"Kok loe berubah gini sih, Ci? Loe bukan Suci yang gue kenal tahu nggak!" ujar Ricko tiba-tiba, seolah Suci lah yang telah berubah, bukan dirinya. Masih konsisten pada ekspresi wajah datar. "Bukan gue yang berubah di sini, Ric. Tapi loe! Loe yang berubah semenjak kita nikah, Ric!" kata Suci. Menunjuk wajah Ricko dengan jari telunjuknya. "Loe udah tahu kenapa gue bisa berubah, Ci. Jadi, nggak perlu gue jelasin lagi sama loe kenapa gue bisa berubah gini sama loe," ucap Ricko. "Kak Lona lagi. Semuanya hanya satu nama perempuan itu. Hebat dia bisa buat loe kayak gini," kata Suci. Tanpa disadari oleh Suci, air mata sudah menetes dari sudut matanya. Mungkin karena terlalu sering mengetahui bahwa Lona lah asal semua ini terjadi.
"Ric, kok loe jadi berubah gini sih? Gue salah apa coba sama loe?" tanya Suci. Kini Suci sedang bersama Ricko suami sekaligus sahabatnya. Mereka berdua tengah berada di kamar.
"Masih tanya apa salah loe?" kata Ricko dengan nada datar. Menatap istrinya Suci tanpa berekspresi.
"Ya jelas lah gue tanya Ricko. Kita udah nikah dua bulan. Tapi, sekali pun loe nggak pernah sentuh gue tahu nggak? Heh, jangankan menyentuh gue. Loe aja semenjak kita nikah udah nggak pernah tegur sapa gue duluan," kata Suci. Dia mendekat ke arah suaminya, Ricko.
"Mau tahu apa jawabannya? Kalau mau tahu akan gue kasih tahu sekarang juga sama loe," kata Ricko masih tanpa ekspresi. Kini posisi mereka berdua berdiri saling berhadapan di depan jendela yang ternyata jendela itu tembus sampai taman belakang. Sepertinya tadi Ricko tengah melihat pemandangan taman dari kaca jendela, saat Suci membuka pembicaraan.
"Mau. Kasih tahu sekarang! Gue akan denger semua ucapan loe. Biar gue bisa tahu di mana letak kesalahan gue," kata Suci sangat percaya diri. Dia seperti tidak takut akan kebenaran yang akan diungkapkan oleh Ricko. Dia sudah sangat siap untuk mendengar alasan mengapa setelah Ricko sahabatnya itu menikah dengannya Ricko langsung berubah menjadi Ricko yang tidak dikenalinya.
"Alasannya itu, karena gue nggak ada perasaan cinta untuk loe Ci. Gue nggak ada perasaan lebih untuk loe. Walaupun gue ada perasaan lebih untuk loe, perasaan itu hanyalah perasaan sayang gue sama loe seperti seorang kakak. Maaf, gue jujur sama loe, gue bener-bener nggak ada perasaan cinta sebagai seorang laki-laki untuk loe, Ci! Yang ada hanyalah perasaan peduli sesama sahabat. Dan juga perasaan sayang gue untuk loe sebagai seorang kakak. Kasih sayang seorang kakak, yang loe impi-impikan untuk mempunyai seorang kakak laki-laki. Dan gue udah wujudkan impian loe itu untuk merasakan kasih sayang dari seorang kakak laki-laki. Dan gue rasa, loe udah tahu hati gue ini untuk siapa," ucap Ricko. Masih menatap Suci tanpa ekspresi.
"Untuk siapa? Kak Lona? Kak Lona yang udah mencampakan loe itu? Yang dia lebih memilih karirnya sendiri daripada memperjuangkan perasaan kalian itu? Egois!" ujar Suci. Dia mengalihkan pandangan matanya. Yang semula menatap Ricko, kini menatap kaca jendela yang tembus sampai taman belakang.
"Dia nggak seegois itu, Ci! Loe nggak mengenalinya dengan baik. Jadi jangan pernah bicara sembarang tentang Lona!" kata Ricko. Berbicara dengan santai sembari berjalan mengarah sofa yang ada di kamar itu.
"Masih alasan yang sama di setiap bulannya. Apakah tidak ada yang bisa loe sampaikan sama gue selain kalimat-kalimat yang selalu membela-bela Lona itu?" tanya Suci. Dia berjalan menyusul Ricko untuk duduk di sofa.
"Cukup loe diam kalau loe nggak tahu apa-apa, tentang gue sama Lona, Ci!" kata Ricko. Dia bangun dari duduknya. Menghindar dari Suci yang duduk di sebelahnya.
"Loe tahu? Loe itu udah salah besar, karena loe mengatakan gue itu nggak tahu apa-apa. Gue tahu semuanya tentang kalian berdua, Ric." ujar Suci. Dia bangun mengikuti Ricko lagi.
Ricko bergeming. Dia tidak merespon apapun tentang apa yang dikatakan oleh Suci, istrinya.
"Dari semasa kita masih SMA. Tepatnya ketika gue baru pindah sekolah ke sekolah loe sama Lona. Di saat anak seusia gue masih kelas sepuluh, gue udah kelas sebelas sama kayak loe. Dan, loe inget? Waktu itu Kak Lona udah kelas dua belas. Gue bisa satu angkatan sama loe, padahal gue satu tahun lebih muda dari loe. Karena apa? Karena gue cerdas dan pintar. Cukup pintar untuk menyamai anak-anak yang usianya setahun lebih tua dari gue. Jadi, kalau loe bilang gue nggak tahu apa-apa tentang loe sama Kak Lona, loe salah besar Ric! Gue tahu semuanya tentang kalian berdua. Terlebih kita berdua itu sahabatan semenjak hari pertama gue sekolah di sekolah baru gue itu. Jadi, tanpa gue bersusah payah untuk mencari tahu tentang kalian, gue udah tahu semuanya. Dan dari siapa? Dari mulut loe sendiri, Ric!" ujar Suci menatap mata Ricko. Berbicara dengan sedikit menyunggingkan senyuman sinis.
"Kok loe berubah gini sih, Ci? Loe bukan Suci yang gue kenal tahu nggak!" ujar Ricko tiba-tiba, seolah Suci lah yang telah berubah, bukan dirinya. Masih konsisten pada ekspresi wajah datar.
"Bukan gue yang berubah di sini, Ric. Tapi loe! Loe yang berubah semenjak kita nikah, Ric!" kata Suci. Menunjuk wajah Ricko dengan jari telunjuknya.
"Loe udah tahu kenapa gue bisa berubah, Ci. Jadi, nggak perlu gue jelasin lagi sama loe kenapa gue bisa berubah gini sama loe." ucap Ricko.
"Kak Lona lagi. Semuanya hanya satu nama perempuan itu. Hebat dia bisa buat loe kayak gini," kata Suci. Tanpa disadari oleh Suci, air mata sudah menetes dari sudut matanya. Mungkin karena terlalu sering mengetahui bahwa Lona lah asal semua ini terjadi.
"Bukan Lona yang salah, Ci!" Kata Ricko. Ada sedikit rasa kasihan melihat sahabatnya itu meneteskan air mata. Tapi, dia juga tidak mau memberi harapan kepada sahabatnya itu.
"Jadi gue yang salah, gitu? Tega loe nyalahin gue di sini?" kata Suci. Dia menghapus air mata di pipinya dengan kasar. Menyebabkan pipinya bersemu merah karena tekanan tangannya sendiri yang terlalu kuat.
"Ya kenyataan mengatakan loe yang salah di sini, Ci. Terus gue harus salahin siapa? Gue udah bilang kan dari awal kalau gue nggak siap sama pernikahan ini. Gue udah berusaha menolak, tapi orang tua gue nggak terima penolakan dari Gue," ujar Ricko.
"Terus loe kira seandainya gue nolak waktu itu, permintaan gue bakal dikabulin sama orang tua gue dan orang tua loe? Nggak! Gue udah nyoba. Tetap aja penolakan yang gue terima," balas Suci.
Ricko hanya diam tidak merespon ucapan Suci. Masih memasang wajah dingin tidak pedulinya.
"Dan, Gue kira gue akan bahagia nikah sama orang yang gue suka. Ternyata, nggak! Nggak ada kata bahagia dalam kamus hidup gue setelah gue nikah sama loe, Ric. Loe masih terikat sama masa lalu loe. Gue kira gue bisa melepaskan loe dari ikatan masa lalu itu dengan perasaan yang gue punya. Ternyata juga nggak! Ikatan loe sama Kak Lona masih terlalu kuat untuk gue lepaskan sama perasaan yang bertepuk sebelah tangan ini. Yang ada gue kehilangan sahabat, sekaligus seorang Kakak bagi gue," kata Suci. Lalu dia keluar dari kamar setelah mengatakan itu semua. Meninggalkan Ricko yang masih tampak tanpa ekspresi. Walah datar dan dingin masih membingkai wajah Ricko dengan sempurna.
Ric, loe itu bodoh! Loe masih aja terikat sama masa lalu yang nggak jelas kayak begitu. Apa loe nggak bisa lihat ketulusan gue? Gue sayang sama loe, Ric! Gue suka sama loe! Dan itu perasaan tulus gue untuk loe! Loe itu buta apa gimana sih? Kenapa loe nggak pernah lihat gue dari sisi perempuan? Bukan hanya dari sisi sahabat dan adik. Kapan loe bisa menerima gue untuk ada di sisi loe? Suci terus membatin saat dia berjalan meninggalkan Ricko.
Bersambung
Bab 1 1. Wajah Dingin
09/07/2022
Bab 2 2. Menolak Tegas
09/07/2022
Bab 3 3. Pisah Ranjang
09/07/2022
Bab 4 4. Janda, Sampai Terbawa Mimpi
09/07/2022
Bab 5 5. Dendam
09/07/2022
Bab 6 6. Disayang Mertua, Tapi Tak Disayang Menantu
09/07/2022
Bab 7 7. Jeni dan Siska
09/07/2022
Bab 8 8. Panggilan 'Aku-Kamu'
09/07/2022
Bab 9 9. Nyangkut
09/07/2022
Bab 10 10. Cara Lain Minum Obat
09/07/2022
Bab 11 11. Tidur Satu Ranjang
11/07/2022
Bab 12 12. Baju Tidur
21/07/2022
Bab 13 13. Skin To Skin
21/07/2022
Bab 14 14. Aku Istrimu
21/07/2022
Bab 15 15. Tanpar Gue
21/07/2022
Bab 16 16. Aku Menyerah
21/07/2022
Bab 17 17. Tak Punya Banyak Waktu
21/07/2022
Bab 18 18. Cain Istri
21/07/2022
Bab 19 19. Pulang
21/07/2022
Bab 20 20. Menginap
21/07/2022
Bab 21 21. Tanggung Jawab
21/07/2022
Bab 22 22. Balikan
21/07/2022
Bab 23 23. Kemarahan Suci
21/07/2022
Bab 24 24. Jangan Paksa
21/07/2022
Bab 25 25. Kepulangan Lona
21/07/2022
Bab 26 26. Sadar, Anak Setan!
21/07/2022
Bab 27 27. Merasa Kehilangan
21/07/2022
Bab 28 28. Antara Suci dan Lona
21/07/2022
Bab 29 29. Belajar Mencintai
21/07/2022
Bab 30 30. Penegasan Hubungan
21/07/2022
Bab 31 31. Akhir Dari Sebuah Hubungan
21/07/2022
Bab 32 32. Kata Maaf Tidak Cukup
21/07/2022
Bab 33 33. Bukan Suami Loe!
21/07/2022
Bab 34 34. Lesung Pipi dan Gigi Gingsul
21/07/2022
Bab 35 35. Status Loe!
21/07/2022
Bab 36 36. Kecelakaan
21/07/2022
Bab 37 37. Kamu Kuat Sayang
21/07/2022
Bab 38 38. Inilah Akhirnya
21/07/2022
Bab 39 39. Pergi Sebelum Sempat Bertemu
21/07/2022
Bab 40 40. Suci Pergi
21/07/2022
Buku lain oleh Dewayu
Selebihnya