'Photophile' adalah sebutan bagi mereka yang menyukai cahaya. Dan 'Nyctophile' adalah sebutan untuk mereka yang menyukai kegelapan. Bara Ahava adalah laki-laki pertama yang kenalkan Lona pada istilah-istilah itu. Laki-laki yang berhasil buatnya jatuh cinta hingga tak tau apa itu luka. Tapi, penerbangan yang buat Hava tak mendarat, berhasil buat Lona rasakan reruntuhan dari puing-puing yang buat tubuhnya terhimpit, rasakan ngilu dan sakit. Dan tepat setelah itu, sosok Aanand datang, buat Lona menjerit kesakitan ketika tubuhnya ditarik pelan dari reruntuhan. Akankah Lona keluar pada akhirnya? Atau justru terjebak dalam gelapnya malam yang kelam?
'Phile' adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesukaan seseorang atau kecintaannya terhadap hal-hal disekitarnya.
Cahaya, gelap, langit, senja dan beberapa hal lain yang ada di alam semesta sering disebut sebagai objek 'phile' pada laman pencarian digital.
Dan Aalona Xiomara adalah salah satu pecintanya.
Perempuan dengan rambut hitam sebahu, yang sekarang sedang duduk dengan kaki selonjoran di atas rumput itu adalah salah satu dari sekian banyak orang yang sangat menyukai cahaya.
'Photophile' istilahnya.
Lona suka, bagaimana ketika cahaya itu menyelinap di antara celah-celah tak terduga hingga tertangkap oleh matanya. Lona suka, ketika cahaya itu tampakkan cantik serupa pada setiap unsur yang disinari olehnya.
Sosok Hava adalah laki-laki pertama yang kenalkan ia pada istilah 'phile' itu. Awalnya, Lona begitu asing setiap kali Barra Ahava, laki-laki yang kini menjadi tunangannya, sebutkan istilah-istilah asing tiap kali mereka tatap satu objek dalam waktu yang lama.
Tapi, kini dia bahkan hapal luar kepala akan segala jenis 'phile' yang sudah pernah Hava tunjukkan padanya.
Tiba-tiba dia rindu laki-laki itu. Laki-laki dengan sejuta terang yang Aalona suka. Sikapnya, senangnya, diamnya, semuanya. Lona suka.
Lona bawa matanya untuk tatap langit di atas sana, pikirkan sudah sampai mana kiranya pesawat yang bawa raga Hava terbang menjauh darinya.
Lona kira, beberapa hari tanpa kehadiran Hava akan terasa biasa saja, tapi nyatanya dadanya dihimpit rindu tak berujung pada sosok laki-laki yang kini terbang ke Jerman untuk jemput adiknya itu.
Mata coklat terangnya masih setia tatap cahaya dari celah-celah awan. Perlahan, Lona bawa jari-jemarinya ke atas, lalu melihat cincin yang tersemat di jari manisnya. Melingkar apik dengan permata kecil diatasnya.
Lona jelas masih ingat, bagaimana khusyuknya acara pertunangannya dan Hava. Namanya dan Hava disebut dalam ikatan suci yang sebentar lagi terealisasi.
Sial ... rasanya seperti ada yang menggelitik perutnya, jantungnya bahkan masih saja berdegup kencang, seakan-akan semut yang berkeliaran di rumput bisa mendengarnya kapan saja. Semburat merah pun ikut menghiasi rona pipi Lona.
Jika harus menceritakan sosok Hava, maka Lona dengan lantang akan berkata, bahwa ia dapat mendiskripsikan laki-laki itu berjam-jam.
Hava adalah laki-laki yang berhasil runtuhkan egonya. Runtuhkan pertahanannya. Runtuhkan kemauannya.
Laki-laki itu berhasil buat Lona kenal apa itu yang namanya cinta. Apa itu bahagia. Apa itu rasa berbunga-bunga.
Tiap kali ia bersama laki-laki, tiada hari yang terlewat tanpa kupu-kupu terbang di perutnya. Hava dan segala yang dimiliki laki-laki itu adalah perpaduan sempurna yang akan selalu Lona puja.
Kulit kuning langsatnya, senyum yang dipunyainya dan apapun yang melekat pada laki-laki itu, Lona bersumpah, dia adalah fans nomor satu laki-laki itu.
"Kakak."
Suara bundanya yang mengalun lirih, berhasil tarik seluruh atensi Lona yang mengambang. Perempuan itu bawa matanya untuk menatap sang Bunda yang sedang berdiri di ambang pintu rumah mereka.
Lona beranjak dari duduknya, berjalan pelan dan menghampiri orang yang sangat berharga baginya itu. Matanya terkunci pada raut wajah was-was yang bundanya tunjukkan, membuat jantungnya ikut berdetak riuh di dalam sana.
"Kenapa Bunda?"
Satu tetes air mata tiba-tiba lolos dari mata cantik sang bunda. Jantung Lona bertalu kuat di dalam sana. Lona jelas tidak mati rasa, ia bisa rasakan kesedihan mendalam lewat mata bundanya. Kenapa? Ada apa? Semua pertanyaan tanpa jawaban berputar riuh dalam kepalanya.
"Bunda?"
"Sayang -" Lona dikejutkan dengan suara Bundanya yang bergetar. Kalimat itu terpotong, menggantung di udara tanpa Lona tau pasti apa alasannya.
Dan bukannya lanjutkan kalimat yang tersisa, tangan Bundanya justru terangkat, berikan benda pipih yang sedari tadi dipegang pada Lona.
Dengan hati-hati Lona menerimanya, degup jantungnya makin riuh dan Lona benci situasi itu.
Nampak sebuah kanal berita di sana. Dengan hati-hati, jari-jemarinya bergerak, menekan tombol play dan mendengar kata per kata dari pewarta yang bicara di kanal berita itu.
"Sebuah pesawat dari penerbangan Airness Asia hilang kontak dan masih di telusuri-"
Prang!
Peranti elektronik milik bundanya terjatuh begitu saja, membentur ubin yang jadi tumpuan kakinya. Rasa-rasanya Lona tuli, hanya terdengar dengingan keras yang memekikkan telinga.
Mata coklat terang itu menatap ponsel yang tergeletak di tanah, memperlihatkan pewarta yang masih saja berbicara meski suaranya tidak bisa ditangkap oleh telinga Lona.
Apa kata pewarta tadi? Pesawatnya hilang kontak?
Pesawat yang dinaiki oleh Hava, tunangannya, hilang kontak?
"Bunda?" Lirih, suaran Lona sangat lirih, terdengar pilu hingga menyayat hati yang kerungu.
Sang bunda yang melihat itu hanya mampu tarik tubuh ringkih sang buah hati dalam peluk hangat, didekap erat dan nyamankannya dengan kata-kata penenang.
Namun, bukannya tenang, Lona justru merasa berang.
Tangannya sama sekali tak membalas dekapan sang bunda. Penglihatannya buram, menatap tepat pada jari manisnya. Inisial 'H' tercetak jelas di sana. Seluruh kilas balik kebersamaannya dengan Hava berputar dikepala, buat hati Lona makin teriris, ciptakan perih tak terkira.
"Hava balik, 'kan, Bun?"
Tidak ada jawaban, hanya usapan-usapan lembut yang sedari tadi coba bundanya beri. Dan Lona jelas tidak bodoh untuk tangkap apa maksudnya.
Hava ingkar pada janjinya.
Katanya, laki-laki itu akan kembali, mengenalkan Rona, adik yang sedang mengemban ilmu di Jerman padanya.
Katanya, laki-laki itu akan membuatkan falscher hase, makanan khas Jerman usai mendapatkan resep dari koki di sana.
Katanya, laki-laki itu akan membawanya ke puncak Gunung Alpen untuk memperlihatkan secantik apa edelweiss leontopodium alpinum di tempat asli bunga itu.
Katanya, laki-laki itu akan membuat resepsi pernikahan dengan tema garden party seperti yang Lona mau.
Katanya, laki-laki itu akan selalu menjadi orang pertama yang bertanya tentang harinya, bertanya tentang suka-dukanya dan berdecak kagum padanya.
Katanya, laki-laki itu akan sematkan nama akhir miliknya pada nama Lona.
Katanya ... katanya ...
Katanya, laki-laki itu akan selalu berada di sisi Lona.
Benar, hanya katanya.
Apa makna lain dari kata jika tidak dibuktikan? Lona tidak mengerti akan eksistensi sebuah kata jika hanya sebatas kata.
"Kita ke bandara ya?" Suara lirih sang bunda yang tertangkap oleh telinga Lona sama sekali tak membuat perempuan itu rasakan kemauan. Lona bahkan sudah menyerah pada angan, sejak pertama kali telinganya menangkap suara si pewarta berita.
"Hava ingkar janji Bunda. Lona bahkan tidak yakin jika Hava akan kembali. Kosong. Rasanya hampa ... Lona tidak tahu harus melakukan apa."
Dan kalimat itu adalah kalimat terakhir sebelum tubuh Lona jatuh merosot, memberi unjuk jika dirinya memang tidak lagi punya harap yang terpegang erat-erat.
Beri tau dunia, bahwa ia tak akan pernah baik-baik saja.
Bab 1 Phile
16/07/2022
Bab 2 Kenangan
17/07/2022
Bab 3 Tentang Hava
17/07/2022
Bab 4 Pesan Darinya
17/07/2022
Bab 5 Bertemu
17/07/2022
Bab 6 Kesepakatan
17/07/2022
Bab 7 Mulai Dari Awal
17/07/2022
Bab 8 Johan & Aanand
17/07/2022
Bab 9 Duka
17/07/2022
Bab 10 Tidak Masalah Untuk Tidak Baik-Baik Saja
18/07/2022
Bab 11 Langit
10/08/2022
Bab 12 Bintang dan Malam
10/08/2022
Bab 13 Tentang Angan
11/08/2022
Bab 14 Bagaimana Jika Keadaannya Berbeda
12/08/2022
Bab 15 Berteman
12/08/2022
Bab 16 Tentang Banyak Hal
13/08/2022
Bab 17 Pesawat
14/08/2022
Bab 18 Lona dan Traumanya
14/08/2022
Bab 19 Perbandingannya Adalah Diri Sendiri
14/08/2022
Bab 20 Bertemu
15/08/2022
Bab 21 Berkenalan
15/08/2022
Bab 22 Patner Kerja
15/08/2022
Bab 23 Tentang Luka Keduanya
15/08/2022
Bab 24 Tentang Langit dan Kenangan
15/08/2022
Bab 25 Tentang Cahaya
01/09/2022
Bab 26 Banyak Hal Baik di Dunia
02/09/2022
Bab 27 Lembar Baru
03/09/2022
Bab 28 Tentang Sosok Papa
04/09/2022
Bab 29 Mungkin Nggak Buat Memulai Hubungan Lagi
06/09/2022
Bab 30 Hidup Yang Berjalan Seperti Bajingan
08/09/2022
Bab 31 Tentang Manusia Yang Banyak Mau
08/09/2022
Bab 32 Puncak Yang Kedua Kalinya
09/09/2022
Bab 33 Tentang Kita
12/09/2022
Bab 34 Orang Pertama
12/09/2022
Bab 35 Beginilah Seorang Sahabat
13/09/2022
Bab 36 Alat Bukti
13/09/2022
Bab 37 Harusnya Kamu Selamatkan Dirimu Sendiri Lebih Dulu
15/09/2022
Bab 38 Tentang Aanand dan Masa Lalu
15/09/2022
Bab 39 Klien Baru
16/09/2022
Bab 40 Keras Kepala
17/09/2022
Buku lain oleh Napena
Selebihnya