Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK

Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK

Helminawati Pandia

5.0
Komentar
26.3K
Penayangan
25
Bab

Sejak Fajar mengalami PHK, Alisya, wanita tangguh, muda nan jelita, terpaksa menggantikan peran sang suami tercinta menjadi tulang punggung keluarga. Parahnya, dia bukan hanya berperan sebagai tulang punggung keluarganya saja , tetapi juga keluarga besar suaminya. Namun, pengkhianatanlah yang dia terima sebagai balasan kerja kerasnya. Desy, benalu yang menumpang hidup dirumahnya, telah menjadi duri dalam rumah tangganya. Ketika pulang kerja, Alisya membeku. Nanar menatap pemandangan di atas ranjang. Sepasang manusia yang sangat di kenal, bahkan sangat dicintai dan sedang diperjuangkannya, berada di atas ranjang miliknya. Bersatu, bergumul, tanpa ada satu inci yang memisahkan tubuh keduanya. ** Bagaimanakah Alisya menghadapi perselingkuhan suami penganggurannya? Akankah dia memilih pergi, atau bertahan sembari menyiapkan balasan untuk keluarga benalu yang menumpang hidup di rumahnya? Ikuti part selanjutnya, ya. Bantu subcribe dan beri rate bintang lima ya, teman-teman. Semoga kalian suka. Terima kasih.

Bab 1 Kejutan Maksiat

Bab 1 Kejutan Maksiat

====

"Tumben pulang cepat? Kamu tidak lembur malam ini?" tanya sang mertua membukakan pintu buat Alisya malam itu.

"Malam ini saya of, Ma. Badan saya pegal semua. Yang lain mana? Sudah pada tidur, ya?" tanya Alisya sembari melepas sepatu di kakinya.

"Mama kurang tahu. Setelah makan malam tadi, masing-masing masuk kamar."

"Rena?"

Alisya menyebut nama putrinya.

"Dia baru saja terlelap. Sepertinya kelelahan setelah bermain tadi siang."

"Baik, Ma. Saya mau mandi dulu, lalu istirahat."

"Sebentar, Sya!"

"Iya, Ma?"

Perempuan dua puluh tujuh tahun itu berbalik. Menatap serius wajah mertuanya.

"Seharusnya kamu jangan malas untuk kerja lembur! Kamu, tahukan, kalau kebutuhan keluarga ini sangat banyak. Cicilan tiap bulannya itu besar, biaya kuliah Intan, angsuran ini, itu, sementara suamimu belum juga mendapat pekerjaan baru. Mumpung kamu bisa bekerja, gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya! Karena Mama enggak bisa gantikan kamu lembur, seandainya bisa, Mama pasti tak akan pernah malas untuk kerja lembur tiap hari! Untuk mencari tambahan gajimu yang tak seberapa itu."

"Maaf, Ma. Bukannya saya malas. Tetapi, setelah lembur tiap malam selama ini, membuat saya kelelahan, sesekali saya istirahat, ya, Ma. Malam ini saja. Besok, saya pasti akan lembur lagi."

"Ya, sudah! Sebetulnya itu hak kamu. Kami hanya numpang makan dari gajimu. Jadi, mama tidak berhak memaksamu ini dan itu, iyakan?

"Jangan bilang numpang makan, dong, Ma! Kebetulan saja, Mas Fajar terkena PHK. Untuk sementara saya yang bekerja. Tidak apa-apa, begitu Mas Fajar mendapat pekerjaan lagi, saya bisa lebih santai bekerjanya."

"Nah, itu kamu tahu! Jadi kenapa malas lembur! Kalau hanya mengharapkan gaji saja, enggak akan cukup!"

Alisya menghela napas. Mertuanya tak paham juga. Padahal, dia memutuskan untuk tidak bekerja lembur malam ini dengan penuh pertimbangan. Tambahan gaji yang dia perolah dengan lembur tiap malam, memang lumayan untuk menutupi seluruh kebutuhan keluarga besar suaminya. Tetapi, rasa lelah yang mendera setelah bekerja tiada jeda, membuatnya memutuskan untuk istirahat malam ini.

Fajar menikahinya tiga tahun yang lalu, saat Alisya baru saja menyelesaikan kuliahnya. Belum sempat mendapat pekerjaan, Fajar memintanya untk menikah. Mengingat Fajar sudah mapan, wanita itu menerima lamaran. Merengkuh hidup bahagia sebagai istri seorang manager di sebuah perusahaan ternama.

Fajar langsung menghadiahinya sebuah rumah baru untuk mereka huni berdua, sambil menikmati bulan madu. Namun, sejak sang papa mertua meninggal setengah tahun yang lalu, keluarga besar sang suami pinda ke rumah itu. Alisya berusaha tetap bahagia meski tinggal serumah dengan mertua.

Wanita itu tak paham bagaimana ceritanya, tiba-tiba Fajar tekena PHK. Sang suami tak pernah berterus terang hal yang sebenarnya. Setiap Alisya bertanya, hanya amarah yang dia terima. Mungkin Mas Fajar masih syok, emosinya labil, gampang meledak-ledak, begitu batin wanita itu menduga-duga.

Terpaksa Alisya yang menggantikannya mencari kerja. Berbekal izasah sarjana, mencoba mencari kerja ke mana-mana. Tetapi keberuntungan belum berpihak kepadanya. Rika, sabahat semasa SMA-nya, menawarkan bekerja di pabrik sarung tangan tempat dia bekerja.

"Simpan izasah sarjana kamu, Sya! Sekarang gunakan izasah SMA saja. Anggap ini sebagai batu loncatan, daripada keluargamu gak makan! Sementara enggak apa-apalah kerja kasar begini!" usul Rika empat bulan yang lalu.

Alisya menerimanya. Dengan penuh ihklas dia menjalani peran barunya, tulang punggung keluarga suaminya.

"Ya, sudah, mandi sana! Langsung istirahat, biar besok bisa lembur!"

Sang mertua membuyarkan lamunanya.

"Baik, Ma. Saya ke kamar dulu."

Alisya melangkah gontai. Tak langsung menuju kamarnya, tetapi berbelok menuju kamar Rena. Ingin melepas kangen sekaligus memastikan keadaan putri kecilnya.

Wanita itu mencium kening putrinya dengan lembut, berusaha tak bersuara. Khawatir menggangu lelapnya tidur sang putri kesayangan. Puas menatap wajah mungil itu, Alisya merapikan selimut tipis penutup tubuhnya, lalu beranjak ke kamar utama.

Alisya sangat ingin malam ini bisa menghabiskan waktu bersama sang suami. Dia berharap Fajar belum terlelap. Ibu muda beranak satu itu sangat merindukan sentuhan dari sang suami. Ya, sejak dia lembur setiap malam, mereka sudah sangat jarang bersama. Pulang dari pabrik pukul sepuluh malam, dengan diantar bus karyawan jam setengah dua belas tengah malam baru tiba di rumah.

Fajar sudah terlelap, tak pernah menuggu Alisya pulang. Pun Alisya tak berani membagunkan tidur lelap sang suami. Esok pagi, wanita itu harus bangun sebelum Subuh. Pukul enam pagi, bus karyawan sudah menjemput. Alisya berangakat saat Fajar belum terjaga. Ada rasa bersalah di relung hati wanita lugu itu. Dia tak bisa lagi secara maksimal memunuhi kewajibannya sebagai istri. Tak ada waktu untuk memberikan nafkah batin buat sang suami.

"Malam ini, mumpung aku tidak lembur, aku akan memenuhi kewajibanku. Akan kusenangkan hatinya dan kupuaskan dahaganya. Semoga dengan malam surprise ini, Mas Fajar akan semangat untuk mencari pekerjaan baru esok hari." Begitu niat hati Alisya.

Berjingkat dia berjalan menuju pintu kamar utama. Sengaja pintu kamar tak pernah dikunci, agar saat Alisya pulang, tak perlu membangunkan sang suami yang telah terlelap.

Malam ini, kerinduan Alisya akan sentuhan suami semakin menghentak. Wanita itu ingin memberi kejutan yang sempurna. Alisya menggenggam handle pintu, menekannya ke arah bawah, lalu mendorongnya perlahan. Tak ada derit pintu terkuak yang terdengar, surprise ini akan berjalan seperti yang diharap, begitu pikir Alisya.

Alisya mendorong daun pintu tanpa suara agar tubuh rampingnya bisa masuk. Kemudian dia melangkahkan kaki jenjangnya sembari mencari keberadaan suami tercinta dengan matanya.

"Mas!" lirih panggilan itu keluar dari mulutnya.

"Sya? Kamu sudah pulang?"

Alisya membeku. Nanar menatap pemandangan di atas ranjang. Sepasang manusia yang sangat dia kenal, berada di atas ranjang miliknya. Bersatu dan bergumul, tanpa ada satu inci yang memisahkan tubuh keduanya.

"Sya!"

Fajar menyebut namanya sekali lagi, lalu perlahan turun dari atas ranjang. Pelan pria itu melepas rengkuhan tangan wanita yang sedang bersamanya. Peluh membanjir di leher dan punggungnya.

"Maaf, Sya!" ucap Desy seraya membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tipis, lalu memungut pakaian yang bertebaran di lantai kamar.

Alisya bagai terpaku, mulut dan lidah terasa kelu. Hilang semua kalimat juga kata-kata, atau sekedar mengucap satu abjad saja. Ini terlalu mengejutkan baginya.

"Permisi!"

Wanita itu berlalu menuju kamarnya. Kamar yang disediakan Alisya untuknya. Dia adalah keponakan mertuanya. Sudah sangat lama ikut tinggal bersama mertuanya, bahkan sebelum Alisya dinikahi Fajar. Itu sebab dia juga tinggal di rumah Alisya.

******

Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku