Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tentang Kita.

Tentang Kita.

Trijo

5.0
Komentar
97
Penayangan
16
Bab

Pernikahan itu adalah sebuah komitmen dalam menjalin sebuah hubungan tapi bagaimana kalau hubungan itu di rusak oleh pihak ketiga? Bagaimana pula pernikahan itu tidak ada buah cinta? Semua tentang kita yang berasumsi sebagaimana baiknya. Adrian Admajaya adalah sosok laki-laki yang begitu mengagumi wanitanya. Namun dia harus terjalin hubungan atas dasar tanggung jawab Bagaimana jadinya dia bisa mengimbangi perasaan antara Naura Lideoni dengan Asti Wulandari? Semua itu akan terjawab di novel ini cus pantengi terus ya.....

Bab 1 Prolog

***

"Naura, jadi luh daftar jadi biarawati?" tanya salah seorang temannya.

"Jadi dong, Aku akan setia pada pendirianku Naya," ucap Naura lembut pada temannya.

"Berarti kamu ga boleh nikah dong, sementara gue mau nikah dan punya anak yang manis dan lucu-lucu," Ucap Naya mantab.

"Iya, Aku aja pengen nikah tapi cowoknya aja yang ga ada," kekeh Mira.

"Ya , Gimana ini udah perjalananku mungkin," Ucap Naura.

"Naura, kamu tuh cantik, pinter the best deh dari kita-kita," ujar Naya heran.

"Gaklah, kita semua cantik dan pinter kok cuma tujuan kita lain aja," Ucap Naura tersenyum simpul.

Di rumah sakit Naura mengitu tes karena masuk ke biarawati itu harus benar-benar suci pemeriksaan pun berlangsung selama Dua jaman.

Setelah pun pulang kerumahnya (di rumah sakit dia tidak tahu apa yang dilakukan Dua Dokter koas yang menanganinya karena dokternya tidak masuk).

"Pak Adrian ini semple sperma bapak yang kemaren saya minta sudah di tes di lab bapak sudah dinyatakan sehat pak," Ucap Dokter sambil menjabat tangan Adrian.

"Te_terimakasih banyak dok," Ucap Adrian sumringah mendengar ucapan Dokter itu.

Sudah tiga minggu perasaan Naura tidak menentu dia pusing sepertinya kurang enak badan dia di suruh Romo pembimbingnya pulang untuk istirahat.

"Anak ibu kok pulang gimana, kamu masih yakin untuk ikut tes itu Nak?" Tanya Ibu Naura sambil duduk di sampingnya.

"Ya, masih dong Bu ini Aku baru pulang dari sana, Aku agak pusing tadi bu," Ucap Naura manja pada Ibunya.

Sebenarnya keluarganya tidak menyetujui keinginan Naura karena dia anak perempuan satu-satunya.

Naura tiga bersaudara dia anak kedua namun demi Anak mereka mengiyakan keinginan Naura.

Tiba-tiba Naura mual dan muntah dan berlari kewastafel dekat kamar mandinya.

"kenapa kamu Nak, " panik Ibunya menghampirinya.

"Gak tau de bu," Ucap Naura lemes.

"Ya sudah. Sebaiknya kita kerumah sakit Ibu takut kamu kenapa -napa," Ucap Ibu Naura pun pergi ke rumah sakit bersama Ibunya.

Di rumah sakit betapa terkejutnya mereka berdua.

"Selamat ya Bu,anak Ibu tengah HAMIL"Ucap Dokter yang menangani Naura.

Betapa hancurnya Ibunya mendengarnya begitu pula dengan Naura.

"Gak mungkin dok saya belum menikah dok dan saya tidak pernah melakukan yang membuat saya mengandung Dok, "Tangis Naura pecah.

" Naura, Ibu kecewa sama kamu," Isak Ibu tidak menyangka kalau putri satu-satunya akan mencoreng nama baik keluarganya.

"Ibu, Aku juga ga tahu Bu demi apa pun Bu saya tidak pernah melakukan yang di larang Ayah sama Ibu jangankan hal ini pacar aku aja ga ada Bu," Tangis isak Naura.

Mereka pun meninggalkan rumah sakit itu. Di rumah Naura benar- benar di sidang.

"Ayo nak jujur sama Ayah, Ayah akan cari laki-laki yang ga bertanggung jawab itu" Lirih Ayah berkaca -kaca.

"Ayah maafin Naura Ayah, tidak tau anak siapa ini Ayah," Ucap Naura bersujud di kaki Ayahnya.

"Ayah terakhir aku ikut tes di rumah sakit mungkin di sana ada Jawabannya" Yakin Naura pada Ayahnya.

Dengan membawa mobil Ayahnya dia menuju rumah sakit Naura berlari menelusuri lorong-lorong rumah sakit tiba-tiba.

"Auuw........!" Naura memegang lengannya.

"Sory, Aku ga sengaja," Ucap laki -laki itu acuh tak acuh.

"Gak...apa aku yang salah ga lihat kamu,"Ucap Naura berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu menuju ruangan tempat ia diperiksa tiga minggu yang lalu.

"Dok tiga minggu yang lalu saya ke sini untuk mengikuti tes dok," ucap Naura.

"Terus kenapa mbak?" tanya dokter itu.

" Dok, Sa...Saya ....sekarang lagi_"

"Dok, ini laporannya Dok" Ucap Dokter koas

"Dok. Dokter ini yang menangani saya dok kalau ga salah mereka berdua Dok," Ucap Naura terbata-bata tapi ia yakin.

Dokter koas itu pun terkejut.

"Humm....... Mbak maafin saya mbak saya bukan bermaksud buat mbak jadi ." Ucap Dokter itu gugup.

"Maksudnya apa ini Dok?" Tanya Dokter itu penyasaran.

"Dok, sebenarnya semple sperma Bapak Adrian kami suntikkan ke mbak ini saat mbak ini tes keperawanan Dok," ucap Dokter koas itu terbata-bata.

"Ini ga adil Dok. Bagaimana nasib saya, anak ini," Isak Naura histeris.

"Saya mau tuntut rumah sakit ini dan terutama kamu." tegas Naura.

"Mbak saya tahu Ayah biologis Anak yang mbak kandung ini sebaiknya kita harus cari solusinya mbak," Ucap Dokter itu menenangkan Naura.

"Dok, saya ingin menjadi Biarawati Dok, bagaimana mungkin saya Hamil," Tangis Naura pecah.

"Ini kartu namanya" Ucap Dokter sambil menyodorkan kartu nama pada Naura.

"Oh, Tuhan apa ini jawabanmu atas pertanyaanku mengenai baktiku kepadamu Tuhan." Batin Naura.

Di mobil Naura melirik kartu nama yang diberikan oleh dokter rumah sakit.

"Adrian Admajaya mana mungkin Aku datangin dia dan minta tanggungjawab siapa Aku baginya lagi pula dia juga korban sama sepertiku tapi bagaimana nasibku terutama Anak ini," Lirih Naura menjamah perutnya yang masih rata itu.

Di rumahnya.

"Bagaimana Nak?" Tanya Ibunya langsung.

"Bu, Naura jadi korban malpraktek bu," Ucap Naura layu.

"Jadi bagaimana sayang, apa rencana kamu,yang pasti Ayah akan tuntut rumah sakit itu" Ucap Ayah tegas.

"Yah, Naura ikut keputusan Ayah aja lah, Naur sudah bingung harus bagaimana lagi." Lirih Naura yang di peluk oleh Ibunya.

Keesokan harinya mereka pergi ke rumah sakit meminta pertanggungjawaban rumah sakit itu.

Di kantor Adrian di telpon seseorang.

" Hallo, iya saya Adrian Admajaya ada apa Dok?"

"Apa kah Bapak ada waktu ada yang ingin saya bicarakan"

"ya bentar lagi makan siang bagaimana kalau kita ketemuan di caffe dekat rumah sakit lagi pula kantor saya tidak jauh dari sana Dok," Adrian mematikan ponselnya.

"Ada apa dok bukannya dokter sendiri yang bacakan hasil kesehatan saya" Tanya Adrian penyasaran.

***

Terkuaklah semuanya

Tidak terasa sudah lima Tahun usia pernikahan Adrian dengan Asti tapi mereka belum di karuniai Anak tapi itu tidak membuat mereka kekurangan.

Namun Adrian tidak tahu bahwa Asti berselingkuh dengan sahabatnya sendiri Rangga.

Asti selalu pintar memainkan waktu saat bersama Adrian dan Rangga entah apa yang membuat Asti selingkuh dengan Rangga.

Padahal apa yang tidak diperbuat oleh Adrian terhadapnya, bahkan ia rela meninggalkan keluarganya demi Asti.

Hari itu Adrian ingin cepat pulang dari biasanya dia tidak sabar melajukan mobilnya pulang untuk menemui istri tercintanya.

Dia parkirkan mobil di pelataran halaman rumahnya. Dia menelusuri setiap ruang rumahnya. Entah suara apa yang membuat Nalon berhenti, betapa terkejutnya dia melihat pemandangan yang tak lazim.

Dia melihat dua insan yang sedang di mabuk kepayang itu sangat menikmati sehingga mereka tidak tahu akan kehadiran Adrian di sana dengan geram Adrian menghempaskan daun pintu kamar tempat dua insan itu berlabu.

Asti dan Rangga seakan tersentak kaget dan langsung memakai baju yang berserakan di lantai kamar tersebut.

Baku hantam pun terjadi "elu anggap apa gue Ga, ini istri gue Ga," hardik Nalon memukuli Rangga.

"Ga ini semua salah loh! Asti ingin Anak .Sementara elu itu ga mampu!" Tangkas Rangga.

"Ga, sudah dong Ga sekarang kamu pulang," Isak tangis Asti memisahkan mereka.

"Untuk apa pernikah ini kita lanjutin lagi dan lu, Ga bukan temen gue lagi." bentak Adrian sambil menunjuk Rangga.

Dan pergi keluar Rumahnya dia menggas mobil dengan kecepatan penuh.

Sudah dua minggu berlalu Rangga bebas berjalan bersama dengan Asti walau dia tahu Asti masih istri sah Adrian.

Sementara Adrian kini hidupnya hampah tanpa canda tawa Asti lagi. Dia bekerja seperti biasa dan dia sudah mantab untuk berpisah dengan Asti dalam benaknya tidak mungkin lagi diteruskan karena ini menyangkut harga diri sebagai laki-laki.

Di sidang pertama Asti tampak mesrah menggandeng selingkuhannya sedangkan dia hanya sendiri tidak ada yang menemaninya. Minggu ke minggu mereka telah resmi berpisah

"Ini sudah saatnya aku bangkit dari keterpurukan." Ucap Adrian optimis.

Bahkan sekarang dia ingin memeriksakan kesehatannya dia yakin bahwa dia laki-laki yang berguna.

"Pak ini hasil labnya pak sebenarnya bapak ini bisa sembuh kok pak asal bapak mau hidup sehat tidak merokok dan jangan sering begadang pak," Ucap dokter yang menanganinya.

."T..terima...kasih dok, " Ucap Adrian gugup bahagia mendengar ucapan dokter barusan.

Dia mengayunkan langkah kakinya menuju mobil di parkiran.

"Aku akan buktikan sama kamu Asti bahwa aku laki-laki sehat," Batin Adrian.

Satu bulan kemudian dia kembali ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya lagi.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku