Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jodoh yang tak terduga

Jodoh yang tak terduga

Aliannaxsya

5.0
Komentar
351
Penayangan
9
Bab

Camila seorang wanita yang dulunya sangat mengidambakan menjadi model. Menurutnya jalan di catwalk dan bertemu banyak orang akan membuat aura dirinya lebih pekat. Tapi sayang itu semua hangus dalam sekejap mata. Keluarganya yang hancur karena kebangkrutan lalu luka yang berada di wajah Camila tepatnya di pipi kirinya membuat ayah dan ibunya bertengkar karena ingin operasi plastik untuk Camila ,sedangkan sang ayah Darren sudah tak memiliki apapun. Dan itu semua membuat Camila muak dan pergi dari rumah. Dia selalu menutupinya menggunakan masker. Saat dia bingung ingin pergi kemana, tiba-tiba ada mobil yang tak sengaja menyerempet dia. Bangun-bangun dia menemukan seorang wanita yang mungkin lebih tua darinya sekitar 3-4 taunan. Dia Riana, tak di sangka tuhan mempertemukan dia untuk Camila menjadi sebuah keberuntungan. Dia seorang psikolog, saat dia menceritakan semua masalahnya dari keluarga, hingga awal mula adanya luka yang di wajahnya itu, menurut Riana Camila mengalami gejala PTSD, dan kemungkinan besar itu berasal dari luka di wajahnya. Camila mulai kesusahan dengan gejala itu karena itu sangat menggangunya dengan pekerjaannya. Jika sedang kambuh dia akan berhalusianasi seperti yang ada di otaknya dan untuk kembali normal lagi keinginannya harus terpenuhi. Dia semakin sedih karena luka di wajahnya itu, meskipun tertutupi oleh make up yang dia racik sendiri tapi tetap saja itu menghambatnya dengan pekerjaanya. Hingga suatu hari dia di terima di perusahaan ternama dan beruntungnya dia menajadi perias model, betapa senangnya Camila saat itu. Namun sayang, setelah dia bertemu dengan CEO perusahaan itu yang bernama Reon semuanya jadi kacau karena PTSD nya kambuh dan menyebabkan masalah banyak hal. "Aku kekasih mu!" Tegas Camila. "Saya sama sekali tidak mengenal mu!" Sinis Reon.

Bab 1 Camilla

Camilla sedang berjalan menuju perusahaan yang berkerja di industri entertainer. Dia akan melamar menjadi perias disana, terutama menjadi perias Maria, seoranh model terkenal di tahun ini.

"Camilla relasyita muge, lulusan harvard... dan menjadi model terkenal di Paris....?" Departemen penanggung jawab begitu bingung melihat resume dan data-data milik Camilla yang begitu aneh menurutnya.

"Bukannya harvard di America?" Tanya salah satu departemen penanggung jawab jadi mereka berdua.

Camilla membenarkan kaca mata hitamnya dan mengehela nafas berat, dia menatap remeh kepada dua wanita di hadapnnya ini.

"Dengar, aku kuliah di harvard lalu menjadi model di paris berteman dengan Kendall Janner apa salahnya?" Camilla sedikit ngeggas saat menjelaskan itu semua.

Kedua penanggung jawab itu saling pandang dan sepertinya mereka berdiskusi.

"Lalu kenapa kau ingin menjadi make up model Maria? Bukan kah kau juga model terkenal di Paris?" Seru salah satu penanggung jawab dengan senyum kemenangan karena ia fikir Camilla hanyalah seorang gadis yang mungkin agak gila.

"Ch, meskipun aku model terkenal disana tapi berbeda halnya aku disini, tenang saja... jika kau menerima mu bekerja disini sudah di pastikan semuanya lancar tanpa ada hambatan. Sepertinya aku sedikit lelah dan tak banyak waktu." Seru Camilla sembari memasangkan kembali kacamata hitamnya.

"Nanti kita kabari saja kelanjutannya, dan kau bisa datang lagi kemari."

"Berapa gaji disini?" Tanya Camilla tiba-tiba.

Kedua penanggung jawab itu terkejut mendapatkan pertanyaan dari Camilla, bukan pertanyaanya lebih tepatnya kediri dia sendiri... apa dia benar-benar waras? Sudah resumenya tidak sesuai berpenampilan glamour dan juga tentang sekolahnya-- itu seperti data palsu.

"Sekitar tiga juta dalsm sebulan, jika perhari kau mendapatkan uang seratus ribu itu tergan-- tung."

Bruk!

Camilla menyimoan tas kesayangannya dari brand terkenal yaitu gucci di atas meja mereka. Keduanya begitu terpana melihat tas Camilla, mereka langsung meng-iyakan apa yang Camilla bicarakan.

"Jika kau ingin lima ratus ribu per-hari pun bisa, kita akan mempertimbangkannya dan pasti kau di terima, benar bukan?" Serunya terhadap temannya.

"Benar sekali, aku menjamin itu." Serunya lagi meyakinkan.

Camilla hanya menatap datar mereka tanpa minat, dia berbalik badan tapi sepertinya drees dia menyangkut.

Kluntang!

Mata Camilla melihat kebawah mencari apa yang jatuh barusan itu, ternyata baut dari meja yang di pakai oleh kedua penanggung jawab ini.

Camilla mengambilnya dan meletakannya di meja, "lain kali, cek semua kondisi barang-barang disini untuk menyambut pekerja baru. Berilah kesan bagus dari perusahaan mu." Ucap Camilla dengan pelan tapi ngena pasti.

"I-itu... akan kami perbaiki, tenang saja." Seru mereka seperti tertangkap basah melakukan kesalahan.

"Permisi!" Seru Camilla dan langsung pergi dari sana.

Tiba-tiba kepalanya pusing, jantungnya berdegup kencang. Di otaknya seperti ada roll film yang menampilkan kejadian bebrapa jam yang lalu. Camilla langsung berlari ke toilet, setibanya disana dia langsung mengunci pintunya.

Bruk!

*flashback

Pagi yang cerah menyambut Camilla untuk bersemangat beraktivitas di pagi hari ini. Camilla langsung bersiap untuk melamar kerja di beberapa perusahaan dengan pekerjaan yang memang dia kuasai.

Saat sedang memoles wajahnya, matanya terus menatap luka di pipi kirinya itu. Setelah itu Camilla tersenyum manis dan mengambil beberapa foundation cair dan mencampurnya dengan conciler juga, setelah mendapatkan warna tone kulitnya Camilla langsung mengakplikasikan ke wajahnya.

"Selesei!" Serunya senang, dia begitu cantik jika saja bekas luka itu tidak ada.

Drrrttt....

Telponnya berbunyi, Camilla mengernyitkan keningnya karena tidak mendapatkan nama di layar ponselnya.

"Siapa?"

"Saya dari perusahaan Bintang start menolak resume mu karena alasan tertentu, terutama pendidikan mu itu."

Bip.

Belum juga Camilla menjelaskannya dari pihak sana sudah di matikan. Camilla menyimpan teleponnya dengan gemetar, jantungnya mulai berpacu cepat, datanya terasa sesak dan sakit.

Kepalanya sedikit pusing, bayangan saat dia masih sekolah dasar terlintas begitu saja, aplagi saat anak laki-laki itu melukai wajahnya yang berbekas hingga sekarang ini.

"Argghh..." Camilla mengerang kesakitan karena kepalanya semakin sakit dan juga dadanya yang sesak.

"Hah... hah... hah... " Nafasnya mulai teratur, Camilla menatap pantulan dia di dalam cermin.

Seringaian anggung tercetak jelas di wajahnya, "aku bisa mendapatkan peekrjaan itu." Ucap Camilla seperti meremehkan. Tanpa sadar dirinya yang lain telah datang dan menguasainya sekarang.

****

Mata Camilla begitu berat saat terbuka, seingatnya dia mengalami sakit kepala luar biasa. Dia kaget karena dia berada di toilet dengan keadana duduk dan mbersandar ke penutup closet.

Begitu kagetnya saat melihat kertas-kertas berserakan. Tangannya mengambil poto model Kandel Janner yang terkenal itu di paris itu, dan di pinggirnya itu ada nama dia yang menggunakan spidol. Dia mendesah berat dan mulai panik.

"Apa yang aku lakukan!" Pekik Camilla memijat kepalanya. Lalu dia menyadari warna rambutnya yang menjadi coklat terang.

"Aish! Bodoh!" Rutuk Camilla karena mengingat apa yang dia lakukan saat beberapa waktu yang lalu. Tangannya mencari-cari ponsel di tasnya, saat membuka tasnya lagi-lagi dia di buat kaget.

"Ish! Ngapain aku pake tas ini coba?" Tas yang di pakainya ini milik Riana yang kebetulan tertinggal di apartemennya.

Detelah menemukan ponselnya Camilla langsung menelpon sang penolong setiap penyakitnya ini kmabuh.

"Hallo Ri... PTSD ku kambuh dan membuat keributan." Rengek ku dengan nada sedih.

"Aku menjemput mu sekarang, kirim lokasinya." Pinta Riana, aku menurut dan langsung mne-sherlock lokasi aku berada.

Memang sangat beruntung sekali bertemu dengan orang seperti Riana ini, sudah baik, pengertian ah pokoknya jika berbicara tentang Riana Camilla sendiri bingung dimana letak cacat darinya.

****

"Bos, para Investor menyabut investasinya karena produk kita yang tidak keluar-keluar."

Salah satu pria di ruangan penuh abu-abu itu sedang menjelaskan keadaan perusahaan yang semakin menurun.

Pria yang di sebut Bos itu, Reonal Javier pengusaha muda yang baru saja merintis bisnis di bidang kosmetik yang sebenarnya dia sendiri tidak terlalu tau tentang kosmetik itu.

"Biarkan saja, intinya saya ingin kau cepat menyelesaikan pembuatan fondation yang bisa mnyamarkan bekas luka." Ucap Reon dengan tegas.

Fang sang sekertaris bingung karena perusahaan yang Reon dirikan ini benar-benar dalam ambang ke bangkrutan tapi bosnya ini masih terlihat santai dan kukuh ingin membuat fondation yang bisa menyamarkan bekas luka.

"T-tapi keungan kita--" Reon mengadahkan tangannya agar Fang berhenyi bicara.

"Aku akan mengurus itu." Serunya dengan penuh keyakinan.

"Baik kalo begitu aku kembali kerja." Pamit Fang dan kembali ke mejanya.

Setelah kepergian Fang bahu yang tadinya tegap dengan penuh kepercayaan kini merosot seperti kehilangan itu semua. Sebenarnya Reon sendiri bingung dengan keadaan krisis yang tengah di alaminya itu.

Memang dia daru keluarga terpnadang tapi tetap saja ayahnya melepas dia karena membantah untuk menjadi penerusnya, dan sekarang Reon bingung akan meminta bantuan ke siapa.

****

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Aliannaxsya

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku