Ceo suamiku (season 2)

Ceo suamiku (season 2)

putih

5.0
Komentar
508
Penayangan
14
Bab

gimana sih punya bos yang suka ngeselin banget selalu ganggu kehidupan kita jadi gak bisa tenang seperti Tasya yang selalu digangguin oleh bossnya yaitu pak Revan dia adalah seorang CEO yang menggantikan posisi Ayahnya untuk mengurusi semua perusahaannya

Bab 1 Part

"nggak, bukannya tadi kamu membela dia kan" Tasya heran kenapa suaminya jadi lembut seperti ini bukannya tadi memarahi dirinya.

"aku membela dia karena kamu salah kan" jelas Revan

"emang yah, kamu itu nggak akan pernah membela isterimu sendiri" Tasya memlingkan wajahnya tanpa melihat raut wajah suaminya.

"iya, deh. aku percaya sama kamu" Revan pasrah karena dia tidak mau memperpanjang masalahnya.

"kamu percaya sama aku, biar aku nggak marah lagi sama kamu kan" Tasya menuduh suaminya.

"iya, ehh nggak deh."

"ihh tuh kan benar kamu jahat." Tasya memukul dada bidang suaminya dengan kedua tangannya.

"nggak sayang, aku hanya bercanda kok." Revan memberhentikan Tasya untuk tidak memukulinya lagi, jika tidak bisa-bisa tubuhnya membiru akibat pukulannya.

"ihh kok mereka berdua malah damai sih, gagal kan jadinya." gerutu Dita dengan menghentakkan kedua kakinya dilantai.

"serius, kamu nggak bohong kan."

"nggak, aku serius sayang."

"iya aku maafin."

"makasih" Revan memeluk Tasya untuk ucapan terimakasihnya.

Nayla sudah selesai masaknya ia pun menghidangkan makanan diatas meja makan, disana semuanya sudah berkumpul menunggu masakan dirinya.

"horee, akhirnya makan juga." sorak gembira Risa sudah menunggu makanannya sejak tadi.

"sini aku bantuin mah." Tasya beranjak dari kursi makan untuk membantu mertuanya menghidangkan makanan.

"kamu memang menantu idaman sayang." sindir Nayla melirik Dita sedikit kezel.

"aku nggak salah pilih isteri kan mah." dengan bangganya Revan memamerkan isterinya.

"caper banget sih jadi orang." batin Dita sedikit agak kesel melihat Tasya selalu caper ke mertuanya.

"Mas, kamu mau makan apa?" Dita tidak tinggal diam ia masih merebut hati Revan kembali dengan menawarkannya makanan.

"Revan sudah punya isteri, buat apa kalo ada isterinya tapi diambilkan wanita lain. seharusnya mikir donk." sudah beberapa kali Nayla menyindirnya tetap saja tidak mempan mungkin hatinya terbuat dari batu. Tasya hanya menahan tawanya memangnya enak disindir mertuanya Mulu.

"ya gapapa donk Dita itu juga kan sahabatnya Revan, sekaligus mantan istrinya kan." papahnya Revan tidak membela siapa-siapa, wajar saja jika sahabat anaknya dekat dengan Revan. papahnya belum tahu saja jika Dita masih menyukainya hampir belum move-on.

"papah kok jadi membela dia sih?" tanya Nayla pada suaminya,. sedangkan Risa hanya diam saja dan hanya melihat pertengkaran dirumah ini.

"aseek juga nih bertengkar." Dita menahan senyumnya ia sangat senang melihat pertengkarannya.

"papah nggak bela siapa-siapa, bukannya itu wajar." jawab papahnya Revan, anaknya pun jadi pusing harus membela siapa.

"terserah papah, mamah pusing dengarnya." Nayla menutup pembicaraannya lalu mereka semua pun melanjutkan makanannya.

setelah semua selesai makan Dita berniat membantu Nayla untuk mencuci semua piring bekas makan tadi, tapi Nayla tidak menanggapinya karena ia sangat benci.

Tasya pun membantu mertuanya membawa semua piring ke dapur untuk dicucikan, tapi mertuanya menolaknya karena sudah banyak merepotkan menantunya.

"sudah biar mamah saja yang cuci piringnya." tolak Nayla.

"Tapi mah..."

Tasya pun tidak bisa melawan perkataan mertuanya. "sudah kamu temenin suamimu saja, kamu sudah banyak membantu mamah dari pagi."

"yasudah aku ke temani suamiku mah." lalu Nayla mengangguk kemudian Tasya pun menemani suaminya yang sedang mengerjakan tugas kantornya dilaptop.

"Tante kok ngizinin Tasya sih, kalo diizinin nanti ngelunjak loh Tan." Dita mengompori Nayla untuk membenci Tasya agar mereka berdua tidak akrab lagi.

"kamu siapa? ngatur-ngatur saya."

"saya bukannya ngatur Tante tapi cuma ngingetin Tante aja."

"udah deh kamu cuci piring yang benar aja, cuci piring itu pakai tangan bukan mulut." Dita tidak melawan ucapan Nayla ia hanya diam dan melanjutkan aktivasinya.

Tasya mendekati suaminya yang sedang sibuk dengan laptop miliknya, sepertinya ia sedang sibuk dirinya jadi takut menggangunya.

"hmm... mas lagi sibuk yah?" tanya Tasya dengan hati-hati berbicara agar suaminya tidak marah.

"iya nih lagi banyak tugas." mata milik Revan sedang fokus dengan laptop tanpa melihat istrinya yang sedang bertanya.

"mau aku buatkan kopi nggak mas." tawaran Tasya

"boleh juga tuh." Revan menerima tawarannya, tanpa melihat arah Tasya, matanya masih fokus ke arah laptop miliknya.

Tasya berjalan memasuki dapur matanya melihat Dita yang sedang mencuci piring, ia pun berniat menjahilinya.

"Semangat mbak cuci piringnya."Tasya basa-basi menyamangati Dita agar lrbih semangat lagi mencuci piringnya.

"kamu mengejek saya yah." Dita merasa bahwa Tasya mengejek dirinya.

"apa sih mbak, saya hanya menyemangati mbak loh." Tasya berbicara sembari membuatkan kopi untuk suaminya.

"Alah kamu itu sebenarnya mengejek saya kan." sindir Dita tangannya masih fokus dengan kegiatannya.

"nggak boleh Su'udzon loh mbak." Tasya menuangkan air panas ke dalam gelasnya.

"kamu itu bikin saya emosi mulu dari tadi" Dita melirik arah mata Tasya menatapnya dengan sinis, membuat Tasya menahan tawanya karena sudah membawa Dita menjadi emosi.

"sabar mbak." Dita mengambil salah satu benda yaitu sendok ia ingin melempari benda itu tapi Tasya menghindarinya.

"jangan emosian mulu mbak nanti mas Revan jadi nggak suka sama mbak." teriak Tasya berlari-lari sembari membawa kopi buatannya sendiri.

"Tasyaaaaa" teriak Dita dengan suara keras sampai terdengar dikamar Revan.

"wahahaahh" sampai dikamar Tasya melepaskan tawanya yang tadi sempat menahan tawanya saat didekat dengan Dita didapur

"kamu kenapa lari-larian seperti itu?" tanya Revan melihat isterinya berlari-larian sambil membawa kopi untuk dirinya

"ini loh mas, tadi aku menyemangatin mbak Dita tapi dia malah marah gitu terus aku difitnah katanya aku ngejek dia padahal kan nggak." Tasya mendekati suaminya memberikan sebuah kopi, lalu menceritakan kejadian tadi didapur.

"hmm..." hanya itu jawaban dari Revan.

"cuek amat sih mas, aku cerita panjang lebar juga." sindir Tasya sedari tadi dicuekin oleh suaminya, Tasya duduk di sebelah Revan.

"kamu tidur duluan saja." tegur Revan matanya tidak pernah berhenti menatap laptop.

"nggak seru ah' kamu mas fokus sama laptop mulu dari pada isterimu." Tasya terus menyindirnya sama sekali Revan tidak peka dengannya.

"maafin aku sayang." Revan menaruh sebuah laptop miliknya di atas meja, kemudian memeluk isterinya dari belakang.

"lepasin" Tasya menolak perlukan dari suaminya.

"apa sih sayang, aku pengen peluk kamu dulu sebentar." Revan tidak mau melepaskan pelukannya.

"urusin aja laptop kamu sana." protes Tasya

"kamu cemburu sama laptop yang." Revan tertawa-tawa melihat isterinya cemburu hanya dengan benda mati saja

"ehm... mas kamu mau punya anak nggak" tanya Tasya menanyakan tentang persoalan anak.

"mau lah pasti sayang, ayah mana sih yang nggak mau punya keturunannya. tapi kan sayang kita udah punya Risa." Revan masih memeluk isterinya dengan nyaman.

"ihh, emangnya kamu nggak mau yah punya anak dari aku."

"bukan begitu maksud ku yang." Revan membalikkan tubuh Tasya menghadap dirinya.

"udah lah kamu mah memang nggak mau punya anak dari aku." sindir Tasya.

"hey, aku malah senang punya anak dari darah dagingku sendiri."

"serius."

"iya, tapi memangnya kamu sudah siap begituan sama aku." reflek Revan berbicara begitu dengan tangan mengkodenya.

"ihh mesum banget sih kamu mas." Tasya memukul dada bidang suaminya dengan pukulan keras.

"loh aku serius." Revan memberhentikan pukulan itu dengan menahan kedua tangannya.

"tapi nggak gitu juga kali." cibir Tasya.

"kamu mau sekarang." kode keras Revan untuk Tasya.

"apanya?" Tasya terbengong dengan ucapan suaminya.

"itunya loh."

"apanya sih." pura-pura tidak peka wkwkk.

"ihh kamu nggak peka deh."

"iya deh aku mau."

"ayo terobos langsung." Revan mendekati isterinya dengan wajah semakin dekat tapi Tasya menahan tubuhnya untuk menghentikan itu semua.

"kenapa?"

"sholat sunnah dulu mas." Tasya mengingatkan suaminya untuk sholat sunnah terlebih dahulu.

"oh iya aku lupa." pura-pura pikun hahhaha.

"pikirannya itu mulu sih."

"namanya juga lelaki enggak bisa nahan Hawa nafsu yang." mereka berdua pun mengambil wudhu kemudian melakukan sunnah

"ayo yang terobos." Revan langsung membuka baju kokonya sedangkan Tasya sengaja merapikan mukenanya dengan lama agar suaminya tidak Sabaran awokkkk

"Ayo yang, kamu sengaja yah dilamain." Revan tahu jika isterinya sengaja melamakan pergerakkannya.

"sabar mas." akhirnya Tasya selesai juga merapikan mukenanya, Revan yang tidak Sabaran langsung mendorong isterinya ke kasur. Revan berada di atas tubuhnya, ia melihat bibir isterinya yang begitu indah perlahan-lahan mendekati wajahnya. lalu melakukan hubungan suami isteri.

Pagi hari yang cerah ini Revan terbangun dari tidurnya sambil mengucek kedua matanya, ia melihat isterinya masih terbaring tertidur dengan nyaman mungkin isterinya terlalu kecapean. biasanya shubuh Tasya sudah bangun tapi matahari pun sudah bersinar belum terbangun juga.

"sepertinya kamu terlalu kecapean, sampai nyaman begini." Revan mengusap rambut isterinya dengan lembut.

Revan beranjak dari kasur untuk membersihkan tubuhnya memasuki kamar mandi. saat selesai mandi pun Tasya belum terbangun dari tidurnya, niatnya ingin membangunkan isterinya untuk membuatkan sarapan pagi tapi hatinya tidak tega melihat wajah Tasya terlalu lelah.

langkah kakinya berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan tapi namanya sudah menyiapkan makanan untuk semuanya, ia juga Heran mengapa jam segini Tasya belum keluar dari kamarnya juga.

biasanya jam segini Tasya sudah sibuk membantu mertuanya memasak, Nayla melihat Revan yang sudah berpakaian rapi dengan berpakaian kantornya.

"tumben baru bangun jam segini." tanya Nayla melihat anaknya baru bangun jam segini biasanya Tasya bangunin suaminya pasti banget.

"iyah mah, tadi malam aku kecapean mah."

"isterimu mana tumben jam segini belum keluar dari kamarnya."

"isteriku kayanya kecapean mah."

"kecapean kenapa, bukannya semalam mamah cuma nyuruh dia nemenin kamu doank deh." Nayla sempat Bingung mengapa menantunya kecapean juga Padahal dia selalu melarang Tasya untuk tidak terlalu kecapean.

"atau jangan-jangan kamu habis begituan yah." Nayla menuduh anaknya bahwa mereka berdua sudah melakukan itu, Revan hanya menjawabnya dengan cengengesan.

"kamu apain menantu mamah, pasti kamu mainnya kasar yah." Nayla memukuli anaknya, seharusnya mamahnya membela anaknya tapi ini malah membela menantunya.

"ampun mah, aku nggak main kasar kok." Revan mencoba menghindari pukulan dari mamahnya.

"jadi mereka berdua sudah melakukan itu, jangan sampai Tasya mengandung anak Revan." dibalik dinding tembok Dita mendengar percakapan mereka berdua yang sedang bertengkar.

"kamu pasti bohong." lagi-lagi Nayla menuduh anaknya bukan didukung malah memukul.

"nggak mah benaran, kalo nggak percaya tanya aja ke isteri ku sana."

"awas aja sampai melakukan kasar ke menantu mamah." Nayla melanjutkan aktivitasnya menyiapkan makanan diatas meja makan.

"sebenarnya gue ini anaknya bukan sih, kok mamah gue bela menantunya sih." gerutu Revan

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh putih

Selebihnya

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku