Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KETIKA CINTA BERTASBIH

KETIKA CINTA BERTASBIH

tsuroiyahafro17

5.0
Komentar
335
Penayangan
10
Bab

"Sejauh mana kamu melangkah, sejauh mana kamu ikhtiar jika hanya ditakdirkan untuk berlabuh maka tidak akan pernah menjadi milikmu" Kamu hamba tuhan sedangkan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin kita bisa bersatu, sedangkan kita berbeda kepercayaan, aku tidak mungkin menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku. Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, mengapa rasa cinta ini begitu bertahan untukmu? rasa cinta ini sangat kuat hingga membuat aku susah untuk melepaskan mu. Lantas, seperti apa akhir cerita cinta kita yang sudah telanjur tumbuh ini? Apakah akan bertahan hingga berujung kepelaminan atau aku harus melepas mu dengan ikhlas?

Bab 1 Sang Pengagum Rahasia

Dengan tergesa-gesa, aku keluar dari sebuah cafe ternama di daerah jakarta pusat. Kota tempat aku di lahirkan dan dibesarkan. Sebenarnya hari ini acara reunian di dalam sana sedang berlangsung, tetapi sayangnya aku sudah harus segera pulang. Bahkan aku hidup seperti Cinderella yang punya batas waktu untuk ke luar rumah. Begitulah pengajaran Umi dan Abi dari dahulu mereka selalu menjaga aku dengan sangat ketat.Namun, Ini sebenarnya masih mending karena aku diperbolehkan ke luar rumah sampai jam lima sore, karena kata mereka aku sudah mulai dewasa.

Tidak seperti Zaman sekolah dahulu, aku selalu di antar-jemput ke sekolah dan ke mana-mana mesti ditemani Umi atau Abi.

Aku menerobos rintik gerimis yang mulai jatuh ke bumi. Melindungi kepala dengan tas selempang tipis yang sedang kupakai sambil setengah berlari menuju parkiran.

"Hei! Tunggu!" Aku mendengar suara seorang laki-laki dari arah belakang. Sedikit pun tak kuhiraukan karena aku buru-buru. Lagian, belum tentu juga suara itu ditunjukan pada ku, jadinya aku melanjutkan langkah kakiku agar cepat sampai parkiran.

"Hei! Aku memanggilmu!"

Sumber suara makin dekat. Membuatku spontan menghentikan langkahku dan menoleh pada sumber suara. Sosok laki-laki tinggi, berkulit putih dengan wajah tang tampan dan tangan kanannya memegang payung hitam yang melindungi dirinya dari gerimis, sedangkan tangan kirinya memegang novelku. Seketika aku menyadari bahwa panggilan itu memang ditujukan kepadaku karena dia menemukan novelku yang ketinggalan di dalam sana.

"Ini milikmu?" tanyanya setelah berhadapan denganku.

Kini jarakku dan dia begitu dekat. Entah mengapa jantungku tiba-tiba bergemuruh saat menatap maniknya yang berwarna abu-abu. Mungkin karena aku sudah lama tidak merasakan sedekat ini dengan laki-laki. Sehingga membuat jantungku bergemuruh dengan sangat kencang bahkan saat ini aku berada di bawah payung yang sama dengannya. Aku benar-benar grogi. Apalagi cowok yang sepertinya seusia denganku itu begitu tampan. Semua cewek normal pasti terkagum melihat parasnya dan siapa yang tidak mau jadi pacarnya, kalau cowoknya tampan seperti opah opah korea.

"Iya, terima kasih," sahutku tersenyum sambil menengadah ke arahnya yang kira-kira 20 sentimeter lebih tinggi dariku. Kemudian kuambil buku itu dari tangannya.

" Aku pergi dahulu, ya. Aku buru-buru," sambungku sambil menganggukkan kepala pertanda menghargainya.

"maaf, kamu dapat dari mana season dua buku itu? Aku sangat menyukai buku itu, karena novel itu membuat aku terbawah dengan alur cerita itu," tanyanya ketika aku membalikkan tubuh hendak meninggalkannya. "Kita bisa terap ngobrol sambil jalan kalau memang kamu buru-buru," sambungnya lagi sambil terus memayungiku dan kita terus berjalan beriringan berjalan di bawah payungnya, Namun, aku juga sambil berpikir apa yang sedang terjadi. Mimpi apa aku semalam sampai harus dipayungi lelaki seperti opah-opah korea ini apalagi dia juga sangat tampan sekali.

"Kamu tahu buku ini?" aku balik bertanya sambil menoleh sesaat ke arahnya sambil berjalan pelan ke arah parkiran. Setelah itu pandanganku fokus ke kaca toko yang ada di samping parkiran cafe ini. Ada pantulan kami berdua di sana. Ternyata aku yang begitu pendek darinya sedangkan dia yang tinggi dan gagah dengan kaus putih berbalut Jaket yang resleting depannya dilepas membuat dan itu membuat aku makin terposona dengannya dan jika dilihat-lihat, rasanya kami cocok juga andai aku lebih tinggi lagi dari ini.

"Kamu tahu kan judul bab pertama buku itu, itu sama halnya yang aku rasakan karena aku juga pengagum rahasia tetapi itu kepada penulisnya.Namun, sayang sekali, penulisnya lebih rahasia lagi. Bisa-bisanya dia menyembunyikan identitasnya. Padahal aku sudah mencari tentang penulisnya di mana-mana, tetapi sampai sekarang aku belum menemukannya. Dan aku benar-benar tidak tahu jika novel ini sudah ada season duanya,itu yang membuat aku makin menyesal mengapa aku ketinggalan ceritanya، mungkin aku terlalu fokus mencari siapa penulis tersebut, sehingga aku ketinggalan informasi," paparnya.

Mendengar ucapannya, seketika itu membuat aku seakan melayang mendengar pengakuannya. Ingin sekali rasanya aku terbang setinggi-tingginya yang kubisa. Karena ternyata cowok tampan ini pengagumku? Indah sekali. Bukan? Ini bukan mimpi kan? Aku sadar kan? Bibirku langsung terbit dengan tersenyum begitu saja karena aku sangat bahagia dengan semua ini. Ini akan menjadi kenangan yang terindah di bawah payung hitam ada seseorang yang tampan yang teryata mengagumiku.

"Kok senyum?" tanyanya menyadarkanku dari lamunan. Cepat-cepat kutarik lagi senyumku. Bisa-bisanya aku ketahuan dan itu sangat membuat aku makin malu denganya.

"Emmm, kamu mau tahu gak mengapa aku senyum, dan aku hari ini merasa sangat bahagia sekali karena ada yang mengangumiku saat ini penulisnya sudah berada didepanmu," sahutku. Akhirnya kulepaskan juga senyum yang sempat tertahan tadi.

"Ha? Maksudnya? Benarkah?" suaranya naik dua oktaf saking semangatnya.

Matanya berbinar-binar menatapku. Kami serentak berhenti ketika sudah sampai di parkiran. Dia meletakkan payung di lantai dan merogoh tas selempangnya. "Kalau begitu, berikan tandatanganmu pada buku ini," pintanya sambil membuka sampul buku novel Doaku Dalam Sujudku season satu. Buku yang pertama kutulis dan saat ini tepat sudah setahun yang lalu dan memang sudah kujanjikan akan ada seoason duanya jika buku itu banyak pembacanya.

"Pulpennya?" tanyaku karena aku pun tidak membawa pena ditambah aku sangat grogi sekali.

"Oh, Iya, maaf lupa, karena aku sangat senang sekali hari ini, ini bukan mimpi kan,"sahutnya sepertinya dia juga gugup,dia langsung merogoh tasnya lagi, karena aku sangat bahagia hingga itu membuat aku melupakan waktu yang sudah mendesakku untuk pulang.

Aku kemudian menerima pena yang dia sodorkan dan mendatangani buku yang menceritakan kisahku itu.

"Buku season dua itu apakah sudah bisa kupesan?" tanyanya ketika aku mengembalikan buku dan penanya.

"Sebenarnya belum terbit. Aku baru mencetaknya satu saja, karena tadi mau aku perlihatkan pada teman reuniku di cafe itu. Ini masih ada perbaikan. Mungkin bulan depan," sahutku.

"Aku menunggu buku itu sudah dari lama, dan aku saat ini senang sangat sudah bertemu penulisnya langsung, dan aku akan menunggu buku yang season 2 aku akan bersabar.Emmm, maaf sebelumnya tambah satu lagi, apakah aku boleh tahu medsos kamu?" tanyanya lagi.

Aku seperti orang yang terhipnotis aku menuruti semua keinginannya atau apakah ini sebab aku terpesona ketampanannya. Ah aku tidak tahu، Namun, Aku langsung mengeluarkan dompet dari tas dan mengambil salah satu kartu namaku dan memberikan itu padanya.

"Ini, aku pergi dahulu," pamitku sambil menunggu responnya.

"Oke, terima kasih," sahutnya sambil memandangi kartu namaku.

Aku meninggalkannya dengan berat. Bahkan aku belum mengetahui namanya. Ingin rasanya aku menoleh lagi ke arahnya, hanya melihat wajah tampan itu lagi untuk terakhir kalinya. Aku malu jika aku menoleh kebelakang lagi. apalagi di sana dia masih menatapku sehingga Aku langsung masuk ke mobil saja daripada aku makin malu dan terposona dengannya sehingga saat masuk aku mobil aku langsung mencari-carinya laki laki itu lewat kaca spion dan teryata saat berbelok, hitungan detik aku melihat pantulannya di kaca itu, ternyata dia memang masih memperhatikan mobilku. Astaga, aku benar-benar melayang dengan sikapnya.

Setelah keluar dari area parkir, segera kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi.karena aku harus segara sampai ke rumah dengan cepat. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi karena aku udah sudah bisa membayangkan bagaimana marahnya abi jika aku pulang terlambat. Dari dahulu Abi memang tidak begitu setuju dengan acara-acara reunian seperti tadi. Nongkrong-nongkrong di cafe, bertemu dengan banyak lawan jenis. Abi tidak menyukai itu. Semua itu aku melakukanya diam diam tanpa sepengetahuannya karena memang saat ini aku yang terbawa arus lingkungan sehingga sering kali melanggar nasehatnya.

Mobil terus melaju, rumahku tinggal beberapa menit lagi. Sementara saar mengendari mobil, pikiranku tidak bisa pergi dari cowok tampan yang entah siapa namanya itu. Wajahnya masih jelas dalam ingatanku bagaimana cara dia , senyum nada bicaranya dan itu membuat ku langsung menghapalnya tanpa disadari pertemuan singkat itu ternyata menimbulkan rasa untukku. Tetapi bagaimana dengannya?

Ha, apa tadi kubilang? Menimbulkan rasa? Rasa apa? mengapa saat bersamanya seketika aku lupa dengan sebuah luka yang selalu teringat dalam ingatan ku dan sangat membuat hatiku sakit itu sebab luka dari seorang Dimas yang sakitnya masih terasa hingga kini dan saat pria itu sudah langsung mencuri separuh hatiku hingga sakit hati itu terasa hilang seketika. Aku memang saat ini sudah trauma dengan cinta, tetapi kali ini berbeda aku langsung bisa menyukai dan senang bertemu dengannya padahal biasanya aku tidak semudah ini menyukai seseorang. tetapi saat ini sangat berbeda sekali.

"Aaaaaarrghhh!!!" Aku meluapkan kesalku. "Aku benci! Aku benci kamu, Dimas!!!" teriakku lagi.

mengapa setiap aku menyukai seseorang, bayangan penghianat itu muncul. Sehingga itu membuat aku makin trauma dengan cinta lagi, tetapi saat ini berbeda Kekagumam dari cowok yang kusebut tampan itu rasa sakit hilang seketika bahkan itu langsung membuat aku sangat bahagia. Namun, bersama turunnya air mata. Kisahku dan Dimas selalu menyadarkanku bahwa cinta itu hanyalah kata jika memang belum waktunya.

Aku menyeka air mata ketika sadar sebentar lagi sampai. Aku harus bisa melupakan cowok tak dikenal itu. Aku tidak akan memberikan hatiku pada siapa pun lagi untuk mereka sakiti. Akulah yang akan menyayangi hatiku sendiri, bukan siapa pun. Karena dibalik kata cinta pasti ada sebuah pengkhianatan, dan itu aku gak mau terjadi di dalam diriku lagi, aku harus bahagia. Tanpa cinta dari siapa pun.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku