Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Suara Adzan Subuh berkumandang dengan begitu merdu sehingga membuat seorang wanita beparas cantik bernama Sakinah bangun dari tidurnya yang lelap.
Sesaat setelah Sakinah membuka matanya, Ia seakan tertegun. Pikirannya kembali membawanya mengingat akan kejadian malam tadi. Yah.. Malam tadi statusnya resmi berubah menjadi seorang istri.
Sakinah baru saja menikah dengan seorang laki - laki yang sama sekali tidak ia kenali, bahkan mereka hanya bertemu 2 kali. Pertama saat lelaki itu datang bersama kedua orang tuanya untuk melamar dirinya dan kedua adalah tadi malam, saat ijab kabul.
Malam tadi pula, untuk pertama kalinya Sakinah bertegur sapa dengan suami asingnya itu. Nama laki - laki yang sekilas mirip orang arab dan dengan hidungnya yang mancung itu adalah Aldafri.
"Hai, Maaf.. Siapa nama kamu tadi? Saya lupa," tanya Aldafri malam tadi ketika mereka berdua telah berada didalam kamar pengantin yang sudah dihias dengan seindah mungkin.
"Sakinah," jawab Sakinah dengan suara yang pelan. Dalam hati tak dipungkiri ia menggerutu juga, karena bisa - bisanya suami asingnya itu tidak ingat dengan namanya. Sedangkan Sakinah, sejak awal orang tuanya berencana untuk menjodohkannya dengan lelaki itu, semenjak itu pula nama Aldafri selalu menari - nari dibenaknya. Sakinah yang penasaran bagaimana rupa dan sifat calon suaminya itu nantiknya.
"Oh iya, Sakinah." ujarnya lalu berhenti sejenak untuk menarik nafas panjang.
"Sakinah, Aku tahu kamu sebenarnya juga tidak menginginkan pernikahan ini kan? Pernikahan ini seharusnya tidak pernah terjadi, bisa - bisanya dua orang yang tidak pernah kenal dan saling bertemu sebelumnya malah disatukan dengan ikatan pernikahan." ucapnya dengan tersenyum getir.
"Tapi, ya sudahlah.. Pernikahan ini sudah terlanjur terjadi. Kita jalani saja pernikahan ini sebagaimana mestinya, seperti yang orang tua kita inginkan. Namun, itu hanya berlaku didepan mereka saja. Lepas dari itu, kita jalani hidup masing - masing." lanjutnya lagi lalu mengarahkan pandangannya ke Sakinah, seolah meminta persetujuan wanita berparas manis itu.
"Iya, Iya Aldafri. Kamu benar.. Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini. Kita sama - sama telah dipaksa oleh orang tua kita untuk menikah, dan aku sangat setuju dengan pendapat kamu itu." kata Sakinah yang langsung saja mengiyakan perkataan Aldafri.
"Okey, pernikahan ini hanya sementara. Sampai suatu saat nantik kita bisa menyakinkan kedua orang tua kita bahwa pernikahan yang terjalin tanpa cinta dan rasa kasih sayang sebelumnya, tidak akan berlangsung lama." tutur Dafri dengan yakin.
"Iya, kamu benar Aldafri." ujar Sakinah dengan mengangguk - anggukkan kepalanya.
"Panggil aku Dafri, atau Aal saja. Kalau Aldafri itu terlalu panjang untuk didengar. Oke?" kata Dafri yang meluruskan ucapan Chayra.
"Oke." jawab Sakinah lalu tersenyum tipis. Setelah itu, Dafri masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Selang beberapa menit kemudian, Dafri keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian santainya. Ia kemudian duduk disofa yang ada didalam kamar sembari sibuk dengan ponsel yang kini ada di genggamannya. Tanpa mempedulikan aktifitas suami asingnya itu, Sakinahpun masuk kekamar mandi untuk mengganti pakaiannya juga.
"Kamu silahkan tidur diatas tempat tidur. Biar saya tidur disofa ini saja." kata Dafri setelah beberapa saat Sakinah keluar dari kamar mandi. Laki - laki itu sudah mengambil posisi dengan berbaring diatas sofa kecil tersebut.
"Tapi, ini kan kamar kamu. Dan ini juga tempat tidurnya kamu pastikan, jadi aku merasa gak enak menempatinya. Biar aku saja yang tidur disofa." kata Sakinah.
"Gak apa Sakinah, kamu tidur saja diatas sana." tegas Dafri dan kemudian membalikkan badannya. Dan tak berapa lama kemudian, terdengar suara dengkuran pelan dari sana. Dan sudah dapat dipastikan, lelaki berwajah arab itu kini telah tidur dengan lelapnya.
Itulah kejadian malam tadi yang kembali Sakinah ingat saat ia terbangun subuh ini. Dengan mata yang masih mengantuk, Sakinah mencoba membawa tubuhnya untuk duduk. Adzan sudah berlalu lebih kurang 10 menit, dan dia harus memaksakan tubuhnya untuk segera menunaikan sholat subuh.