Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ketika Suamiku Tak Mencintaiku Lagi

Ketika Suamiku Tak Mencintaiku Lagi

Mas Xeno

5.0
Komentar
918
Penayangan
10
Bab

Bella berdebar-debar menunggu perban matanya yang siap dibuka oleh dokter. Empat tahun setelah kecelakaan yang berhasil merenggut penglihatannya, perempuan dua puluh tujuh tahun itu pada akhirnya memiliki harapan lagi untuk melihat dunia. Hanya ada satu orang yang paling diimpikannya, Galas, suaminya. Lalu apa jadinya ketika pria tersebut menghilang di kehidupannya secara tiba-tiba?

Bab 1 Galas Versi Kalem

'Galas yang ini lebih kalem. Nggak banyak cerewet kayak yang biasa!"

Tidak lupa sebuah emotikon dikirimkan untuk melengkapi ekspresi Bella ketika mengirimkan pesan untuk Galas tersebut. masih centang dua tanpa warna biru. Mungkin Galas memang sedang sibuk bekerja.

Bella diam saja sekarang. Berusaha untuk tidak bersikap kekanak-kanakan lagi seperti hari sebelumnya. Berbicara dengan mama membuat Bella menyadari bahwa dirinya tidak harus bersikap kekanak-kanakan seperti itu pada Galas. Pria itu mungkin saja sedang mengalami hari yang berat dan Bella menambah beban suaminya itu untuk segera pulang. Tidak lagi!

Bella belajar mengerti Galas saat ini. Toh dijaman modern seperti ini mereka masih sering bertukar kabar. Lagipula Bella kenal Galas –kepribadian Galas meskipun dia tidak tahu rupa laki-laki itu- selama beberapa tahun terakhir sebagai pria yang bertanggung jawab. Laki-laki yang sangat menyayanginya.

Ia mengambil perlengkapan fotography yang dibelinya beberapa saat yang lalu. memotretnya dengan aesthetic lantas mengirimkannya juga pada Galas.

'mama nawarin aku untuk lanjutin hobi lagi. Enggak apa-apakan? Mengisi waktu sampai kamu pulang. Janji bakal jaga diri kok!'

Bella kirimkan lagi pada Galas. Laki-laki itu bisa membacanya nanti saat Galas ada waktu. Terpenting sekarang, Galas tidak ketinggalan informasi tentang dirinya. Galas pun tidak akan memikirkannya lagi seperti sebelumnya. Semoga dengan seperti ini Galas bisa terbantu lebih banyak.

Selanjutnya Bella melirik ke seluruh apartemen. Mungkin dia bisa memulai harinya dengan memasak makan malam dulu. Kemudian dia bisa melanjutkan dengan menata ulang beberapa perabotan di apartemen tersebut.

Dulu Galas memang membentuknya untuk keselamatan Bella. Namun sekarang perempuan itu sudah bisa melihat. Mungkin Bella bisa menyingkirkan beberapa perabotan yang tidak perlu. Ia membuka lemari pendinginnya melemaskan bahunya ketika dia lupa membeli sajian untuk makan malamnya. Padahal Bella sudah sempat keluar. Keluar lagi rasanya malas.

Perempuan itu pada akhirnya memilih memesan delivery saja. Bersyukur di dunia yang ditinggalinya menyediakan layanan pesan antar hingga Bella tidak perlu kelaparan saat penyakitnya sebagai kaum rebahan kambuh. Pada siapapun yang memulai ide bisnis seperti itu dari awal, rasanya Bella sangat berterima kasih.

Sambil menunggu Bella memutuskan mandi sambil membayangkan bagaimana kira-kira nanti dia menyambut Galas saat laki-laki itu pulang ke rumah. Rasanya Bella sudah tidak sabar memasakkan Galas makanan. Secara selama ini laki-laki itu saja yang melakukannya. Galas terlalu memanjakannya selama ini dengan menyuruhnya untuk menjauh dari api atau apapun itu karena dianggap membahayakannya.

'Yang kalem belum tentu ngangenin'

Balasan Galas masuk ke dalam ponselnya membuat Bella tersenyum membaca pesan laki-laki itu namun yang dikirimkannya hanya balasan delikan mata. Sekilas terlintas ide iseng dalam diri perempuan itu. Mengirimi Galas sebuah potret dirinya yang tengah merangkul sebuah boneka.

'Aku tarik lagi deh tuh si Galas kw.'

Balasan pesan itu sukses membuat Bella meledakkan tawanya. "Apa?" Bella merasa senang sekali ketika Galas langsung menghubunginya melalui panggilan video. Meskipun yang terlihat hanya tangan laki-laki itu yang tengah mengerjakan sesuatu.

"Kamu lebih suka Galas yang itu atau Galas yang ini?" Galas bertanya dengan nada kecemburuan yang teramat kentara dalam jiwa laki-laki itu. Bella semakin meledakkan tawanya puas mendengar suara Galas itu. Memang itu yang diharapkannya.

"Kamu masih sibuk kerja?" Bella bertanya ketika melihat tangan Galas terlihat sangat sibuk.

Terdengar helaan nafas. "Ada sedikit masalah dengan proyek. Lebih tepatnya sama kontraktornya sih!"

Bella juga menghembuskan nafasnya. Terdengar decakan tipis dari Galas. "Kamu khawatir ya?"

"Hm..." Bella menjawab tanpa malu-malu.

"Bee, kamu masih tertarik dengan nature fotography?"

Bella menggigit bibirnya. Ada ketakutan dalam dirinya ketika Galas melarang hobinya untuk yang satu itu. "Ehh... habisnya aku merasa waktu aku terlalu banyak terbuang gitu."

"Kalau nggak nature masih berminat?" Galas juga bertanya dengan nada hati-hati pada isterinya itu. Tahu sekali mimpi itu adalah hal yang terbesar yang Bella jalani.

"Maksudnya?" Bella bertanya ragu.

"Kalau pergi ke alam yang terlalu..."

Bella tertawa. "Nature photography itu nggak melulu pergi ke alam liar kok."

Galas menghembuskan nafasnya. "Karena kamu baru sembuh aja, Hon. Kalau nanti udah stabil aku bolehin kok! Mungkin... aku juga temanin kalau ada kesempatan." Nada Galas terdengar lemah untuk kalimat yang terakhir.

Bella tersenyum. Laki-laki itu sangat ingin sebenarnya berada di dekat Bella namun entah kenapa pekerjaan laki-laki itu kadangkala mengharuskannya pergi-pergi secara mendadak. Semenjak menikahpun Galas memang beberapa kali pergi.

Namun biasanya pakai pemberitahuan dulu. Hanya kali ini yang paling mendadak. Makanya Bella kurang siap beberapa hari yang lalu. terlebih lagi entah kenapa momennya terasa begitu kurang tepat. Bella hanya kecewa apa yang diharapkannya selama beberapa tahun tidak terwujud. Mungkin karena hal tersebut muncul berbagai macam spekulasi buruk yang tidak mendasar untuk Galas.

"Bee, bentar ada yang nelpon."

Bella menganggukkan kepalanya mengerti. Ah, melihat Galas yang seperti itu dapat Bella bayangkan sesibuk apa suaminya itu sekarang. Andai saja Bella berada disamping Galas. Ingin sekali rasanya memberikan pelukan untuk meringankan sedikit masalah Galas.

Seketika Bella merasakan perutnya yang keroncongan. Perempuan itu melihat notifikasi pada ponselnya bahwa pesanannya sudah diterima. Siapa yang melakukannya? Ah, jangan-jangan tetangga sebelah yang menyebalkan itu, siapa lagi memang.

Sial! Bella menyambar pakaiannya asal berpakaian sedikit lebih baik kemudian menekan bel unit laki-laki itu. Tidak butuh waktu lama sampai wajah menyebalkan itu tampil dihadapan Bella. Tidak lupa dengan senyuman menyebalkannya yang membuat Bella memiliki keinginan untuk mencakarnya.

"Mana makanan gue!" Bella langsung bertanya ketus.

Neo melebarkan pintu rumahnya, memperlihatkan makanan Bella sudah dihidangkannya di atas meja laki-laki itu. "Kebetulan gue juga mau makan. Kenapa nggak makan bareng aja?"

Menyebalkan! Demi apapun kenapa harus ada makhluk seperti itu di muka bumi ini. Bella ingin kembali ke unitnya namun Neo menahan lengan perempuan itu. "Nanti sakit magh telat makan gitu."

"Mau gue sakit kek dan nggak Kek apa pedulinya sama Loe!" Bella menyalak marah. Namun Neo malah memberikan perempuan itu tatapan mengintimidasinya. Terlihat tidak menyukai sifat keras kepala Bella untuk yang satu itu.

Seenak jidatnya Neo menarik perempuan itu masuk ke unitnya lantas mendudukkan Bella di salah satu kursi. "Makan dulu!" Neo menahan perempuan itu saat Bella ingin kembali ke unitnya.

Bella menghembuskan nafasnya kesal. Kali ini dia memang kalah dari laki-laki itu. Namun bukan berarti mengalah. Bella hanya tidak ingin berdebat banyak yang makin membuatnya berlama-lama menghabiskan waktu dengan Neo.

Neo tersenyum melihat perempuan itu yang akhirnya mau mengalah dengannya. "Baru selesai mandi?" Neo melemparkan pertanyaan aneh yang membuat Bella memplototkan matanya pada pria yang sebenarnya memilki paras cukup menawan. Neo tertawa entah karena hal apa yang lucu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku