Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
closeIcon

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka

Aprilia Krisnawati

2 Buku yang Diterbitkan

Buku dan Cerita Aprilia Krisnawati

Janji Kita Hanyalah Debu

Janji Kita Hanyalah Debu

Romantis
5.0
Malam itu, Rania duduk di ruang tamu yang sepi, menatap jam dinding yang berdetak pelan. Ketika Farel, suaminya, akhirnya pulang, wajahnya tampak tenang, seolah tak ada yang perlu dijelaskan. Rania hanya menunduk, menyembunyikan badai di dadanya. Ia sudah terlalu lelah mencari alasan untuk tetap bertahan. Dalam diam, Rania memutuskan untuk pergi. Ia teringat janji yang pernah ia ucapkan pada dirinya sendiri bertahun-tahun lalu - sekali disakiti, aku akan pergi tanpa menoleh ke belakang. Sejak malam itu, ia mulai menyiapkan segalanya dengan hati-hati: berkas-berkas penting, tabungan yang diam-diam ia kumpulkan, hingga surat gugatan cerai yang disimpannya di laci meja rias. Rania memberi waktu tiga puluh hari untuk dirinya sendiri. Tiga puluh hari untuk menutup bab yang telah lama membuatnya berdarah. Ia menghitung mundur, setiap hari terasa seperti detik terakhir dari cinta yang pernah ia perjuangkan sendirian. Di hari ulang tahun Farel, Rania datang diam-diam ke kantornya. Ia membawa kue, balon kecil, dan senyum yang dipaksakan. Ia ingin mengucapkan selamat, mungkin untuk terakhir kalinya. Namun langkahnya terhenti di depan pintu ruang kerja Farel. Dari celah pintu yang tak tertutup rapat, ia melihat sesuatu yang meremukkan seluruh hatinya - Farel sedang memeluk dan mencium Alena, mantan kekasih yang dulu pernah membuat Rania cemburu bertahun-tahun lalu. Kue di tangannya gemetar, senyumnya runtuh bersama air mata yang tak terbendung. Saat itu juga, Rania tahu... tak ada lagi alasan untuk bertahan.
Aku Tak Butuh Suami, Aku Butuh Keadilan

Aku Tak Butuh Suami, Aku Butuh Keadilan

Romantis
5.0
Lina hanya bisa menahan sabar setiap kali mendengar ocehan suaminya, Randi. Pria itu bekerja sebagai kuli bangunan, berangkat pagi buta dan pulang dengan tubuh penuh keringat. Namun, yang paling membuat Lina sesak bukanlah lelahnya hidup miskin, melainkan kenyataan bahwa setiap hari dia hanya dijatah uang dua puluh ribu rupiah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Harga-harga yang semakin naik membuat Lina sering kebingungan. Beras menipis, sayur tak terbeli, dan anak-anak butuh uang sekolah. Randi memang baik, tapi keras kepala dan gengsinya tinggi. Ia menolak jika Lina ingin membantu mencari penghasilan tambahan. Hingga suatu hari, godaan itu datang tanpa Lina sadari. Di rumah sebelah tinggal pasangan Damar dan Rina. Damar bekerja sebagai teknisi listrik di perusahaan besar, gajinya tentu jauh lebih besar dibanding Randi. Awalnya, Lina hanya memperhatikan Damar diam-diam - cara pria itu berbicara sopan, penampilannya rapi, dan tatapannya yang tenang. Namun, siapa sangka, Damar ternyata juga sering memperhatikan Lina. Pandangan-pandangan singkat itu perlahan berubah menjadi percakapan kecil, lalu pertemuan-pertemuan diam-diam. Mereka saling memberi perhatian, sesuatu yang sudah lama tak dirasakan Lina dari suaminya sendiri. Sejak dekat dengan Damar, kehidupan Lina berubah. Entah bagaimana, uang belanja yang dulu pas-pasan kini selalu cukup. Ia bisa membeli lauk yang lebih layak, pakaian baru untuk anak-anaknya, dan sesekali menikmati makanan yang dulu hanya bisa dibayangkan. Namun setiap kali memandangi wajah Randi yang tertidur lelah sepulang kerja, hati Lina mulai terasa berat. Ia tahu, semua yang ia nikmati kini tak sepenuhnya benar. Tapi di sisi lain, ia juga merasa tak sanggup lagi hidup dalam kekurangan yang tiada akhir.