Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
“Na! Aku dengar kamu dapat proyek gede. Beneran, nih?” tanya Sally pada temannya, Fiona.
“Biasa aja sih, Sal. Gede apanya coba? Aku kan cuma seorang wedding planner yang rangkap jadi penjual bunga juga. Ga bisa dibandingkan sama proyek mega yang harga milyaran punya perusahaan kamu tahu!” Fiona terkekeh di ujung kalimatnya. Sally terlalu membesar-besarkan proyek yang ia dapat kali ini.
Fiona Russell adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Ia akrab disapa dengan ‘Nana’ atau hanya ‘Na’ oleh orang-orang terdekatnya. Bentuk wajahnya yang oval, ditambah dengan gigi gingsulnya, serta paket lesung pipi yang manis di kedua belah pipi, membuat orang-orang betah menatap wajah putih bersih milik wanita itu.
Fiona hanya memiliki Sally sebagai temannya, selain mamanya, Bella Russell yang keturunan Skotlandia. Sementara itu, papanya adalah orang Indonesia. Namun, selama 27 tahun sudah hidupnya, Fiona belum pernah mengenal siapa ayah kandungnya. Sementara itu, Fiona sendiri juga tidak pernah lagi mau bertanya pada sang mama.
Fiona khawatir ia akan menguak luka lama yang mungkin masih belum sembuh. Jadi, Fiona memutuskan untuk mengubur rasa penasarannya itu. Lagi pula, hidup Fiona juga baik-baik saja tanpa kehadiran papanya.
“Ck! Miss Russell! Kamu lagi ngeledek, ya?” tanya Sally dengan memicingkan matanya menatap wajah cantik Fiona.
“Bukan begitu, sih, Sal. ‘Kan memang kenyataannya begitu. Lagian aku kan cuma karyawannya Mama. Sementara kamu? Kamu itu bosnya!” serobot Fiona cepat.
“Fiona ....”
“Eh, Nak Sally! Ternyata ada tamu. Fiona kok nggak ngasih tahu Mama, sih?!” itu adalah suara Bella Russell yang baru saja muncul dari balik daun pintu ruangan Fiona.
“Hallo, Ma,” panggil Fiona pada Bella Russell. Wanita itu hanya bisa menyeringai menatap sang mama yang mulai melangkah masuk ke dalam ruangannya.
“Maaf, Tante. Tadi aku mau bertamu ke kantornya, Tante, tapi nggak ngasih tahu Tante dulu sebelumnya, hehe,” ucap Sally dengan tertawa tanpa merasa bersalah. Ia segera bangkit dari kursinya lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya di depannya itu.
“Nggak apa-apa, kok, Sal! Tante, sih, senang-senang aja. Bentar, ya! Tante punya urusan sama Nana.” Bella mempersilahkan lagi Sally kembali ke kursinya dan memanggil Fiona untuk berbicara dengannya.
“Ya, Tante. Fiona sama Tante silakan mengobrol saja.” Sally lantas meraih tasnya. “Aku akan kembali ke kantor dulu, Na. Permisi, Tante. Maaf mengangguk,” ucap Sally dan mohon pamit.
“Loh, Sal? Kok buru-buru pulang?” Bella mengerutkan keningnya menatap sahabat putrinya itu.
“Aku cuma mampir sebentar doang, kok, Tante. Lagian bentar lagi aku juga harus bertemu dengan klien,” ucap Sally lagi. Kali ini ia terdengar sangat meyakinkan.
“Ya sudah, ga apa-apa, Ma. Biarkan saja Sally lanjut kerja. Kapan-kapan dia bisa datang ke rumah lagi. Iya kan, Sal?” Fiona mengedipkan sebelah matanya menatap Sally yang sepertinya mengerti akan kode darinya.
“Iya, Tante! Sally bisa datang ke sini kapan saja, kok! Sally pamit dulu, ya!”
Setelah kepergian Sally, Bella menatap anaknya dengan serius. Setelah berbasa-basi, kali ini mereka akan membahas pekerjaan.
“Na, apa kamu udah liat proposalnya?” tanya Bella pada putrinya.
“Udah, kok, Ma. Sepertinya klien mau bikin sebuah pesta yang mewah, ya?” cerocos Fiona. Tangannya tampak sibuk membenahi berkas-berkas di atas meja. Mejanya tidak berantakan, tetapi juga tidak bisa dibilang rapi. Karena tangannya senggang, jadi sekalian saja ia membersihkannya sambal berbincang dengan Bella.
Bella sekadar mengangguk. “Jadi, kapan kamu mau ketemu sama calon pengantinnya?” tanya Bella lagi pada putrinya.
Fiona menghentikan gerakan tangannya dan balas menatap sang mama. “Besok, Ma. ‘Ntar Nana minta Kimchi untuk menghubungi klien buat janji temunya,” jelas Fiona dan menyelesaikan kegiatannya menata berkas.