Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Lagi-lagi hati dua pasangan yang ingin menjejaki hubungan serius harus patah karna penolakan dari salah satu orang tua. Alea putri dari orang tua tidak merestui hubungannya, tidak tahu lagi mencari cara agar hati sang ibu luluh. Mereka bingung tapi, untuk menyerah rasanya tidak bisa.
Hubungannya bersama Arjuna sudah berjalan selama tiga tahun dan sangat di sayang kalau harus kandas karna tidak mendapatkan restu ibunya. Sudah banyak masalah yang merela lalui bersama dan satu masalah lagi, rasanya juga bisa di lalui bersama.
“Jangan menyerah.”
Alea memberikan tersenyum tapi terlihat sangat tipis pada Arjuna yang menatapnya. Kemudian, ia menganggukkan kepala dan masuk ke dalam pelukan sang pacar. Rasanya hangat dan nyaman.
“Aku ngga akan menyerah hanya saja.. aku takut kalau kamu lelah dengan keras kepalanya Mamaku.”
“Tidak akan!” Arjuna mengelus rambut Alea. “Kamu tahu aku, kan? Kalau aku sudah serius menginginkan sesuatu maka akan aku perjuangkan dengan sekuat tenaga. Tapi.. berbeda kalau kamu yang lelah. Aku–“
“Aku ngga mungkin lelah apa lagi, setelah melihat semangat di matamu.”
Arjuna terseyum kecil lalu mengecup puncak kepala gadisnya. “Kita bicara di luar aja ya, ngga enak kalau di dalam kamar.”
Alea mengangguk dan melepaskan pelukan. Ia berdiri dari duduknya di tepi ranjang lalu berjalan keluar dari kamar.
Pagi-pagi sekali Alea berada di rumah Arjuna karna merasa tidak enak sebab lamaran yang Arjuna lakukan kemarin di tolak oleh ibunya. Baik Alea atau ayahnya sudah memperingati tapi, wanita yang sudah melahirkannya itu tetap kekeh dengan pendiriannya. Namun, seperti batu yang keras akan hancur jika di pukul berulang kali begitu juga dengan hati ibunya.
“Kamu di sini, Ya? Dari kapan? Kok tante ngga tahu?”
Alea meringis setelah mendaratkan bokongnya di sofa samping Rahma, ibu Arjuna, yang sedang menyusun kue di dalam kotak yang akan di titipkan Arjuna di beberapa warung. Kue-kue buatan Rahma terkenal akan kelezatannya jadi, tak jarang banyak orang memesan kue dalam jumlah yang banyak.
“Malah bagong lagi, Bunda lagi tanya loh!”
Lagi-lagi Alea meringis lalu menatap Rahma. “Tanya apa, Bunda?”
Rahma menatap Alea gemas lalu menghela nafas kasar. “Kamu, dari kapan ada di sini?”
“Oh, itu dari.. beberapa jam yang lalu.”
“Tante tanya jamnya, Ya. Bukan perkiraannya.”
“Jam.. enam pagi.” Jawab Alea dan meringis. “Kenapa, Tante?”
“Pagi banget kamu ke sini, Ya. Udah kangen sama Arjuna ya?”
Tanpa ragu Alea menggelengkan kepala kemudian, menghela nafas kasar. “Maafkan Mama ya Bunda, karna belum kasih kami restu.”
“Kok minta maaf ke Bunda? Tidak memberikan restu itu hak dari setiap orang tua yang menginginkan anaknya hidup bahagia dan tidak susah.” Rahma lalu menutup kotak terakhirnya kemudian, kembali menatap Alea. “Kalau kamu mau ambil aja yang di dalam kota kecil ya? Soalnya di dalam kotak besar sudah jadi milik orang.”
Alea mengangguk tanpa ragu dan menundukkan kepala. Bohong kalau ia tidak pernah lelah dengan terus meminta restu ibunya tapi, semua rasa itu langsung hilang saat melihat binar penuh semangat dari Arjuna.
“Setelah ini, kamu mau ke mana?”
“Mau kerja, Bunda.”
“Berangkat dengan Arjuna?” Rahma mengajukan pertanyaan lagi yang di dapat berupa anggukkan kepala dari Alea.