KETIKA CINTA BERTASBIH
apa kamu bertanya seperti itu?" gumamku dalam hati. Aku merasa seperti ada sesuatu yang tid
ternyata banyak melibatkan anak pesantren. Aku menyesal karena baru menyampaikan hal ini terlam
damu. Di cerita yang kedua ini banyak cerita yang melibatkan anak pesantren. Aku minta maaf jika a
idak apa-apa. Toh itu juga ilmu dan memang aku
mpat di mana aku selama ini menuntut ilmu dan mencari pengalaman hidup baru. Tempat ini memberiku kebebasan yang tidak pernah aku ras
ngan siapapun lagi setelah mengalami kekecewaan yang mendalam beberapa tahun lalu. Namun, mengapa aku sulit melepaskan diri? Mengapa aku terbawa oleh arus perasaan yang begitu deras, hingga aku lupa ak
n jika aku menjauh, tapi di sisi lain, aku masih diliputi rasa trauma. Aku takut ini hanya akan menjadi seperti sebelum-sebelum
i chat favoritku dan hatiku berbunga-bunga saat melihat pesan teratas dari Jungkok. Ya, hatiku memang menginginkannya. Meskipun obrolan kami masih sebatas ringan, itu sudah cu
mengantarkan buku itu dan sekaligus ingin berbagi cerita sebentar denganmu. Apaka
" kataku dengan antusias. "Ada acara ap
bersama suaminya, jadi aku m
i, kita bisa ketemu dan menghab
ya dengan senyuman. Aku jug
mpat yang sering aku kunjungi. Namun, kali ini aku memiliki alasan khusus untuk pergi ke pantai. Aku ingin melihatnya karena dia juga menyebutkan akan pergi ke sana. Namun, aku
tiba-tiba aku menerima pesan dari Jungkok. "Ka
emang pengen tahu," balasku. Sambil menunggu jawabannya, aku berpikir keras. Seharusnya aku jujur? Ak
aja nggak?"
ugup. Hari ini aku berhasil membuat diriku malu. Kenapa sejak aku bertemu dengannya, aku nggak tahu arti malu? Apa yang sedang aku lakukan? Kenapa terlihat sep
idak terkancing. Banyak gadis yang memperhatikannya, dan itu wajar karena dia terlihat seperti artis Korea. Dia berjalan mendekatiku, dan aku spontan berdi
engan siapa?" tanya dia s
wabku, dengan suara
k di sini?" tanya dia, menun
sudah tahu jawabannya," ka
ah," dia
h banyak, kabari aku saat sudah diterbitkan dan bisa dipesan. Aku sangat menikmati memb
i. "Sama-sama, akan aku kabari se
yaku lagi, mencoba me
i hening. Aku tidak yakin apa yang harus ditanyakan lagi. Sepertinya dia juga dalam situasi yang sama. Dia menata
seperti itu," katanya, sambil menj
ap dengan pertanyaan bodohku. Sudah j
ya, memalingkan wajahnya. Mungkin dia mencoba menghilangkan kegugupannya, seperti hal
oi. Aku sering datang ke sini, terutama setelah
aku tetap memandangi ombak. Aku tidak tahu m
is di sini. Jadi aku harus
alam. Tempat indah ini menjadi saksi a
tidak menyenangkan. Suara itu datang dari samping,
jut. "Kenapa kamu di sini? Siapa dia?" tanyanya, m
yang sering aku baca. Aku sudah mengagumi penul
tanyanya, menatapku deng
baca karyanya. Karena bukunya belum diterbitkan, aku meminjam bukuny
an, tapi sudah ada bukun
an buku ini, saya yang mencetaknya. Hanya ada satu salinan karena masih perlu direvisi," jawabku dengan tetap
danya, kulihat liontin salib dari rantai kalung yang sama dengan yang dipakai Jungkok. Sontak, aku langsung melihat kalung Jungkok yang lagi-lagi di
ya. "Maaf ya kalau kamu jadi tidak nyaman. Seharusn
a akhirnya duduk. Satu-satunya hal yang harus kulakukan adalah menjauh darinya. Itu saja. Tidak ada yang perlu kul