Menikah dengannya

Menikah dengannya

putih

5.0
Komentar
598
Penayangan
15
Bab

Hasna terbangun dari tidurnya yang menunjukkan pukul 05.00 kakinya pun beranjak dari kasurnya, untuk menjalankan sholat shubuh setelah itu harus bantu-bantu ibunya memasak dan niatnya juga ia ingin mencari pekerjaan lagi. karena sudah lama ia mencari pekerjaan tapi satu pun belum ada yang menerimanya mungkin belum rezekinya sesudah sarapan orang tuanya ingin membicarakan soal penting padanya mengenai perjodohan.

Bab 1 part

Hasna terbangun dari tidurnya yang menunjukkan pukul 05.00 kakinya pun beranjak dari kasurnya, untuk menjalankan sholat shubuh setelah itu harus bantu-bantu ibunya memasak dan niatnya juga ia ingin mencari pekerjaan lagi. karena sudah lama ia mencari pekerjaan tapi satu pun belum ada yang menerimanya mungkin belum rezekinya sesudah sarapan orang tuanya ingin membicarakan soal penting padanya mengenai perjodohan.

"apa bu dijodohkan?" Hasna tidak percaya jika dirinya akan dijodohkan dia takut jika suaminya om-om yang sudah mempunyai istri dan anak.

"Iya sayang, kami ingin menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah" ujar ibunya.

"Tapi Bu, aku ingin kerja mencari uang untuk membantu kalian membiayai pengobatan ayah"

"Nak kalo kamu menikah dengannya kita bisa hidup enak gak perlu lagi bekerja"

"Tapi Bu...?" Belum sempat Hasna berbicara ibunya memotong pembicaraann jugaya.

"Please bantu ibu untuk membayar pengobatan ayah"

"Yasudah aku mau Bu demi kalian" lirih Hasna ia tidak bisa berkata-kata apa lagi jika sudah begini.

"Terima kasih nak" mereka memeluk anaknya.

Malam hari ini adalah malam perjodohan mereka berdua yang sudah ditentukan kapan menikahnya, sedangkan lelaki duda itu bersikap tidak perduli dengan perjodohannya yang terpenting dia masih bisa bersama anak-anaknya.

"Mamah" panggil anak kecil yang berada dibelakang lalu Hasna menoleh ke belakang yang melihat seorang anak kecil memanggilnya.

"Mamah?" Pikir Hasna yang kaget menyebut dirinya mamahnya.

"Oh iya has kenalin ini anak Tante Reynand Aditya dan ini cucu Tante namanya Nadhifa nandra Aditya, sedangkan yang satu ini namanya Elsabila nandra aditya ayo Salim sama mamah baru kalian" Tante Maya memperkenalkan anaknya dan cucu-cucunya, pada Hasna ia juga menyuruh cucunya untuk bersalaman tapi Elsa menolaknya untuk bersalaman dengan mamah tirinya.

"Aku dhifa mamah" anak kecil bersalaman dengan Hasna dan memperkenalkan dirinya, sedangkan anak pertamanya tidak mau bersalaman dengannya mungkin dia tidak menerima dirinya sebagai mamah barunya.

"Elsa salaman sama mamah kamu" perintah Tante Maya.

"Sampai kapanpun aku gak mau punya mamah baru, mamahku cuma satu hanya Maira Amarissa mamah kandung ku bukan dia" Elsa menatap tajam ke arah Hasna ia juga tidak tau apa salah dirinya membuat Elsa tidak suka padanya.

"Elsa jaga bicara kamu"

"Seterah kalian mau bela dia atau gak sampai kapanpun aku gak punya mamah seperti dia" Elsa pun meninggalkan mereka semua yang masih berada di sini ia berlari menuju kamarnya.

"Maaf yah dia masih belum terima kalo papahnya menikah lagi" Maya jadi malu dengan semua yang berada disini.

"Iya tidak apa-apa Tante" ucap Hasna dengan tersenyum, ia melihat Reynand hanya diam saja apa dia juga sama seperti anaknya tidak mau menganggap dirinya.

"Reynand ajarkan anakmu"

"Hmm" Hanya itu Reynand menjawabnya karena ia tidak mau menambah masalah lagi dengan orang tutuany

"Mamah mamah" panggil anak kecil itu yang menghampiri Hasna lalu duduk dipangkuannya, Reynand heran kenapa dhifa mudah sekali akrab dengannya perasaan yang dia tau dhifa paling tidak suka dengan orang asing yang belum ia mengenalinya.

"Iya sayang ada apa" tanya Hasna padanya dengan membelai rambutnya yang lembut itu

"Nanti mamah tinggal bareng kita kan" ujar dhifa.

"Pasti dong" balas Hasna dengan tersenyum.

"Jadi bagaimana pernikahannya kapan diadakan" tanya ayah Hasna.

"Hmm gimana dua hari lagi" jawab om Aditya.

"Pah apa gak kecepatan" ujar Reynand.

"Tidak cepat lebih baik dari pada menundanya" balas om Aditya ia tidak bisa berkutik apa lagi jika papahnya yang sudah bicara.

Hari ini adalah hari pernikahan Reynand dan Hasna, mereka berdua akan segera halal. Hasna sedang di Make-upi oleh tukang riasnya.

"Masya Allah kamu cantik banget Nak." Puji Mamah Reynand takjub melihat menantunya lebih cantik setelah di make-up.

"Hehe makasih Mah." Ucap Hasna malu dipuji mertuanya.

"Pasti Reynand suka lihat kamu."

"Apa mungkin Mas Reynand akan suka denganku." Gumam Hasna tidak percaya jika Reynand mengatakan seperti itu.

"Oh, iya Mah. Ijab Qobul dimulainya kapan yah?" tanya Hasna.

"sebentar lagi sayang." Jawab Mamah Reynand.

"Saudara Reynand Aditya saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Hasna Khairani Syafina dengan mas kawin emas dengan seberat sepuluh gram dibayar tunai" ucap papah Hasna dengan tangan yang menggenggam erat tangan Reynand seakan mempercayai Reynand untuk menyerahkan Hasna seutuhnya. Sedangkan Hasna sedang menunggu Ijab Qabul dilamarnya.

"Saya terima dan kawinnya Raina Adriana Agatha binti Agatha malik dengan maskawin tersebut dibayar tunai"

Reynand mengucap ijab qobul dengan satu tarikan nafas bersaman dengan kelegaan hati yang lelaki itu rasakan, seakan menerima Raina untuk menjadi tanggung jawab seutuhnya.

"Bagaimana para saksi" tanya penghulu

"SAH" Semua yang hadir menyaksikan prosesi ijab qobul pagi itu, tersenyum senang.

"Alhamdulilah" didalam kamarnya menatap cermin tak percaya jika hari ini statusnya sudah berubah menjadi seorang istri

Hasna mengerjai ketika mendapati pantulan tubuh tinggi Reynand yang berada dibelakang, Hasna celingukan mencari keberadaan Ibunya yang sudah tidak terlihat di kamarnya.

Reynand terdiam menatap pantulan wajah Hasna dicermin dihadapan Hasna yang kini menjadi istrinya, Kevin melangkahkan kakinya mendekati Hasna yang masih menatapnya.

Berdiri tept dibelakang Hasna menatap tepa kedua bola mata hitam lewat cermin besar dihadapan keduanya.

Jantung Hasna berdegup kencang. Belum pernah Hasna berada didalam sebuah ruangan bersama lelaki asing selain Ayahnya, namun kin pertama kalinya Hasna berada dalam kamar bersama lelaki.

Hasna sontak berdiri berhadapan dengan lelaki yang jauh lebih tinggi dari Hasna, Hasna menjaga jarak beberapa meter seakan lupa bahwa kami sudah halal.

"Keluar, semua sudah menunggu." Tegas Reynand tanpa mengucapkan apapun.

"I-iya, Mas." Hasna pikir setelah menikah suaminya akan lebih romantis ternyata tidak sesuai ekspektasinya.

Setelah pernikahan selesai Hasna akan dibawa oleh suaminya untuk tinggal dirumahnya sendiri, sampai didepan rumahnya Hasna tidak percaya jika rumahnya semewah ini seperti layaknya istana saja.

"Keluar" perintah Reynand padanya yang sudah keluar dari mobilnya.

"Mas boleh tolong bawain koperku gak mas" tanya Hasna yang sudah mengambil kopernya di bagasi mobil milik suaminya.

"Buat apa ada tangan kamu, kalo tidak dimanfaatkan" sindir Reynand membuat Hasna menundukkan kepalanya, baru saja menikah suaminya sudah bersikap seperti ini apalagi nanti lebih baik ia bawa sendiri kopernya dari pada ia tambah marah Hasna menggeret kopernya untuk masuk ke dalam rumahnya sampai didalam dhifa teriak memanggilnya.

"Mamah" teriak dhifa padanya langsung saja ia memeluk mamahnya dengan erat sampai dia kewalahan membawa kopernya dan juga memeluk anaknya, iya Sekarang mereka sudah menjadi anaknya Hasna ia harus bersabar menghadapi sikap anaknya dan juga suaminya.

"Mamah tinggal di rumah ini juga kan"

"Iya dong"

"Horeee sekarang aku punya mamah, aku juga gak bakal di ledekin lagi kalo aku gak punya mamah" lirih dhifa.

"Maafkan papah nak gara-gara papah kamu diledekin teman-temanmu" batin Reynand melihat nya kasihan karena anaknya selalu dikucilkan oleh teman-temannya.

"Memangnya siapa yang ledekin kamu" Hasna mengangkatkan kedua alisnya.

"Teman-teman ku mah, mereka selalu meledekku kalo aku ini gak punya mamah dari kecil" ujar dhifa meneteskan air mata dipipinya.

"Kasihan sekali anak ini, pasti dia tidak pernah diberikan kasih sayang oleh mamahnya" gumam Hasna yang perihatin melihatnya .

"Sekarang kamu sudah ada mamah jadi gak boleh nangis lagi yah" Hasna menghapuskan air mata yang mengalir dipipi dhifa.

"Ehemm" membuat keduanya menoleh ke arahnya.

"Saya antarkan ke kamar kamu" Reynand melangkah menuju kamarnya.

"Sayang mamah mau ke kamar dulu yah" dhifa mengangguk kemudian Hasna pun mengikuti langkah suaminya dibelakangnya, tepat didepan kamarnya mereka pun masuk ke dalam.

Bertengkar

"Kamu tidak boleh menyentuh barang-barang milik pribadi saya" Hasna melihat kamarnya yang begitu luas dan juga mewah.

"Iya mas"

"Kamu juga tidak boleh tidur dikasur bersama saya" membuat Hasna syok mendengarnya, kenapa ia tidak boleh tidur bersama padahal mereka sudah halal baginya.

"Kenapa gak boleh mas kita kan sudah halal"

"Karena kasur itu hanya boleh ditempatkan alm. Istri saya jangan ada yang menidurkannya mengerti" jelas Reynand.

"Mengerti mas" Hasna pun menundukkan kepalanya.

"Lalu saya harus tidur dimana mas" Hasna bingung harus tidur dimana jika dirinya tidak boleh tidur di kasurnya.

"Kamu bisa tidur disofa sana" Reynand menunjukkan sofa yang begitu tidak besar.

"Tapi mas badanku bisa pegel kalau tidur di sofa" Hasna melihat sofa yang begitu kecil tidak muat jika dirinya tidur disitu.

"Mau tidur disofa atau di lantai" ujar Reynand

"Yasudah aku tidur dilantai saja" balas Hasna yang membuka kopernya baru saja ingin memasuki pakaiannya ke dalam lemari, tapi Reynand langsung mencegahnya.

"Kamu tidak boleh pakai lemari disini, karena lemari ini hanya khusus saya dan alm istri saya"

"Sabar Has ini ujian" gumam Hasna rasanya ia ingin menyerah saja, tapi mau gimana lagi ini semua demi pengobatan ayah.

"Terus aku taruh dimana mas" tanya Hasna.

"Tidak usah pakai lemari" jawab Reynand lalu meninggalkan dirinya dikamar sendirian.

"Ya Rabb bukakan hati suami hamba agar bisa menerima hamba disini" batin Hasna tiba saja air matanya mengalir dipipinya.

Pagi hari Hasna melaksanakan sholat shubuh dikamarnya ia berniat ingin membangunkan suaminya untuk sholat shubuh tapi ia takut jika suaminya marah lebih baik ia bangunkan, dari pada suaminya tidak sholat shubuh lebih dosa jika tidak dibangunkan kakinya melangkah ke arah kasur kemudian menepuk bahu suaminya untuk bangun tapi ia malah dimarahinya

"Mas bangun sholat shubuh" perlahan-lahan Hasna menepuk bahu suaminya.

"Enghh kamu ngapain kamu disini hah" dengan nada tinggi berbicaranya.

"Ma..aaaaf mas aku cuma bangunin kamu sholat shubuh aja kok" Hasna takut jika suaminya sudah marah.

"Sini biar saya kasih pelajaran, karena kamu telah membangunkan saya pagi-pagi gini" Reynand menarik tangan Hasna dengan kasar sampai menuju kamar mandi ia menjatuhkan tubuh istrinya ke lantai lalu menyalakan showernya, kemudian menjambak hijabnya yang masih ia pakai ja belum siap untuk membuka hijabnya walaupun itu didepan suaminya.

"Sekali lagi kamu mengganggu tidur saya! Saya gak akan segan-segan menyiksa kamu ngerti"

"Ngerti mas" Hasna merapikan hijabnya kembali yang sudah berantakan tadi, lalu suaminya meninggalkan dirinya di kamar mandi dengan air shower yang masih mengalir.

"Ya Rabb kuatkan hamba untuk mempertahankan pernikahan ini" Hasna menggelemkan wajahnya dengan memeluk kakinya.

"Papah" panggil dhifa yang melihat papahnya ada di dapur untuk mengambil minum dikulkas, hari ini benar-benar kezel dengan istrinya lagi enak-enaknya tidur malah dibangunkannya.

"Hey kamu sudah bangun" tanya Reynand melihat anaknya sudah keluar dari kamarnya.

"Udah pah, mamah kemana pah" ujar dhifa.

"Hmm masih dikamar sayang" balas Reynand dengan mendaratkan tubuhnya di kursi makan.

"Papah kok tumben bangunnya pagi banget"

"Gara-gara mamah kamu tuh bangunin papah" adu Reynand pada anaknya.

"Mamah baik yah bangunin papah pagi-pagi gini" Hasna mendekati papahnya lalu duduk di kursi makan menghadap papahnya.

"Mamah maira lebih baik dari pada dia"

"Papah kenapa sih kaya gak suka sama mamah" tanya dhifa.

"Sudah lah lebih baik kamu mandi sana" perintah Reynand.

"Aku maunya dimandiin mamah"

"Jangan manja dhif" sahut Reynand.

"Emangnya aku gak boleh manja sama mamah, aku pengen dimanjakan mamah, sekali seumur hidup aku belum pernah dimanjain oleh mamah kandung ku sendiri"

"Dhifa jangan bahas itu lagi" bentak Reynand ia paling tidak suka jika alm istrinya disebut namanya.

"Papah gak pernah ngertiin aku sama sekali! Aku benci papah" dhifa meninggalkan ruang makan, kakinya berlari ke arah kamar mamahnya untuk mengadu padanya.

"Mamah" teriak dengan mengeluarkan air matanya yang sudah mengalir.

"Ada apa sayang" tanya Hasna yang sudah berganti pakaian tadi, pakaian tadi basah karena oleh suaminya yang menyiram dirinya dengan air shower yang begitu dingin.

"Mamah papah jahat" dhifa memeluk mamahnya dengan erat.

"Kenapa kamu bicara begitu" ujar Hasna yang mengangkat tubuhnya untuk duduk dipangkuannya, dengan memeluk dirinya.

"Masa aku gak boleh dimandiin sama mamah, aku kan pengen dimandiin sama mamah" dhifa mengadu pada dirinya jika papahnya melarang untuk dimandikan olehnya.

"Papah itu sayang sama kamu kok" Hasna mengusap rambut anaknya menasihati bahawa papahnya sayang pada dirinya.

"Kalo papah sayang sama aku, dia gak bakal bentak aku mah"

"Sudah yah jangan nangis lagi nanti cantiknya hilang loh" Hasna menghapuskan kedua air matanya yang mengalir dipipinya

"Ayo sini mah mandikan mau" tawaran Hasna pada anaknya dengan membelai rambut kepalanya

"Mau mah" sorak gembira dhifa

"Kalo kaya gini kan cantik" ujar Hasna

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh putih

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku