yang sedang tidur di sampingku. Suara isakku terdengar lirih dan menyesakkan dadaku. Percuma juga aku menangis darah. Toh smua sudah terjadi. Dan ini kulakukan bukan tanpa alasan.
Adik satu-satunya yang masih ada ikatan darah denganku di culik dan dijadikan sandera oleh juragan kaya yang sudah meminjami uang padaku satu tahun yang lalu. Namun ke sininya aku melanggar perjanjian itu. Uang seratus juta yang kupinjam belum bisa aku kembalikan pada si empunya uang, setelah jatuh tempo waktu yang dijanjikan. Hanya bunganya saja yang 10% aku kembalikan. Itupun aku cicil tiap bulan dengan gajiku yang pas-pasan.
Kemiskinan dan keterpurukkan yang mengharuskan aku harus mengambil jalan pintas itu. Semenjak ayah dan ibu tiada, kehidupan kami nyaris tak bisa bangun. Bahkan bisa dibilang berubah 360 derajat. Setiap hari aku banting tulang untuk menghidupi dan membiayai semua keperluan kami. Terutama biaya pendidikan Ariana Maheswari, satu-satunya keluargaku di dunia ini.
Dengan tertatih dan menahan sakit yang begitu luar biasa, aku turun dari ranjang empuk yang semalam begitu panas dan menggairahkan angan-anganku, kupunguti semua pakaianku yang bercecer di lantai. Lantas aku masuk ke kamar mandi untuk sekedar membuang hal paling kotor di tubuhku. Ku guyur tubuhku dengan air yang begitu dingin. Aku merasa jijik dengan badanku sendiri.
Disela-sela guyuran air itu, air mataku meleleh tanpa henti. Ada beribu penyesalan menguar di dadaku. Tapi, harus bagaimana lagi? Semua harus aku lakukan demi menebus Ariana, yang sudah hampir 2 hari di culik juragan kaya itu. Meskipun aku tahu di sana Ariana di perlakukan dengan baik. Tapi rasanya hatiku sangat miris melihat kenyataan ini. Begitu menderitanya kehidupan kami.
30 menit berlalu, aku keluar dari kamar mandi. Kulihat pria hidung belang itu masih pulas tertidur. Kuhampiri meja dan kuraih tas kerjaku. Di sana sudah ada selembar kertas berupa cek, tertulis seratus juta. Begitu mudahnya aku mendapatkan uang ini dari pria hidung belang yang tak kukenal. Kugadaikan mahkota ku dengan uang seratus juta. Walau tak kupungkiri, pria itu begitu menikmati permainan yang aku ciptakan semalam. Aku sendiri sempat terbawa terbang ke surga dunia itu.
Setelah aku masukkan cek itu ke dalam tas, aku keluar dari kamar itu meskipun belum waktunya check out. Pagi ini aku harus buru-buru berangkat ke tempat kerja, karena ada briefing pagi. Barulah nanti sore aku ke tempat juragan kaya itu untuk menyerahkan uang dan membawa kembali Ariana. Kalau bisa harus ketemu dengan bosnya sendiri. Selama setahun pinjam uang sama orang yang di sebut juragan itu, aku sendiri belum pernah lihat tampangnya kayak apa. Sampai-sampai anak buahnya bertebaran di mana-mana. Kadang-kadang kalau aku telat bayar bunganya, tiba-tiba sudah di tungguin di depan jalan menuju rumahku.
Pandanganku sebentar ku sapukan ke gedung hotel, yang semalam sudah jadi tempat dan saksi sakitnya hatiku melepas hal paling berharga dalam hidupku.
"Ampuni aku, Tuhan ...!" Batinku menjerit hebat, mana kala kesedihan dan penyesalan itu menyeruak masuk ke relung hatiku paling dalam. Kuseka air mataku yang sedari bangun tidur tadi selalu estafet bergulir di pipiku. Untuk selanjutnya aku langsung naik bus menuju ke tempat kerjaku.
******
Pria itu, menggeliatkan badannya yang kekar dan berotot. Tampak tubuh atletisnya terlihat lebih jantan dengan dada telanjang. Dengan masih mata terpejam, dia meraba-raba mencoba menggapai sesuatu di samping tempatnya berbaring.
Alangkah terkejutnya dia, ketika disadarinya, sosok yang ia cari sudah menghilang.
"Sial!" Sudah main kabur aja perempuan itu! Tanpa pamit pula!" Gerutunya dengan geram. Tampak kemarahan jelas terlihat di wajahnya.
Kali ini, dia tidak mau kehilangan wanita yang sudah mampu membuatnya berkali-kali di atas puncak kenikmatan. Wanita pertama kali yang bisa membuatnya puas dan klimaks dengan rasa nikmat yang luar biasa.