Menantu Yang Tak Diinginkan
menang. Sesulit itukah? Atau diriku yang tak tahu membuat cer
membaca artikel saja tak cukup. Sehingga aku mengunduh hampir semua
omba. Aku hanya bisa menghibur diri dengan kalimat, "Jangan berkecil hati, mungkin
atu aplikasi kumpulan video pendek, bahkan aku juga menjual jasa melukis henna craft. Namun, lagi-lagi tak ada yang berhasil. Sesial i
sehingga sulit untukku mencari bahan untuk dijadikan sebuah cerita. Rasa malu d
gara', padahal tak ada yang salah dengan isi pertanyaanku. Setelah itu, dia membicarakanku dan membuat cerita di story Instagramnya, menjelekkan
rita Anda tak sesuai dengan gaya platform kami". Pertama kali mendapatkan penolakan, membuatku tak pantang menyerah, aku kembal
Tak hanya mengirim naskah, aku juga mengikuti beberapa kompetisi di medi
karena aku ingin mencari uang dan pengakuan dari orang-orang yang meremehk
vel Marketing', yang mengharuskan untuk lihai berbicara di depan banyak orang. Kuliahku masih stay di semester akhir, sehingga aku t
. Ia selalu merendahkan keputusanku, mengatakan bahwa aku tak berguna. Be
okkanku. Mereka akan berteriak jika aku berdiam diri
erubah. Aku pernah berpikir, kemungkinan orang tuaku punya utang yang tak sanggup mereka bay
ng bagiku. Mereka sering menganggapku beban hidup bagi suami. Bukankah tugas suam
-ikutan keras padaku. Menomor satukan orang tua memang tak masalah. Namun, kebah
rtuaku melarang dengan alasan adik perempuan suamiku juga sering berkunjung ke rumah mertuanya, sehingga tak ada yang menemani dan me
alam sehari." Perkataannya saat itu membuatku sedikit lega, karena aku mengira, bahwa mertuaku adalah orang yang penger
*
dupanku. Semenjak pindah ke rumah mertua, aku tak pernah tertawa, tak p
ar dari rumah yang mirip penjara. Ralat, sepertiny
k menjadi menantu, semua pekerjaan rumah dialihkan padaku. Ibu mertua sengaja tak melanjutkan kontrak pemb
Bu," sahutku yang masih berada di da
ri, menantu macam apa kau ini? Dasar
tak ingin menghormatiku, padahal aku adalah istri kakaknya. Se
Kulihat ia membulatkan mata terkejut mendengar ucapanku. Sebelumnya, aku tak pernah m
ak takut. Namun, aku memilih untuk diam karena tak ingin menca
ka seakan terlalu asyik bercerita tentang orang lain, tanpa harus bertanya tentang kebenarannya. Mengapa? Karena
snya tahu diri, tugas menantu memang seperti itu, bukan?" Mir
or. "Apakah kau juga dijadika
rus repot mengotori tanganku
erdengar. Ia tak ingin mengotori tangannya di rumah mertua, tetapi menyuruhku
kelebihannya di antara para saudara suaminya. Terlahir dari kel
n menyaingi lemari selebriti kelas atas? Baju yang begitu banyak, apakah terpakai di kondisinya yang sudah menua? Sering
aju Mira, tak usah beli lagi. Jangan menghamb
kan menceritakan hal itu pada tetangga dan memberinya bumbu sambal pedas mercon, agar ceritanya terdengar dramatis. Seperti yang sudah lalu. Dia ya
hanya memakai baju yang itu-itu saja," omeln
layaknya orang kaya. Orang berkelas tidak dilihat dari seberapa mahal baju yang ia kenakan atau seberapa t
banyak uang, bukan? Lantas mengapa kau masih bergantung pada
enganku jika kebutuhan hidup
tanyaku dengan nada mengejek. "Oh iya. Meski sudah menikah kau masih bergantung pada
la
ipi kiriku. "Dia anakku, wajar jika aku membantunya. Daripada
an. Bukan mauku tak memiliki ibu, bukan kehendakku sehingga ibu pergi meninggalkanku. Aku juga merindukan so
i, seandainya Lidya saja yang menjadi mena
akan asisten rumah tangga. Karena ia tak akan mau mengerjakan semua pekerjaa
membantah. Dasar! Wa
g tak pantas berada di keluarga ini. Keluarga toxic yang tidak ing