icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

KETIKA CINTA BERTASBIH

Bab 4 Tamparan

Jumlah Kata:1389    |    Dirilis Pada: 06/03/2024

apa kamu bertanya seperti itu?" gumamku dalam hati. Aku merasa seperti ada sesuatu yang tid

ternyata banyak melibatkan anak pesantren. Aku menyesal karena baru menyampaikan hal ini terlam

damu. Di cerita yang kedua ini banyak cerita yang melibatkan anak pesantren. Aku minta maaf jika a

idak apa-apa. Toh itu juga ilmu dan memang aku

mpat di mana aku selama ini menuntut ilmu dan mencari pengalaman hidup baru. Tempat ini memberiku kebebasan yang tidak pernah aku ras

ngan siapapun lagi setelah mengalami kekecewaan yang mendalam beberapa tahun lalu. Namun, mengapa aku sulit melepaskan diri? Mengapa aku terbawa oleh arus perasaan yang begitu deras, hingga aku lupa ak

n jika aku menjauh, tapi di sisi lain, aku masih diliputi rasa trauma. Aku takut ini hanya akan menjadi seperti sebelum-sebelum

i chat favoritku dan hatiku berbunga-bunga saat melihat pesan teratas dari Jungkok. Ya, hatiku memang menginginkannya. Meskipun obrolan kami masih sebatas ringan, itu sudah cu

mengantarkan buku itu dan sekaligus ingin berbagi cerita sebentar denganmu. Apaka

" kataku dengan antusias. "Ada acara ap

bersama suaminya, jadi aku m

i, kita bisa ketemu dan menghab

ya dengan senyuman. Aku jug

mpat yang sering aku kunjungi. Namun, kali ini aku memiliki alasan khusus untuk pergi ke pantai. Aku ingin melihatnya karena dia juga menyebutkan akan pergi ke sana. Namun, aku

tiba-tiba aku menerima pesan dari Jungkok. "Ka

emang pengen tahu," balasku. Sambil menunggu jawabannya, aku berpikir keras. Seharusnya aku jujur? Ak

aja nggak?"

ugup. Hari ini aku berhasil membuat diriku malu. Kenapa sejak aku bertemu dengannya, aku nggak tahu arti malu? Apa yang sedang aku lakukan? Kenapa terlihat sep

idak terkancing. Banyak gadis yang memperhatikannya, dan itu wajar karena dia terlihat seperti artis Korea. Dia berjalan mendekatiku, dan aku spontan berdi

engan siapa?" tanya dia s

wabku, dengan suara

k di sini?" tanya dia, menun

sudah tahu jawabannya," ka

ah," dia

h banyak, kabari aku saat sudah diterbitkan dan bisa dipesan. Aku sangat menikmati memb

i. "Sama-sama, akan aku kabari se

yaku lagi, mencoba me

i hening. Aku tidak yakin apa yang harus ditanyakan lagi. Sepertinya dia juga dalam situasi yang sama. Dia menata

seperti itu," katanya, sambil menj

ap dengan pertanyaan bodohku. Sudah j

ya, memalingkan wajahnya. Mungkin dia mencoba menghilangkan kegugupannya, seperti hal

oi. Aku sering datang ke sini, terutama setelah

aku tetap memandangi ombak. Aku tidak tahu m

is di sini. Jadi aku harus

alam. Tempat indah ini menjadi saksi a

tidak menyenangkan. Suara itu datang dari samping,

jut. "Kenapa kamu di sini? Siapa dia?" tanyanya, m

yang sering aku baca. Aku sudah mengagumi penul

tanyanya, menatapku deng

baca karyanya. Karena bukunya belum diterbitkan, aku meminjam bukuny

an, tapi sudah ada bukun

an buku ini, saya yang mencetaknya. Hanya ada satu salinan karena masih perlu direvisi," jawabku dengan tetap

danya, kulihat liontin salib dari rantai kalung yang sama dengan yang dipakai Jungkok. Sontak, aku langsung melihat kalung Jungkok yang lagi-lagi di

ya. "Maaf ya kalau kamu jadi tidak nyaman. Seharusn

a akhirnya duduk. Satu-satunya hal yang harus kulakukan adalah menjauh darinya. Itu saja. Tidak ada yang perlu kul

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka