Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menantu Yang Tak Diinginkan

Menantu Yang Tak Diinginkan

Claire Park

5.0
Komentar
81.3K
Penayangan
121
Bab

Anara Alfhatunnisa Zayba, seorang gadis yang harus menyandang status sebagai seorang istri dari pria tampan, berwibawa, dan pekerja keras. Di malam pertama pernikahan, Anara harus tidur sendiri lantaran sang suami lebih memilih untuk pergi meninggalkannya dengan alasan sebuah pekerjaan. Bekerja di malam pengantin? Sungguh konyol dan tidak masuk akal. Kehidupan pernikahan yang tak sesuai ekspektasi membuatnya cukup frustrasi. Mertua yang cerewet, ipar egois, dan suami yang diduga tukang selingkuh, merupakan alasan yang kuat sehingga Anara memutuskan untuk merubah kehidupannya.

Bab 1 Hanya Aku Yang Hina

Aku mendesah frustasi, saat tak menemukan namaku di daftar pemenang. Sesulit itukah? Atau diriku yang tak tahu membuat cerita menarik? Sehingga karyaku tak pernah dilirik oleh editor.

Sangat sulit bagiku untuk mendapat info lebih tentang cara menulis, membaca artikel saja tak cukup. Sehingga aku mengunduh hampir semua platform novel online, agar aku membaca banyak cerita yang berbeda.

Kadang aku merasa iri dengan orang-orang yang dengan gampang masuk list pemenang lomba. Aku hanya bisa menghibur diri dengan kalimat, "Jangan berkecil hati, mungkin saja mereka juga pernah melalui apa yang kau lalui, ini hanya masalah jam terbang".

Aku sudah mencoba segala pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, mulai dari membuat kanal Youtube, mengupload video original di salah satu aplikasi kumpulan video pendek, bahkan aku juga menjual jasa melukis henna craft. Namun, lagi-lagi tak ada yang berhasil. Sesial ini kah diriku? Apakah Tuhan lupa, membuat naskah tentang kebahagiaan untukku? Ataukah malaikat melewatkan namaku saat pembagian rezeki?

Memiliki kepribadian Introvert menjadi penghalang, circle pertemanan terbatas, sehingga sulit untukku mencari bahan untuk dijadikan sebuah cerita. Rasa malu dan tak enak hati akan melanda saat ingin menggali ide dari teman atau keluarga.

Pernah sekali, aku mencoba bertanya pada kerabat yang berprofesi sebagai prajurit bela negara. Akan tetapi, ia menolak dengan alasan 'rahasia negara', padahal tak ada yang salah dengan isi pertanyaanku. Setelah itu, dia membicarakanku dan membuat cerita di story Instagramnya, menjelekkanku karena berani mengorek tentang sebuah rahasia negara. Sementara, aku hanya bertanya tentang pangkat dan syarat menikah bagi seorang prajurit.

Seberapa banyak naskah yang kukirim, selalu ditolak dengan kalimat, "cerita sudah bagus dan gaya penulisan yang rapi. Namun, cerita Anda tak sesuai dengan gaya platform kami". Pertama kali mendapatkan penolakan, membuatku tak pantang menyerah, aku kembali merevisi dan membuat naskah baru. Akan tetapi, berita yang tak menyenangkan itu terus berdatangan membuatku kerap berputus asa.

Aku hanya bisa menangis di pojokan saat kekecewaan lagi-lagi menyerangku. Tak hanya mengirim naskah, aku juga mengikuti beberapa kompetisi di media sosial, tapi lagi-lagi tak ada harapan untuk penulis pemula sepertiku.

Saat mereka bertanya mengapa aku ingin menulis, jawabanku pasti hanya satu, karena aku ingin mencari uang dan pengakuan dari orang-orang yang meremehkanku. Hanya ini yang bisa kulakukan, duduk berdiam di depan laptop jadulku.

Aku tak pandai bersosialisasi, sehingga aku tak suka bekerja di toko atau terjun ke pekerjaan yang sering orang-orang sebut 'Multilevel Marketing', yang mengharuskan untuk lihai berbicara di depan banyak orang. Kuliahku masih stay di semester akhir, sehingga aku tak bisa mencari pekerjaan kantoran. Dan aku tak punya keterampilan tangan seperti kakakku, yang pandai menjahit dan mendesain pakaian.

Aku hanya bisa menciptakan karangan yang ayahku saja menganggapnya sampah. Ia selalu merendahkan keputusanku, mengatakan bahwa aku tak berguna. Beliau selalu membandingkan dengan kakakku yang memiliki banyak penghasilan.

Bukan hanya beliau, mertua dan iparku juga ikut memojokkanku. Mereka akan berteriak jika aku berdiam diri di kamar. Sehingga menyulitkanku untuk berkonsentrasi.

Bukan mauku untuk menikah di usia muda, perjodohanlah yang menjadi penyebab statusku harus berubah. Aku pernah berpikir, kemungkinan orang tuaku punya utang yang tak sanggup mereka bayar, sehingga akulah yang dijadikan jaminan. Namun, aku sadar hidupku bukanlah cerita sinetron.

Hidup di keluarga suami yang memiliki perekonomian memadai, menjadi sebuah bumerang bagiku. Mereka sering menganggapku beban hidup bagi suami. Bukankah tugas suami untuk menafkahi istrinya? Lantas, mengapa mereka yang sibuk mengurusi keuanganku?

Suamiku sebenarnya baik, tetapi karena terlalu patuh kepada ibunya, ia juga ikut-ikutan keras padaku. Menomor satukan orang tua memang tak masalah. Namun, kebahagiaan istri juga sangatlah penting dan menjadi patokan kesuksesan seorang suami.

Pernah sekali, suamiku meminta izin untuk pindah ke rumahnya saja-rumah yang ia beli saat masih bujang-mengikuti kemauanku. Namun, mertuaku melarang dengan alasan adik perempuan suamiku juga sering berkunjung ke rumah mertuanya, sehingga tak ada yang menemani dan mengurusnya di rumah. Lagi-lagi aku mengalah, bukan karena takut kepada mertua, tapi aku menghargai dan menghormati keputusan suamiku.

"Tak usah banyak kerja, kau istirahat saja. Jangan memaksakan diri, aku tidak akan marah jika kamu tidak membersihkan dalam sehari." Perkataannya saat itu membuatku sedikit lega, karena aku mengira, bahwa mertuaku adalah orang yang pengertian. Namun, ternyata aku salah. Saat itulah awal cerita, bagaimana mereka menyebarkan berita yang tak benar tentangku.

***

Anara Alfathunnisa Zayba-itu namaku. Indah bukan? Tapi tak seindah kehidupanku. Semenjak pindah ke rumah mertua, aku tak pernah tertawa, tak pernah bercanda, apalagi bercengkrama bersama keluarga dari pihak suami.

Karena itulah, aku sering berbohong agar bisa keluar dari rumah yang mirip penjara. Ralat, sepertinya penjara akan lebih nyaman dibanding rumah mertua.

"Nara! Di mana baju gamis biru yang kau cuci tempo hari?" teriakan mertuaku menghentikan aktivitasku. Sejak menjadi menantu, semua pekerjaan rumah dialihkan padaku. Ibu mertua sengaja tak melanjutkan kontrak pembantu sebelumnya, sebab aku sudah ada di rumah itu. Terkadang, aku merasa menjadi pembantu berkedok menantu.

"Di lemari, rak kedua sebelah kiri, Bu," sahutku yang masih berada di dapur, menggoreng ikan asin kesukaannya.

"Kau menyuruh Ibu mengambilnya sendiri, menantu macam apa kau ini? Dasar pemalas!" gerutu Mira-adik suamiku.

Mira memiliki usia yang terpaut dua tahun di atasku, membuatnya tak ingin menghormatiku, padahal aku adalah istri kakaknya. Secara terang-terangan ia telah mengibarkan bendera perang padaku.

"Aku sedang memasak, mengapa bukan kau saja yang membantunya?" Aku meliriknya sekilas. Kulihat ia membulatkan mata terkejut mendengar ucapanku. Sebelumnya, aku tak pernah membantah ucapan Mira dan ibu, tetapi kali ini, aku tak ingin terus menerus direndahkan.

Semakin aku diam, semakin mereka menginjakku. Selama ini aku tak takut. Namun, aku memilih untuk diam karena tak ingin mencari masalah. Akan tetapi, kesabaranku sepertinya sudah menipis.

Gelar menantu pembangkang dan pemalas sudah tertanam di pikiran orang-orang yang tak tahu menahu kebenaran. Mereka seakan terlalu asyik bercerita tentang orang lain, tanpa harus bertanya tentang kebenarannya. Mengapa? Karena bergosip adalah kesenangan bagi orang-orang yang tak memiliki pekerjaan, bagi mereka kebenaran tidaklah penting.

"Kau sudah berani membantah? Siapa yang mengajarimu? Kau harusnya tahu diri, tugas menantu memang seperti itu, bukan?" Mira mendekap kedua lengannya dan memberiku tatapan merendahkan.

Aku segera mematikan api kompor. "Apakah kau juga dijadikan pembantu di rumah mertuamu?"

"Jelas tidak! Mengapa aku harus repot mengotori tanganku untuk memberi mereka makan?"

Aku tersenyum miring menanggapi ucapannya, untung saja suara dengusanku tak terdengar. Ia tak ingin mengotori tangannya di rumah mertua, tetapi menyuruhku mengotori tanganku di rumahnya. Sungguh egois, hanya memikirkan diri sendiri.

Aku segera meninggalkan Mira yang masih saja bercerita tentang kelebihannya di antara para saudara suaminya. Terlahir dari keluarga yang mampu, membuatnya buta akan kekurangan diri sendiri.

Segera kuhampiri ibu mertuaku yang terlihat kesulitan mencari baju di lemari yang menurutku sangat besar. Apakah ia ingin menyaingi lemari selebriti kelas atas? Baju yang begitu banyak, apakah terpakai di kondisinya yang sudah menua? Sering kali diriku tersenyum kecut melihat mereka menghamburkan uang demi sehelai baju yang hanya terpakai beberapa kali saja.

"Jika kau ingin ke suatu tempat, pakai saja baju Mira, tak usah beli lagi. Jangan menghamburkan uang," petuahnya yang kubalas anggukan.

Lebih baik aku memakai baju lamaku daripada harus memakai baju Mira, dan berisiko menjadi bahan ejekan para tetangga. Sudah dipastikan, bahwa Mira akan menceritakan hal itu pada tetangga dan memberinya bumbu sambal pedas mercon, agar ceritanya terdengar dramatis. Seperti yang sudah lalu. Dia yang menawarkan, tapi dia pula yang menyebarkan berita palsu bahwa aku iri dengan kehidupannya. Sampai baju pun aku memaksa agar ia meminjamkan padaku.

"Kau juga harus berpenampilan menarik, jangan hanya memakai baju yang itu-itu saja," omelnya yang lagi-lagi kutanggapi dengan senyuman.

Padahal, dia yang melarangku untuk membeli baju baru, tetapi dia juga yang menyuruhku untuk berpenampilan layaknya orang kaya. Orang berkelas tidak dilihat dari seberapa mahal baju yang ia kenakan atau seberapa terkenal brand yang menempel di tubuhnya. Melainkan dari isi kepala, attitude, manner dan karaktermu sendiri.

"Apakah novelmu sudah selesai? Katanya menjadi penulis punya banyak uang, bukan? Lantas mengapa kau masih bergantung pada kakakku?" Lagi-lagi si Nenek Lampir itu kembali menghampiriku.

Untuk apa kakaknya menikah denganku jika kebutuhan hidup pun harus aku yang mencari?

"Bukankah tugas suami untuk memberi nafkah kepada istri. Kau juga seperti itu, kan?" tanyaku dengan nada mengejek. "Oh iya. Meski sudah menikah kau masih bergantung pada orang tua, bukan?" lanjutku sambil menutup mulut berpura-pura syok akan kenyataan itu.

Plak!

"Beraninya kau!" teriakan beserta tamparan mendarat tepat di pipi kiriku. "Dia anakku, wajar jika aku membantunya. Daripada kau, tak memiliki ibu sehingga tak ada yang menjadi sandaranmu."

Sakit? Tidak! Aku sudah kebal dengan segala bentuk pukulan fisik. Justru ucapannyalah yang membuatku kesakitan. Bukan mauku tak memiliki ibu, bukan kehendakku sehingga ibu pergi meninggalkanku. Aku juga merindukan sosoknya, tapi Tuhan sepertinya lebih menyayangi beliau. Ibu sudah tenang di sana, ia tak merasa kesakitan lagi.

"Ingat, Nara! Kau hanya benalu di rumah ini, seandainya Lidya saja yang menjadi menantuku," harapnya yang kuaminkan dalam hati.

"Jika Lidya yang menjadi menantu perempuan di rumah ini, Ibu harus mempekerjakan asisten rumah tangga. Karena ia tak akan mau mengerjakan semua pekerjaan rumah dan mengotori tangan cantiknya," balasku dengan suara yang meninggi.

"Kau ... masih saja membantah. Dasar! Wanita tak tahu diri!"

Ya, sebut saja aku seperti itu. Hanya aku yang hina, hanya aku yang tak pantas berada di keluarga ini. Keluarga toxic yang tidak ingin menghargai orang lain. Bagi mereka harta adalah segala-galanya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Claire Park

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Menantu Yang Tak Diinginkan
1

Bab 1 Hanya Aku Yang Hina

25/05/2023

2

Bab 2 Permintaan Cerai

25/05/2023

3

Bab 3 Cosplay Jadi Pasangan Harmonis

25/05/2023

4

Bab 4 Menantu VS Mertua

25/05/2023

5

Bab 5 Kembali Curiga

25/05/2023

6

Bab 6 Menjadi Istri Pembangkang

25/05/2023

7

Bab 7 Mulai Acuh

25/05/2023

8

Bab 8 Berseteru Dengan Mertua

25/05/2023

9

Bab 9 Bertemu Dengan Wanita Ular

25/05/2023

10

Bab 10 Mertua Dan Ipar Selalu Kompak

25/05/2023

11

Bab 11 Mengapa Harus Aku

26/05/2023

12

Bab 12 Ditampar Oleh Kenyataan

26/05/2023

13

Bab 13 Laki-laki Memang Tak Peka

26/05/2023

14

Bab 14 Lelaki Lain Mendekat

26/05/2023

15

Bab 15 Tragedi Di Malam Hari

27/05/2023

16

Bab 16 Gara-gara Pria Lain

27/05/2023

17

Bab 17 Dilema

27/05/2023

18

Bab 18 Cinta Datang Di Waktu Yang Tidak Tepat

27/05/2023

19

Bab 19 Suami Perhatian

27/05/2023

20

Bab 20 Sandiwara Ala Sinetron Ikan Terbang

27/05/2023

21

Bab 21 Tertangkap Basah

27/05/2023

22

Bab 22 Bimbang

27/05/2023

23

Bab 23 Pertama Kali Ke Club

27/05/2023

24

Bab 24 Antara Kebenaran atau Karangan

29/05/2023

25

Bab 25 Awal Karier

30/05/2023

26

Bab 26 Lelaki Lain Lebih Peduli

31/05/2023

27

Bab 27 Hubungan Yang Salah

31/05/2023

28

Bab 28 Lebih Nyaman Dengan Pria Lain

01/06/2023

29

Bab 29 Fakta Tentang Keluarga Suami

01/06/2023

30

Bab 30 Bukan Wanita Salihah

02/06/2023

31

Bab 31 Selingkuh Tipis-Tipis

02/06/2023

32

Bab 32 Terlalu Mencintainya (Agung POV)

03/06/2023

33

Bab 33 Kalut

04/06/2023

34

Bab 34 Aku Juga Mencintainya (Rio POV)

05/06/2023

35

Bab 35 Candu Bagiku

05/06/2023

36

Bab 36 OKB (Orang Kaya Belagu)

06/06/2023

37

Bab 37 Dia Mencintaiku

06/06/2023

38

Bab 38 Aruane Dodong

06/06/2023

39

Bab 39 Ingin Berpisah

06/06/2023

40

Bab 40 Tak Bisa Lagi Bertahan

07/06/2023