Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Disebuah club malam terbesar di Jakarta. Seorang wanita cantik, yang masih di bawah dua puluh tahun itu. Mulai merias dirinya. wajahnya yang terbalut make up tipis. Tubuh seksi dengan lekukan tubuh yang begitu menggoda. Belahan dadànya terlihat sangat jelas. Dengan baju Tanpa lengan. Bagian belakang terlihat punggung putih dan mulutnya. Rok satu di atas lututnya. Tuhan menganugerahkan kulit yang begitu putih seputih susu. Selembut kulit bayi. Dan tubuh seksi yang menggoda iman seorang yang melihatnya.
"Bella." seseorang memanggilnya. Bella menoleh, melayangkan senyuman tipis ke arah orang yang memanggilnya. Seorang laki-laki berjakun dengan suara serak dan sedikit tua, kulit yang terlihat mulai kendur. Tapi wajahnya masih terlihat sedikit muda. Dengan parasnya utu terlihat sekitar umur empat puluh tahunan itu berjalan mendekatinya.
"Iya.. Pak." jawabnya, menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda hormat kepada manajer club itu.
"Kamu baru datang?" tanya seorang laki-laki paruh baya itu.
"Iya, pak. Seperti biasa. Aku masih ada kesibukan. kata Bella. Begitu santainya. Bella memang terlihat sangat akrab dengan laki-laki paruh baya itu. Dia yang baru bekerja di sana. Sudah sangat terkenal di kalangan pelanggan. wajahnya yang cantik dengan rambut blow sepunggung. Berwarna sedikit pirang di bagian tengahnya. Dia sangat populer dan paling laris di sewa untuk menemani minum. manajer mulai suka dengan pekerjaannya. Dan, membaut mereka sangat akrab. manajer bahkan belum memarahinya saat dia bekerja.
"Ada apa, pak?" tanyanya.
"Bawa minuman ini ke ruangan 13. Dia sudah menunggu" seorang laki-laki memberikan satu nampan minuman dengan isi hampir 6 botol minuman di atasnya. Dan 6 gelas yang berada di atas nampan.
"Siap, pak.." jawab Bella. "Apa ada lagi?" tanyanya dengan senyum begitu ramahnya. Seolah dia sangat menikmati pekerjaannya yang sekarang.
"Tidak ada! Cepat pergi." kata laki-laki itu.
"Baik!" Bella beranjak pergi, langkahnya terganggu di saat semua mata tertuju pada lekuk tubuhnya. Pandangan mata nakal dari laki-laki pria hidung belang melalang buana menjelajahi setiap lekuk tubuhnya. Mereka menatap kagum dengan tubuh seksinya yang begitu menggoda setiap kata yang menatapnya. Wajah mungil nan cantik itu tidak lepas dari para laki-laki hidung belang. Bella mencoba menarik ujung rok pendeknya sedikit ke bawah dengan tangan kanannya. Rok yank terlihat begitu pendek di di atas lututnya.
Bella berdesis pelan. Dia menghela napasnya kesal.
Rok ini benar-benar pendek. Aku tidak bisa berjalan dengan tatapan kotor laki-laki melihatku. Bella menghela napasnya, dia berusaha untuk tidak memperdulikan setiap pandangan ke arahnya.
Beberapa laki-laki bersiul, di saat melihat bagian tubuhnya terekspose bebas. Terbiarkan tanpa tutup "Cantik! Bawa minumannya ke sini," ucap salah satu laki-laki penggoda yang berada di tak jauh darinya. Dia berjalan dengan langkah pelan. Merasa tak bisa bebas saat berjalan.
"Maaf, ini sudah pesanan orang, tuan!" jawab Bella, mencoba mempercepat langkahnya lagi. Wanita itu memalingkan wajahnya acuh tanpa pedulikan laki-laki itu.
"Sialan wanita murahan itu." teriaknya. Bella tidak menanggapi ucapan kotor laki-laki itu.
Bella segera membuka ruangan yang ditunjukkan boss Vero. Kedua matanya membulat di saat melihat beberapa wanita seksi berada di sana.
"Eh.. Sini minumannya. Kenapa kamu lama sekali." ucap seorang laki-laki setengah sadar. Dia mengangkat tangannya mengangkat jemari memanggil dirinya untuk segera datang. Dia bahkan masih duduk bersandar sembari kedua tangannya merangkul dua wanita seksi di sampingnya.
"Minggir dulu." pintanya pada dua wanita seksi itu. Kedua wanita itu seketika langsung beranjak dari duduknya. Laki-laki itu mulai duduk tegap. Menatap kecantikan paras Bella yang berada di depannya. pandangannya mulai nakal. Dari wajah perlahan mulai turun memperhatikan tubuhnya. Dia menggelengkan kepalanya sembari berdesis membayangkan hal yang di luar dugaannya. Pikirannya mulai berfantasi ria. Air liurnya terlihat menetes. Pikirannya tak berhenti berfantasi.
Bella merasa tak suka dengan tatapan laki-laki itu. Tapi bagaimanapun juga ini adalah pekerjaannya. Mau tak mau dia harus bekerja profesional. Bella menarik napasnya panjang, dalam satu tarikan napasnya. Dia berjalan dengan langkah cepat, segera meletakkan minuman di atas meja. Tatapan kotor dari beberapa laki-laki di depannya mulai mencuri pandang pada tubuhnya. Bella duduk jongkok, meletakkan semua minuman di atas meja. Tatapan laki-laki itu melihat belahan dadanya dan terlihat paha putihnya yang juga terlihat menggoda.
"Kamu mau duduk sini?" Laki-laki itu menyentuh paha Bella. Mengusapnya beberapa detik. laki-laki yang terlihat muda umur sekitar tiga puluhan. Tam terlihat tua. Bella berdengus kesal. Dia mencoba menahan amarahnya. Bella melangkah mundur, dia berdiri tegap, dengan wajah sedikit menunduk, ke dua tangannya memeluk nampan sangat erat menutupi bagian depan tubuhnya.
"Apa benar ini minuman asli?" tanya yang lainya. Mereka di sana yang dari tadi hanya diam menatap kagum Bella. Bahkan dari awal dia masuk. Mereka juga sama, pandangan mata mereka terlihat nakal menatap tubuh molek Bella.
"Iya, tuan. Ini minuman asli," ucap Bella. Dia memang tidak tahu itu minuman apa. tapi dari botol yang di liatnya. Itu terlihat seperti minuman asli alkohol bukan jus.
"Apa kamu yakin?" tanya beberapa laki-laki memastikan. tapi tatapan mereka tertuju di tubuh Bella.
Bella menarik napasnya dalam-dalam. Jemari tangannya mencengkeram ujung roknya, mengepal erat membentuk gumpalan. Wajahnya mengernyit, dengan bibir bawah tertarik ke dalam sela-sela giginya.
Apa yang harus aku katakan. Tapi ini benar minuman asli atau tidak. Aku juga tidak tahu. Setahu aku memang asli, kenapa mereka mempertanyakan hal itu.
"Kenapa kamu diam, hah..." pekik laki-laki di depannya.
"Eh.. Ma-maaf tuan.." ucap Bella gugup.
"Maaf? Aku tanya ini minuman asli tidak," laki-laki itu mengambil satu botol minuman, menggebraknya di atas meja. Seketika membuat Bella bergidik takut.
"Cepat coba," pintanya meninggikan suaranya.
Kenapa aku dapat masalah hari ini. Semua gara-gara Vero. Kalau dia tidak pergi. Aku tidak di dipermalukan seperti ini.
Bella menghela napasnya, dia beranjak duduk jongkok, dengan ke dua kaki jijit menumpu tubuhnya. Helaan napasnya gugupnya terasa jelas.
"Cepat minum!" pintanya lagi. Membuat tangan Bella mulai terangkat ragu.