Meisya terpaksa harus memberikan sesuatu yang berharga dalam dirinya demi mendapatkan uang untuk operasi ayahnya. Dan dia memberikannya kepada seorang lelaki, yang tak lain adalah kekasih dari sahabatnya sendiri--Mario namanya. Tetapi, berujung pada dirinya yang dimanfaatkan oleh lelaki itu sebagai pemuas hasratnya. "Ma-maksud lo? Gue nggak ngerti. Lo udah punya Pelangi. Buat apa lo menginginkan gue?" "Gue nggak menginginkan lo sebagai pacar, Meisya. Gue... " Mario menjeda ucapannya sejenak. "Gue cuma pengen lo jadi jalang gue. Tidur sama gue kapan pun gue minta."
"Gue... gue hamil, Kak," ucap Meisya pelan, namun masih terdengar jelas oleh lelaki yang berada di dekatnya saat ini.
Lelaki itu sontak tertawa mendengarnya. "Nggak mungkin, Sya! Kita selalu main aman. Gue selalu ngeluarinnya di luar. Kalau kelepasan di dalam juga, seharusnya nggak masalah. Lo rutin minum pilnya, 'kan?"
"Gue minum terus, kok, setelah berhubungan sama lo. Lo lihat sendiri gue selalu minum itu."
"Apa lo pernah main sama yang lain juga?"
"Nggak pernah!" seru Meisya murka. Enak saja menuduhnya sembarangan. "Cuma sama lo doang, Kak." Mario memang meminta Meisya hanya berhubungan dengannya saja, tapi dia sendiri malah berhubungan dengan perempuan lain. Mario selalu memakai pengaman ketika bersama yang lain, itu cara dia meyakinkan Meisya agar tetap mau berhubungan dengannya tanpa memakai pengaman. Sungguh, Meisya tak kuasa menolaknya. Karena lelaki itu punya sesuatu yang dia gunakan untuk mengancam Meisya agar selalu mau menuruti apa pun keinginannya.
"Sekarang gue harus gimana?? Ini anak elo, Kak," ujar Meisya dengan air mata yang sudah mulai menggenang. Dia tidak akan menggugurkan janin yang tidak berdosa ini. Melakukan hubungan intim di luar nikah saja, dia sudah sangat berdosa. Apalagi membunuh janin yang sama sekali tidak bersalah ini?
"Nikahi gue, Kak... " lirih Meisya. Dia memegang pergelangan tangan Mario-memohon pada lelaki itu.
Mario terdiam.
Meisya tertegun ketika Mario melepaskan tangannya perlahan, pikiran negatif tiba-tiba saja muncul dibenaknya. Apa Mario menolak untuk menikahinya?
"Sorry, Sya. Gue belum siap menikah. Lo tahu sendiri alasannya. Kalau pun gue ingin menikah nantinya, Pelangi lah yang akan gue nikahi. Bukan elo, atau perempuan mana pun... "
Meisya tersenyum kecut mendengarnya. Dia merasa sedih atas penolakan Mario yang enggan menikahinya padahal dia tengah mengandung darah daging lelaki itu sendiri. Pelangi lagi dan lagi... kenapa harus selalu ada nama Pelangi? Perempuan yang sangat dicintai Mario sepenuh hatinya. Tidak seperti Meisya atau perempuan lain, yang bagi Mario, hanya sebagai pemuas nafsunya.
Meisya memejamkan kedua matanya sejenak dan kemudian membukanya perlahan. Dia harus bisa mengontrol emosinya saat berbicara dengan Mario. Kalau dia emosi, masalah tak akan selesai, yang ada Mario akan ikutan emosi juga.
"Tapi, Kak... gimana dengan nasib anak kita?" Meisya tak dapat membendung air matanya yang mulai berjatuhan membasahi pipinya. "Dia butuh seorang ayah."
"Kita bisa membesarkannya bersama, tanpa harus menikah," ujar Mario enteng-membuat Meisya membekap mulutnya tidak percaya.
Meisya menggelengkan kepalanya. Bukan ini yang dia mau. Dia ingin membesarkan anaknya bersama dengan Mario dalam sebuah ikatan resmi. Apa kata orang kalau tahu dia hamil tanpa suami? Orang tua Meisya juga belum mengetahuinya. Entah bagaimana tanggapan kedua orang tuanya nanti. Kedua orang tuanya yang hidup dengan ekonomi pas-pasan itu, berharap banyak kepadanya. Mereka ingin Meisya sukses suatu hari nanti.
Bab 1 Prolog
05/08/2022
Bab 2 Awal Mula Bencana
05/08/2022
Bab 3 Semua Telah Terjadi
05/08/2022
Bab 4 Akal Licik Mario
05/08/2022
Bab 5 Orang Tua Meisya
05/08/2022
Bab 6 Touch Me
05/08/2022
Bab 7 Perasaan Bersalah
05/08/2022
Bab 8 Mencari Pekerjaan
05/08/2022
Bab 9 Maksud Lo Apa
05/08/2022
Bab 10 Arshaka
05/08/2022
Bab 11 Video
05/08/2022
Bab 12 Jadi Jalang Gue!
05/08/2022
Bab 13 Sad Boy
05/08/2022
Bab 14 Special or Worst Day
05/08/2022
Bab 15 Jangan Baper!
05/08/2022
Bab 16 Tak Pantas Untukmu
05/08/2022