Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
“Akh! Lepas! Sakit, tolong lepas!” bentak Zevanya mencoba melepas cengkraman dileher dari pria paruh baya yang makin terasa erat.
“Makin kamu berontak, makin erat cengkramanku ini!” terasa hembusan napas penuh nafsu dari pria tua Bangka itu.
“A-Ayah, Ibu, akh, tolong!” tangannya terulur mencoba meraih kaki Ayah dan Ibunya yang saat ini pun terkungkung oleh anak buah dari pria tua bangka yang sedang mencekiknya saat ini.
“Kalau kamu tidak sanggup membayar hutangmu, anak gadismu ini akan kunikahi!” ancam pria tua lintah darat dengan bringas.
Zevanya gadis cantik bermata coklat tua itu menangis dengan menahan sakit. Rupanya Ayahnya terlilit hutang. Memang Hudson-AyahZevanya ini merupakan pejudi yang tak kenal kapok. Berbagai hutang sana-sini sudah tertumpuk bak gunung. Tapi tak disangka sampai ada orang yang menagih dengan cara seperti ini. Juga mengancam dengan cara harus menjadi istrinya jika hutang tidak terbayarkan.
“Minggir, tolong lepaskan anakku! Aku akan bayar tapi jangan kau sakiti anakku,” kata Hudson memelas.
Tak ada yang menghiraukan permohonan Hudson. Tiba-tiba terdengar suara benturan keras.
DUGH!!
Hudson jatuh tersungkur akibat terdorong salah satu anak buah pria tua tak punya hati itu. Ia tergeletak dilantai sembari meringis kesakitan dan memegang dadanya. Tak butuh waktu lama, Hudson pingsan.
Gerombolan pria tua dan anak buahnya pergi setelah melihat kondisi Hudson yang sudah tergeletak. Zevanya langsung merogoh sakunya dan menekan nomor panggilan darurat.
Zevanya menyeka buliran air yang mengalir deras dikulit halusnya. Tak henti-henti memukul dada yang terasa sesak. Tak disangka hal buruk benar-benar seakan menjadi kutukan yang datang secepat kilat. Dia berlari mendorong brankar dari UGD menuju sampai depan pintu ruang operasi.
Badan lemas, kaki bergetar sampai jatuh dipelukan Lidya-ibu Zevanya. Dari tangisan dengan suara keras sampai melemah kedua wanita itu masih tak kunjung melepas pelukan. Menunggu di depan ruang operasi dengan tatapan nanar. Mata sembab dan merah. Berharap hal buruk tak terjadi.
Beberapa jam berlalu seketika pintu ruang operasi terbuka. Zevanya dan Lidya tersadar dari lamunan dan langsung berdiri dengan tertatih menghampiri Dokter.
“Operasi berhasil, tinggal menunggu pasien sadar.”
“Terima kasih banyak Dokter, terima kasih,” tutur Lidya.
Zevanya dan Lidya saling bertukar pandang dan saling memelukku dengan erat. Rasa lega terlihat dari raut wajah kedua wanita itu ketika mendengar ucapan Dokter. Setelah itu salah satu perawat menghampiri.
“Pasien akan segera dipindah ke ruang inap. Mohon melengkapi berkas administrasi terlebih dahulu.”
“Baik, terima kasih Suster,” sahut gadis bermata coklat tua yang sudah terlihat agak tenang.
Zevanya membagi tugas dengan Lidya. Dia mengurus administrasi rawat inap sedangkan Lidya menemani Hudson.
“Ini biaya yang harus dilunasi,” petugas menyodorkan kertas dengan rincian pembayaran.
Netra Zevanya terperangah melihat nominal yang tertera di kertas, 200 juta . Karena tak akan sanggup membayar dengan nominal sebesar itu.
“Maaf, apa saya boleh menyicil?” tanyanya lirih.
“Maaf nona, tidak bisa.”
“Bolehkah saya meminta waktu?” memelas meminta keringanan.
“Nona hanya punya waktu maksimal 2 hari.”
Zevanya melangkah dengan gontai. Satu pukulan lagi menghantam dada. Benar-benar rasanya ingin bunuh diri saja. Tak sanggup, ia putuskan pulang.
Setibanya di rumah gadis itu mencari benda berharga yang bisa dijual untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membayar biaya rumah sakit Hudson.
“200 juta, dari mana aku mendapat uang sebanyak itu,” lirih Zevanya meringkuk di lantai. Dia tak menyangka diusianya yang ke-23 tahun ini mengalami hal pahit. Memiliki ayah pejudi yang berhutang pada banyak orang dan sekarang harus berada dalam perawatan pasca operasi jantung. Ibunya hanya penjual roti keliling dan dia bisa kuliah dengan beasiswa.