Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Mas apa yang kau lakukan? Siapa perempuan ini? Kenapa kalian ada di kamar kita mas?" Rundung pertanyaan Mira, perempuan itu memukul dada bidang suaminya.
"Dia temanku, cuman mau minta bantuan saja. Tidak usah memukulku seperti ini, tidak sopan!" Jawab Puri, tidak ada rasa bersalah dari nada bicaranya.
"Bantuan macam apa yang dilakukan di sini mas? Anakmu saja mengadu, kalau bapaknya sudah lama di dalam kamar bersama perempuan yang kau sebut teman ini!" Teriak Mira yang sukses membuat Puri semakin meradang.
"Pelankan sedikit suaramu Mir, tak usah kau marah-marah seperti ini. Dia hanya temanku, aku pergi dulu nganter dia pulang," ucap Puri sambil berlalu meninggalkan Mira.
Mira terpaku, dia menatap kepergian suaminya yang mengandeng wanita lain di depan matanya. Serasa waktu berhenti berputar, dengan entengnya jawaban itu keluar dari mulut suaminya. Bahkan dia tidak menghiraukan Mira beserta anaknya yang ada di hadapannya itu.
"Bu! Kenapa ibu diam saja?" tanya Imran, putra mereka yang tadi melaporkan perilaku ayahnya itu.
"Tidak apa-apa sayang, semua pasti akan baik-baik saja. Jadi kamu tidak perlu khawatir ya sayang," jawab Mira sambil memeluk buah hatinya itu.
"Apakah ayah akan pergi seperti om Yusno bu? Meninggalkan kita? Menelantarkan kita semua? Melupakan keluarga kita?" rentetan pertanyaan keluar dari mulut Imran itu, sukses mencubit hati Mira.
Mira menatap manik mata Imran yang sudah mulai berembun. Ya, Yusno adalah kakak kandung Puri, paman serta kakak ipar Mira. Kebetulan mereka bekerja di tempat yang sama, seiring pergi bersama dengan alasan pekerjaan kantor. Meninggalkan Mira yang mengurus anak-anak mereka seorang diri, bahkan hari liburnyapun dia dedikasikan untuk kakaknya itu.
Beberapa bulan yang lalu, Yana istri Yusno menggugat cerai suaminya karena sudah tidak tahan dengan tingkah lakunya. Kebiasaanya membawa wanita lain ke dalam rumah, serta tidak pernah memberikan nafkah, menjadi alasan dia melayangkan gugatan itu. Bahkan dia sama sekali tidak menuntut harta gono gini. Yana pergi begitu saja, dia hanya membawa badan serta anak-anak mereka. Namun nyatanya, Yusno lebih bahagia ditinggal istri yang sudah mendampingi jatuh bangun dalam hidupnya.
"Aku tidak boleh diam atau akan sama dengan mbak Yana!" gumam Mira pelan sambil mengusap rambut kepala Imran.
***
Malam harinya, Puri pulang dengan wajah ceria. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya. Bahkan dia bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Entah karena bermuka tebal, atau memang dia tidak punya rasa malu serta rasa bersalah kepada Mira.
"Siapkan makanan, aku laper!โ ucapnya dengan lantang sambil duduk di depan meja makan.
"Sudah tak siapin mas, silahkan dinikmati. masakan kesukaan mas, udang saus tiram sama bergedel kentangnya," ucap Mira sambil mengambil piring untuk Puri.
Mira dengan sabar menemani suaminya makan, dia sudah bertekat akan memperjuangkan hak dirinya serta anak-anaknya. Jadi, mereka tidak akan terlantar serta berpindah-pindah kontrakan seperti Yana dengan keempat anaknya. Bahkan untuk makan saja, mereka sampai kesusahan. Bahkan tidak jarang, Yana meminta bantuan Mira untuk memberi makan anak-anaknya itu.
"Mas, bener cuman main-main dengan wanita tadi bukan?" tanya Mira dengan lirihnya.
"Kau lupa dengan kedudukanku serta aturan di dalam kantorku?"
"Iya, aku inget banget. Kantor tak akan mentoleren pria yang berani beristri lebih dari satu, tapi aku juga tak akan tinggal diam, apalagi bila hak kami sudah terusik!" ucap Mira dengan pelan, namun penuh dengan penekanan.
"Apa maksudmu? kamu mau seperti Yana? Luntang luntung, ke sana ke mari hah! Aku yang punya kendali di sini, ingat itu!" tekan Puri di kata terakhir, sambil menatap tajam ke arah Mira.
"Hahahaha, kau lupa mas? rumah ini atas nama siapa?" Tanya Mira sambil mengangkat sedikit bibirnya ke atas.
"Itu bisa masuk harta gono gini," jawab Puri sambil terkekeh.
"Siapa yang akan membawa kasus ini ke ranah sana? kau lupa, kalau sampai atasanmu mendengar ini, tamatlah riwayatmu. Atau, kamu memang pura-pura melupakannya?"
"Kau!" Gertak Puri sambil membanting sendok serta garpu di tangannya, dia pun menatap nyalang ke arah perempuan yang tepat berada di depan matanya itu.
"Kau tak punya bukti, untuk melaporku bukan?" tanyanya kemudian.
"Hahaha, aku tak sebodoh itu mas. Gerak gerikmu sudah terbaca saat mbak Yana bercerita kalau mas Yusro selingkuh. Dasar kakak beradik sama saja, tertular juga kan kau mas dengan penyakit kakakmu itu!" gertak Mira sambil menatap nyalang ke arah suaminya itu.