Setelah Kita Bercerai

Setelah Kita Bercerai

Dewayu

5.0
Komentar
12.9K
Penayangan
11
Bab

Vina, perempuan itu mau tidak mau harus mau menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda. Diceraikan saat usianya baru 22 tahun, membuatnya sakit hati atas tindakan suami yang menurutmu terlalu mudah dihasut oleh ibunya. Ya, Vina dan suaminya yang bernama Radit menikah tanpa restu dari orang tua. Vina berniat balas dendam atas semua perlakuan itu. Vina yang dikenal anak dari seorang janda, yang tidak punya apa-apa membongkar jati dirinya di depan sang mantan ibu mertua. Tepat di saat acara pernikahan Radit dengan istri barunya berlangsung.

Bab 1 1. Surat Cerai

Masih teringat jelas dalam ingatan Vina saat suaminya Radit memberikan surat cerai pada hari itu. Yang mana pada hari itu, Vina baru saja pulang dari rumah sakit. Pulang membawa kabar tidak menyenangkan, membuatnya berstatus janda seperti pada saat ini. Entahlah, belum ada hitungan jam orang kepercayaan Radit sudah bisa mengurus surat cerai secepat itu. Mungkin itu yang dikatakan kekuatan uang.

Vina divonis sulit memiliki keturunan oleh Dokter yang menanganinya pada hari itu. Dan, langsung saja pada hari itu Vina diberi surat cerai oleh suami yang kini sudah menjadi mantan suaminya.

Vina Putri Hermawan, adalah nama lengkap dari Vina. Vina baru saja menikah dengan Radit lima bulan yang lalu. Tapi, karena vonis dokter yang mengatakan kalau Vina sulit memiliki keturunan saat melakukan tes kesuburan, membuatnya menyandang status janda dari pernikahan yang belum genap setengah tahun itu.

"Dit, lebih baik kamu ceraikan saja istrimu itu. Untuk apa mempertahankan istri yang tidak bisa punya anak. Lebih baik segera kau ceraikan saja dia daripada menjadi beban keluarga. Tidak ada untungnya kita memberi makan orang yang tidak bisa memberikan kebahagiaan kepada kita. Daripada kita buang-buang uang untuk memberinya makan, lebih baik uang jatah makan dan keperluan dia kamu tabung untuk keperluan anakmu nanti." Ibu Saras berkata dengan nada sinis. Yang mana Ibu Saras adalah ibu dari Radit, ibu mertua Vina.

Di saat Ibu Saras mendengar kabar bahwa menantunya itu sulit memiliki keturunan, di saat itu pula dia langsung bertambah tidak suka dengan Vina. Ya, memang sudah dari awal pernikahan Ibu Saras tidak merestui putranya itu menikah dengan Vina.

"Bu, tapi pernikahan kami baru berjalan lima bulan. Apa kata orang-orang nanti bila mereka tahu kalau aku dan Vina bercerai? Keluarga kita akan menanggung malu, Bu! Belum lagi nanti kalau keluarga kita dan keluarga Vina bertanya-tanya tentang sebab cerainya pernikahan kami. Radit harus jawab apa Bu? Radit malu." Radit mengacak rambutnya frustasi. Memikirkan perasaan, nasib pernikahan, dan juga reputasi nama baik keluarga yang harus dijaga. Itu semua seolah berputar di pikiran Radit, membuat kepalanya pusing sendiri.

"Ibu tanya sekarang sama kamu, Dit. Kamu pilih ditanya sekarang tentang perceraian kamu sama Vina? Apa kamu pilih ditanya nanti tentang momongan? Ditanya tentang momongan itu hal yang sangat sensitif, Dit. Itu menyangkut harga diri kamu sebagai seorang laki-laki dan suami," kata Ibu Saras.

"Bu, Vina sama Mas Radit itu kan menikah baru lima bulan. Jadi waktunya masih panjang Bu. Apakah tidak sebaiknya kita berusaha terlebih dahulu? Vina yakin kalau Vina itu bisa memiliki keturunan, Bu." Kini giliran Vina yang angkat bicara. Memegang telapak tangan mertuanya itu.

"Dapat dari mana kamu keyakinan kalau kamu itu bisa memiliki keturunan? Sudah jelas vonis dokter mengatakan kalau kemungkinan kamu untuk memiliki keturunan sangatlah tipis. Jadi kamu tidak usah seyakin itu!" cerca ibu Saras kepada menantunya itu. Ibu Saras menarik telapak tangan yang dipegang oleh menantunya itu.

"Dit, beri surat cerai itu pada Vina. Supaya Vina tanda tangan sekarang di hadapan Ibu" kata ibu Saras.

"Surat cerai?" Vina mengulang ucapan ibu Saras. Terkejut akan apa yang dikatakan boleh ibu mertuanya itu.

"Iya. Surat cerai kamu dan Radit anak saya." Tekan ibu Saras. Menatap Vina dengan tatapan mata tidak suka.

"Tapi Bu, benar kata Vina. Kita bisa berusaha dulu. Berikan waktu untuk Vina berusaha Bu. Vina masih bisa mengikuti program hamil, atau bayi tabung misalnya. Masih banyak jalan alternatif lain, Bu. Tolong beri kesempatan untuk Vina," bujuk Radit pada ibunya.

"Inilah yang Ibu tidak suka dari Vina. Dia banyak merubah kamu Dit. Kamu berubah drastis setelah menikah dengan wanita ini. Maka dari itu waktu kamu minta restu, Ibu tidak merestui pernikahan kalian. Tapi apa? Kalian malah menikah tanpa restu dari ibu. Maka, inilah jadinya sekarang. Ini akibat dari pernikahan tanpa restu dari seorang ibu, Dit!" kata Ibu Saras. Berbicara dengan dagu yang terangkat.

"Bu, salah Vina di mana dan apa? Kenapa Ibu sangat tidak suka dengan Vina?" tanya Vina. Menatap ibu mertuanya itu.

"Dit, berikan suratnya pada Vina saat ini di depan ibu, atau, kamu ibu anggap tidak pernah ada dalam kehidupan Ibu?" Ibu Saras tidak menjawab pertanyaan menantunya itu. Dia malah melanjutkan permintaannya pada putranya untuk memberi surat cerai pada Vina. Vina yang mendengar itu pun tidak terasa air matanya menetes. Vina sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kini semuanya bergantung pada suaminya itu.

Huft....

Maafkan aku Vina. Aku tidak bisa berbuat lebih jauh lagi dari ini. Sudah jelas terlihat hasil dari pernikahan tanpa restu seorang ibu. Dan, aku tidak mau ini terjadi dalam hidupku untuk selamanya. Aku tidak mau membuat Ibu kecewa padaku lebih dari ini. Sekali lagi, maafkan aku Vina Putri Hermawan.

Radit yang semula menunduk termenung memikirkan sesuatu, mengangkat kepalanya. Menatap wajah Vina.

"Tanda tangani surat ini Vin!" perintah Radit memberikan sebuah amplop berisikan surat cerai kepada Vin.

"Mas Radit tega sama Vina?" tanya Vina tak habis pikir akan apa yang diperintahkan oleh suaminya itu. Vin benar-benar sakit hati atas perlakuan suami dan mertuanya itu.

"Mas nggak bisa berbuat apa-apa lagi, Vin. Mungkin benar kata Ibu. Inilah akibat dari pernikahan tanpa restu dari orang tua, terutama seorang Ibu," jelas Radit. Dia merasa sangat bersalah kepada Vin.

"Hmm, baik."

"Itu pilihan, Mas. Vina tidak bisa merubah keputusan Mas. Vina ikhlas bila memang pernikahan ini harus berakhir saat ini." Vina berusaha untuk menguatkan hatinya. Vina pun menerima surat itu. Tanpa membaca surat itu, Vina langsung membubuhkan tanda tangannya di surat cerai itu.

"Ini Mas suratnya. Terima kasih atas waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang yang sudah mas Radit berikan ke Vina selama ini. Sekali lagi Vina mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Mas Radit dan juga Ibu. Vina pamit, Mas, Bu!" Vina pergi dari rumah itu, tanpa membawa barang-barang satu pun kecuali pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia merasa tidak berhak atas semua itu. Karena, saat dari awal dia memasuki pekarangan rumah itu, dia tidak membawa apa-apa selain membawa dirinya sendiri.

Dari sini aku tahu kalau kamu itu bukan laki-laki yang setia Mas. Ibu, kita lihat nanti. Akan aku buat Ibu menyesal karena sudah tidak memberikan aku kesempatan. Aku yakin ini hanya akal-akan Ibu untuk memisahkan aku dan Mas Radit. Ibu menang untuk saat ini. Tapi tidak untuk hari esok dan seterusnya. Lihat apa yang akan Vina lakukan pada Ibu dan Mas Radit. Aku percaya kalau aku itu bisa memiliki keturunan. Aku merasa ada yang janggal saat di rumah sakit tadi. Tapi, aku juga berterima kasih dengan Ibu. Karena berkat Ibu aku tahu Mas Radit itu laki-laki yang tidak setia. Dan yang jelas tidak pantas untukku. Batin Vina.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Dewayu

Selebihnya

Buku serupa

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku