Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jadikan Aku Milikmu

Jadikan Aku Milikmu

Cindasya

5.0
Komentar
4
Penayangan
2
Bab

Freya Fredella terpaksa menjual diri demi mencukupi biaya kebutuhan keluarga dan juga untuk mengobati penyakit sang ibu. Namun, kehidupan Freya berubah setelah dia bertemu dengan Cashel Arsenio.

Bab 1 Keinginan Tuan Cashel

"Siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini?"

Gadis berambut hitam legam dengan dress mini itu tersentak oleh suara parau dari seorang pria yang baru saja masuk ke kamar berukuran luas.

"Ma-maaf, Tuan. S-saya hanya menjalankan tugas saya."

Salah satu alis Cashel terangkat mendengar pernyataan wanita tersebut.

"Jadi, kamu yang akan memuaskanku malam ini?"

Gadis bernama Freya Fredella tampak ketakutan. Sungguh, ini adalah kali pertama dia bekerja sebagai wanita malam.

Lalu, ingatannya tentang kondisi ibunya saat ini, membuat Freya membuang jauh rasa takutnya itu. Dia menghela napas panjang, kemudian mengangkat dagu dan membalas tatapan tajam dari Cashel.

Freya berjalan mendekat, kemudian dia meraba dada bidang nan kokoh milik Cashel yang masih tertutup kemeja dan jas.

"Itu benar, Tuan. Saya pastikan, malam ini Anda tidak akan kecewa dengan layanan yang akan saya berikan," ucap Freya frontal.

Cashel tersenyum miring, lalu tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia langsung mendorong tubuh Freya hingga merebah ke atas ranjang yang empuk.

"Oh ya ... kita lihat saja nanti. Bagaimana kau bisa memuaskanku malam ini."

Freya memejamkan kedua matanya saat Cashel mulai melucuti pakaiannya.

"T-tuan ... bisakah lampunya diredupkan?"

"Kenapa? Apa kau tidak mau aku melihat tubuh indahmu ini?"

Freya menelan saliva, bukan itu yang dia khawatirkan. Hanya saja, dia tidak ingin jika Cashel tahu bahwa dirinya masih perawan. Ini adalah pertama kalinya bagi Freya bercinta dengan seorang pria. Seumur hidupnya, Freya selalu menghabiskan waktu dengan bekerja demi bisa membiayai keluarga, terutama untuk pengobatan sang ibu.

Ada alasan bagi Freya melakukan pekerjaan seperti ini, dia tidak dipaksa atau diancam. Namun, Freya rela melakukan apa pun demi kebahagiaan keluarga yang sangat dicintainya.

Cashel kembali menjelajahi tubuh Freya. Sedangkan gadis itu tampak pasrah dengan apa yang akan dilakukan Cashel padanya.

"Ck, kurasa kau belum terbiasa melakukannya."

Tiba-tiba Cashel menghentikan permainannya dan beranjak dari atas tubuh Freya. Pria itu memakai kembali pakaiannya.

"Pakailah bajumu dan pergi dari sini! Aku sudah mentransfer sejumlah uang pada Madam, kau bisa meminta bagianmu padanya!" ucap Cashel pada gadis itu.

Freya yang masih bingung dengan ucapan Cashel, dia hanya duduk terpaku dengan selimut tebal menutupi sebagian tubuh polosnya.

"Kenapa masih diam saja? Apa kau benar-benar ingin kujamah!"

Mendengar suara Cashel yang naik dua oktaf, membuat Freya tersentak kaget. Dia bergegas memakai pakaiannya kembali dan pergi begitu saja.

Freya merasa bersyukur karena apa yahg diharapkannya tidak terjadi benar-benar menjadi kenyataannya. Namun, raut wajahnya yang tadi sempat mengurai senyum, mendadak berubah menjadi kusut.

"Apa Madam akan memberikan bagianku? Sedangkan aku tidak melakukan apa-apa pada Tuan itu," gumam Freya pada diri sendiri.

"Tidak masalah, pria itu mengatakan kalau aku bisa meminta bagianku pada Madam, kan? Baiklah, Freya. Mari kita temui Madam."

***

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi seorang gadis.

"Apa? Berani sekali kau meminta uang padaku. Kau pikir aku ini bodoh. Kau belum lama pergi ke sana dan secepat ini kau sudah kembali? Kau pasti belum disentuh oleh Tuan Cashel kan?"

Seorang wanita yang memakai pakaian ketat dengan sebatang rokok di tangan, dia menunjukkan ke semua orang tentang kedudukannya saat ini.

Freya memegangi pipinya yang terasa kebas dan panas akibat tamparan dari Madam.

"Tapi, Madam! Tuan itu yang mengatakan kalau aku tidak perlu melakukan apa pun. Dia sendiri yang menyuruhku pergi untuk menemuimu. Madam, kumohon berikan uang itu padaku. Aku harus menebus obat untuk ibuku."

Madam Rinbey tersenyum miring, "Baiklah, aku akan memberikan uang padamu. Tapi, kau harus melakukan sesuatu untukku."

Freya mendongak dan menatap Madam yang sudah kembali duduk di kursi kebesarannya.

"Aku harus melakukan apa, Madam?"

"Kau tahu Anastasya? Hari ini dia pergi bersiar dengan beberapa pejabat negeri ini. Aku mau, kau menggantikan tugasnya," ucap Madam.

Kening Freya berkerut, entah kenapa dia merasa akan menghadapi masalah lebih besar lagi setelah ini.

"Jika aku boleh tahu, tugas apa itu, Madam?"

***

Di sebuah lorong hotel berbintang, seorang gadis tengah berlari dengan langkah terseok-seok. Bahkan tubuhnya nyaris telanjang karena gaun yang dikenakannya terdapat robekan di sana-sini.

"Dasar perempuan jalang! Mau lari ke mana kau, hah?"

Freya yang melihat beberapa pria berjalan ke arahnya, dia mempercepat langkahnya.

"Tidak! Aku harus pergi dari sini! Ini adalah neraka bagiku."

Beberapa orang yang berpapasan dengan Freya hanya menatap heran ke arahnya tanpa ada satu orang pun yang peduli.

Memasuki lift, Freya berhasil menutup pintu lift sebelum orang-orang itu sampai kepadanya.

"Lihatlah si jalang itu. Kurasa dia telah melewati malam dengan beberapa pria hidung belang."

"Dasar tidak tahu malu! Jika saja aku memiliki putri seperti dia, akan kugantung dia atau kuikat saja kakinya agar tidak jadi perempuan murahan!" hina seorang wanita berpakaian formal.

Hinaan dan umpatan dari orang-orang yang ada di dalam lift, tidak dihiraukan Freya sama sekali. Justru sebaliknya, gadis berusia genap 20 tahun itu bersyukur karena dia bisa terbebas dari jeratan yang dibuat oleh Madam.

Sebelumnya, Freya diminta Madam Rinbey untuk menemani beberapa rekan Madam karaoke. Akan tetapi, Madam justru mengirim Freya ke sebuah hotel di mana di salah satu kamar VVIP, beberapa pria sudah menunggu kedatangan Freya.

Freya dijual oleh Madam Rinbey sebagai balasan karena Freya gagal melayani pelanggan nomor satu Madam Rinbey, yaitu Cashel Arsenio, seorang mafia yang terkenal sadis dan arogan.

Pintu lift terbuka, Freya melanjutkan langkahnya.

Namun, alangkah terkejutnya Freya, ketika dia sampai di lobi hotel. Dua orang pengawal Madam Rinbey telah menunggunya di sana.

"Mau kabur kemana kau, hah? Kau menyusahkan kami saja!"

Tidak peduli dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, Freya menjatuhkan dirinya di depan para pengawal Madam Rinbey untuk memohon belas kasih dari mereka.

"Lepaskan saya, Tuan! Saya mohon. Saya tidak mau melayani mereka!" ucap Freya mengiba.

Namun, perkataan Freya seolah seperti angin lalu bagi pria bertato itu. Mereka menyeret Freya untuk kembali ke dalam kamar hotel dan melayani para pria hidung belang tadi.

'Aku tidak mau berakhir seperti ini! Ibu pasti akan kecewa jika tahu apa yang telah aku lakukan!'

Freya mencari cara bagaimana dia bisa terbebas dari para iblis ini.

Saat tubuhnya diseret paksa, Freya kemudian berpura-pura pingsan.

"Sial! Apa yang kau lakukan? Bangunlah!" bentak pengawal Madam Rinbey.

Begitu mereka lengah, Freya menggigit tangan salah satu pengawal Rinbey yang menyeretnya tadi.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Freya segera berlari dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki.

Kini Freya berhasil pergi meninggalkan area hotel dan dia berjalan tertatih melewati trotoar jalan.

Malam yang begitu dingin, membuat Freya menggigil karena tubuhnya terekspos begitu saja dengan pakaian minim dan terbuka.

"Aku harus pulang, ibu pasti sudah menungguku."

Sepanjang ia melangkahkan kaki, Freya terus saja meracau seperti orang gila.

Dari kejauhan, dua buah mobil mewah berhenti. Langkah Freya ikut terhenti, dia mengamati dari jauh, takut jika itu adalah orang suruhan Madam Rinbey.

Freya mencari tempat bersembunyi, tepat di balik pohon palm. Dia melihat dua orang turun dari dalam mobil tersebut.

Entah apa yang sedang dibicarakan kedua pria itu, Freya tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

Namun, tiba-tiba salah satu dari mereka mengeluarkan sesuatu dari saku jas. Sebuah pisau belati. Mata Freya terbelalak, dia membungkam mulutnya saat pria itu menusuk temannya.

Setelah itu pria yang ditusuk tadi langsung ditinggalkan begitu saja di jalanan yang sepi.

Freya yang panik, dia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah dia harus menolongnya? Tapi, apa hubungannya dengan pria itu? Freya mencoba untuk abai. Memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu.

Namun, suara erangan dari lelaki yang tergeletak dan bersimbah darah, membuat jiwa empati Freya meronta-ronta.

Gadis itu mengembuskan napas kasar, berbalik badan dan menghampirinya.

"Tuan, apa kau baik-baik saja?"

Ketika Freya membalikkan tubuh pria itu, dia terkejut setelah menatap wajahnya yang terbias lampu mobil yang masih menyala.

"Tuan, kau?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku