Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kisah Aku & Dia

Kisah Aku & Dia

Minang KW

5.0
Komentar
867
Penayangan
77
Bab

Damar, dia seorang laki-laki yang pernah aku harapkan menjadi seseorang yang akan selalu mendampingiku dalam suka maupun duka. Dan aku, Rina, gadis yang akan selalu ada untuknya dalam sakit ataupun senang. Tapi kehidupan tak akan pernah sejalan dengan pemikiran dan keinginan, membuyarkan khayalanku, menghempaskan mimpi-mimpiku ke jurang terdalam, lalu pecah berderai di kerasnya kenyataan. Damar yang selalu memperlakukanku dengan baik, bahkan lebih dekat daripada keluarganya sendiri, ternyata sama sekali tak menaruh hati padaku. Perasaan yang terhempas ini tak pernah bisa kuungkapkan. Tidak pada orang tuaku, tidak pula pada Damar sendiri. Kusimpan segala sakit di dalam hati, sendiri, dan mendoakan yang terbaik baik bagi Damar sebab dia yang harus pindah, dibawa pergi oleh keluarganya ke luar kota.

Bab 1 Aku dan Damar

"Rin, lari Rin. Lari...!"

"Hah?!" Aku terkejut dan menoleh ke belakang. Seketika mataku membesar dengan kengerian yang langsung terbayang di depan mata. "Mar, lu berantem lagi?"

"Udah, buruan!"

Damar menyambar tanganku, memaksaku untuk ikut lari mengikuti langkahnya yang serabutan.

"Lari, Rin!"

"Oi, oi, Damar!" teriakku, tapi tetap saja, kakiku terus berlari. "Damar berengsek! Lu nggak ada kerjaan selain berantem, hah!?"

Cowok sialan itu justru tertawa-tawa, sesekali dia menoleh ke belakang. Entah apa yang ada di pikirannya.

"Udah, ih! Lari dulu yang penting!"

"Damar!"

"Woi, jangan lari lu, setan!" teriak seorang siswa sekolah lain dengan sebatang pipa besi di tangannya."Jangan kabur lu!"

"Kejar dia!" teriak yang lainnya pula.

Aku menoleh lagi ke belakang di antara langkahku yang sudah tidak mungkin untuk kuhentikan lagi, sebab seragam SMA-ku sama persis dengan seragam SMA yang dipakai Damar, bisa-bisa anak-anak dari SMA lain itu malah memukuliku.

Napasku tersengal-sengal dan langkah kami selalunya terhalang ini dan itu, maklum saja, Damar dan aku lari di trotoar jalan yang sedang sibuk.

Yah, sibuk.

Trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki justru dipenuhi oleh para pedagang kaki lima, pengamen, pedagang asongan, apa pun.

"Minggir, minggir!" Damar mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha membuka jalan bagi kami berdua. "Awas, woi!"

"Goblok!" teriak seorang pedagang bakso yang kursi-kursi dagangannya menjadi berantakan tersenggol langkah Damar dan langkahku. "Lihat-lihat kalo lari!!

"Maaf, Bang!" teriakku yang terus saja diseret oleh Damar. "Maaf, ada yang ngejar kami!"

Begitu si penjual bakso menoleh ke arah belakang, dia semakin kaget sebab lebih banyak lagi anak SMA yang muncul demi mengejar kami berdua, maksudku, Damar.

"Kejar!" teriak pemimpin geng SMA lain tersebut. "Kejar ampe dapat!"

Dan si Damar sialan ini masih saja terkekeh meskipun umpatan dan makian dari orang-orang yang kami lewati bak curah hujan.

Aku mati-matian mempertahankan lariku, sebab bila tidak, anak-anak dari SMA lain itu pasti juga akan memukuliku. Paling parah, mereka mungkin akan berbuat cabul kepadaku sebab aku seorang cewek.

"Rin, ke sini!"

Damar membawaku maemasuki sebuah gang kecil di tengah pasar.

Dan ya, lagi-lagi kata-kata kasar yang menghujani kami dari para pedagang dan para pengunjung pasar dengan segala aktifitas mereka yang terganggu oleh kami.

Aku bisa memahami itu.

Tapi napasku sendiri sudah terasa begitu dingin di dada, seolah-olah setiap detakan jantungku akan membuat paru-paruku semakin dingin dan bertambah dingin, lalu menjadi beku, dan pecah dalam sekali helaan napas berikutnya.

Jadi, aku tidak mungkin lagi menanggapi kesialan orang-orang pasar gara-gara kami, maksudku, Damar.

Keringat mengalir deras di wajah dan tubuh, tapi aku tidak peduli, atau lebih tepatnya, Damar lah yang tidak peduli sebab dia terus saja menyeret tanganku untuk mengikutinya.

"Ayo, ke sini!"

"Mar, jangan!" balasku. "Gang itu jalan buntu!"

"Ouh, shit!" Damar terkekeh dan kami kembali berbalik ke arah sebaliknya.

"Itu mereka!"

Aku mendengar lagi teriakan itu. Sialan, sepertinya hidung mereka cukup kuat juga untuk bisa terus menemukan kami.

"Ke sini! Ke sini!" teriakku pada Damar sembari menunjuk ke gang yang ada di kanan.

"Ape lu?!" Damar berteriak sembari mengangkat kepalan tangannya. "Sini lu semua kalo berani, sampah!"

"Bangsat lu, ya!" balas anak-anak SMA lain tersebut. "Kejar dia! Tangkap, jadiin perkedel!"

"Damar berengsek!" makiku sebab dia masih sempat-sempatnya berbalik dan meneriaki anak-anak SMA dari sekolahan yang berbeda dengan kami itu. "Lari, bodoh! Lari dulu!"

"Ayo, Rin. Olah raga lagi!"

"Olah raga pala lu pitak!" aku mendengus lagi.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Minang KW

Selebihnya
Teratai Abadi

Teratai Abadi

Adventure

5.0

Karena kejadian memilukan yang menimpa ibunya, Puti Bungo Satangkai terlahir prematur, bisu, dan hanya bisa mendengar dengan sebelah telinga kanannya saja. Meski demikian, berkat ketelatenan Inyiak Mudo yang menemukannya di lembah Ngarai Sianok dan merawatnya, dia tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan menguasai silat serta kesaktian. Bungo besar dan mendapat pengajaran Inyiak Mudo di sebuah pulau kecil, di lepas pantai barat Andalas, bernama Pulau Sinaka. Setelah kematian Inyiak Mudo dalam pertarungannya dengan Inyiak Gadih, Bungo akhirnya meninggalkan Pulau Sinaka menuju daratan utama Andalas melalui pelabuhan Bandar Bangkahulu. Berbekal sebuah liontin berbentuk satu kelopak teratai pemberian Inyiak Mudo, Bungo memulai pencarian atas jati dirinya. Langkah membawa pertemuannya dengan si Kumbang Janti, salah satu Hulubalang Kerajaan Minangatamvan. Dari si Kumbang Janti, Bungo mengetahui bahwa liontinnya itu adalah satu bagian dari tujuh kelopak Teratai Abadi, pusaka Kerajaan Minanga yang telah lama menghilang. Petunjuk-petunjuk yang didapat Bungo mengarah ke kerajaan yang sama. Maka, dia memutuskan untuk pergi bersama si Kumbang Janti menuju Istana Minanga di Batang Kuantan. Di Istana Minanga, Bungo justru terseret kasus asusila bersama si Kumbang Janti yang dituduhkan oleh si Balam Putiah kepada mereka. Meski demikian, Bungo tetap tenang dan mampu menyelesaikan permasalahan itu, meski harus mengalahkan Halimunan, pasukan rahasia penjaga Raja Minanga, Rajo Mudo. Di sini pula terungkap bahwa Bungo ternyata adalah keturunan Sialang Babega bersama Zuraya, dan dia memiliki seorang abang yang sakti bernama Mantiko Sati. Semua itu bersangkut-paut dengan liontin miliknya yang sejatinya adalah milik Sialang Babega, dan Sialang Babega mendapatkan kelopak Teratai Abadi itu dari tangan Datuak Rajo Tuo, Raja Minanga dua generasi sebelumnya. Dengan kata lain, Bungo adalah keturunan seorang yang terpandang dan dekat dengan istana. Terlebih lagi, Ratu Nan Sabatang adalah tetangga keluarganya semasa dahulu. Dari sinilah pertualangan Bungo memasuki masa yang lebih kejam dan menyakitkan. Demi memenuhi keinginan Rajo Mudo, mengumpulkan semua kelopak Teratai Abadi, Bungo harus berhadapan dengan tokoh-tokoh sakti Tanah Andalas, bahkan hingga ke Selat Malaka. Dalam perjalanannya menemani Bungo, si Kumbang Janti yang mencintai Bungo justru tewas. Namun cinta Bungo bukanlah kepada si Kumbang Janti, melainkan kepada Antaguna, seorang pimpinan Penjahat Berbaju Hitam. Sebab Antaguna juga mencintai Bungo, maka ia rela meninggalkan dunia hitamnya dan berjuang bersama sang gadis demi berbakti pada kerajaan. Di akhir perjalanannya mengumpulkan kelopak Teratai Abadi, Bungo akhirnya bertemu dengan satu-satunya keluarga kandung yang ia miliki, Mantiko Sati. Dan kala itu, Mantiko Sati yang beristrikan Ratu Mudo, pemimpin Minangatamvan sebelum Rajo Mudo, hidup dengan mengasingkan diri dari keramaian. Selesai dengan urusan istana, Bungo dan Antaguna menikah di Pulau Sinaka.

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Kisah Aku & Dia
1

Bab 1 Aku dan Damar

04/05/2024

2

Bab 2 Cowok Slengean

04/05/2024

3

Bab 3 Anak Sultan yang Aneh

04/05/2024

4

Bab 4 Seperti Keluarga Sendiri

04/05/2024

5

Bab 5 Masa Depan Tak Pernah Pasti

04/05/2024

6

Bab 6 Sisi Berbeda Seorang Damar

04/05/2024

7

Bab 7 Cowok yang Cuek

04/05/2024

8

Bab 8 Cewek-Cewek Norak

04/05/2024

9

Bab 9 Masa Iya

04/05/2024

10

Bab 10 Hal yang Sama

04/05/2024

11

Bab 11 Bukan Pelet Biasa

04/05/2024

12

Bab 12 Kepedulian di Balik Sikap Cuek

04/05/2024

13

Bab 13 Sikap Manis yang Tersaru

04/05/2024

14

Bab 14 Ketakutan Damar

04/05/2024

15

Bab 15 Terjebak di Toilet

04/05/2024

16

Bab 16 Rencana Busuk

04/05/2024

17

Bab 17 Sang Ksatria

04/05/2024

18

Bab 18 Perkelahian Tak Seimbang

04/05/2024

19

Bab 19 Emosi yang Meledak

04/05/2024

20

Bab 20 Aku Lelah

04/05/2024

21

Bab 21 Aku Menginginkan Keadilan

04/05/2024

22

Bab 22 Orang-Orang yang Tak Memiliki Hati

04/05/2024

23

Bab 23 Lawan yang Terlalu OP

04/05/2024

24

Bab 24 Demi Teman

04/05/2024

25

Bab 25 Membuat Berita Pengaduan

04/05/2024

26

Bab 26 Kegelisahan Ibu

04/05/2024

27

Bab 27 Memenuhi Undangan Makan Malam

04/05/2024

28

Bab 28 Kakiku Kaku

04/05/2024

29

Bab 29 Kegugupan demi Kegugupan

05/05/2024

30

Bab 30 Nelangsa

05/05/2024

31

Bab 31 Seorang Pangeran dan Gadis Biasa

05/05/2024

32

Bab 32 Tiga Bulan Kemudian

05/05/2024

33

Bab 33 Sikap yang Tetap Sama

05/05/2024

34

Bab 34 Rencana Berlibur

05/05/2024

35

Bab 35 Usulan Damar

05/05/2024

36

Bab 36 Kamu Bukan Parasit

05/05/2024

37

Bab 37 Kucing dan Tikus

05/05/2024

38

Bab 38 Berbeda

20/05/2024

39

Bab 39 Dasar Keluarga Sultan!

21/05/2024

40

Bab 40 Pelabuhan Pribadi

22/05/2024