Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Tiwie Sizo

5.0
Komentar
47.7K
Penayangan
114
Bab

Adnan dicampakkan oleh perempuan yang dicintainya karena dirinya tak memiliki apa-apa. Mirisnya, perempuan itu meninggalkan Adnan karena ingin menikah dengan seorang lelaki kaya. Sepuluh tahun kemudian, Adnan kembali setelah memiliki segalanya demi untuk membalas dendam pada sang mantan. Tapi ternyata, perempuan tersebut telah menjadi seorang perempuan panggilan yang mencari nafkah dengan menjajakan tubuhnya. Apakah yang sebenarnya terjadi? Dan akankah Adnan melanjutkan rencana balas dendamnya?

Bab 1 Renata, Si Wanita Penghibur

Adnan duduk bersandar di sebuah sofa dengan satu tangan memegang gelas berisi red wine kesukaannya. Sesekali tangannya menggoyang pelan gelas tersebut hingga isi di dalamnya menjadi sedikit berputar mengitari gelas, membuat aroma harum yang manis dan khas menguar sampai ke indra penciuman lelaki itu. Kemudian, diteguknya sedikit minuman tersebut sembari menatap lekat ke arah sosok yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dengan raut wajah pias.

"Kenapa berdiri saja di situ, Nona? Kemarilah, kamu bukannya salah orang. Memang aku yang memintamu untuk melayaniku," ujar Adnan pada sosok yang mematung itu.

Mau tak mau, orang yang dipanggil Adnan dengan sebutan nona tadi sedikit mengangkat wajahnya. Namanya Renata, seorang wanita penghibur yang sebelumnya memang sengaja dipesan Adnan untuk melayaninya malam ini. Dan sebenarnya, Adnan harus menempuh sebuah perjalanan hidup yang panjang sebelum bisa membawa perempuan ini berdiri di hadapannya seperti sekarang.

Usia perempuan itu relatif tak muda lagi, berkisar di awal tiga puluhan. Tapi wajah dan tubuhnya tak kalah menawan dibandingkan dengan para gadis belia. Apalagi dengan gaun malam berwarna merah marun yang saat ini tengah dikenakannya. Sangat pas membalut tubuh langsingnya yang memiliki kulit seputih susu. Membuatnya terlihat anggun sekaligus seksi.

"Kenapa? Kamu takut aku tidak mampu membayarmu karena tarifmu lumayan mahal?" tanya Adnan saat Renata tak juga bergerak dari tempatnya semula.

Wajah perempuan cantik itu terlihat agak memucat. Ekspresinya lebih tepat dikatakan syok ketimbang terkejut. Tampaknya butuh waktu agak lama baginya untuk meyakinkan diri jika lelaki yang akan menggunakan jasanya kali ini adalah Adnan, sosok yang tak asing baginya. Sosok yang selama sepuluh tahun ini tak pernah dia lihat lagi sehingga nyaris dia lupakan.

"Adnan ...." Renata menyebut nama Adnan lirih, nyaris berbisik. Suaranya terdengar bergetar, seirama dengan seluruh tubuhnya yang juga ikut bergetar. Dari sekian banyak lelaki, kenapa harus lelaki ini yang sekarang menjadi pelanggannya. Apakah ini sebuah kebetulan? Tapi melihat raut wajah Adnan yang tak menunjukkan raut terkejut sama sekali, tampaknya lelaki itu sudah tahu jika Renata yang akan datang untuk melayaninya.

Mungkinkah lelaki yang tengah asyik menikmati red wine di hadapan Renata saat ini memang sengaja mengatur pertemuan mereka dalam situasi seperti sekarang?

"Senang sekali kamu masih mengingat namaku. Tidak disangka, ya, kita akan bertemu lagi setelah sekian lama," sahut Adnan sambil tersenyum tipis, kemudian menyesap sekali lagi minuman yang ada di tangannya.

Renata kembali bergeming. Lelaki itu tampak begitu santai melihat kehadirannya saat ini, namun menggunakan kata tak disangka dalam kalimat yang diucapkannya barusan, seolah mereka bertemu secara tak sengaja. Sungguh pernyataan yang bertolak belakang dengan kenyataan.

"Kamu tidak lelah hanya berdiri di situ?" tanya Adnan.

Pertanyaan itu membuyaran lamunan Renata, membuat perempuan itu tersadar pada situasi yang sekarang tengah dia hadapi. Dia tidak sedang bermimpi atau pun berhalusinasi. Lelaki yang menyewa jasanya malam ini adalah Adnan, seseorang yang pernah mengukir kenangan indah dalam hidupnya sebelum akhirnya harus dia tinggalkan karena keadaan.

Dengan langkah yang sedikit kikuk, akhirnya Renata mendekat ke arah Adnan dan duduk di hadapan lelaki itu. Renata sedikit menundukkan pandangannya, tak sanggup menatap wajah lelaki yang saat ini tengah tersenyum miring ke arahnya, senyuman yang menyimpan ejekan dan juga penghinaan tanpa kata.

"Kenapa segugup itu? Aku yakin kamu sudah sangat berpengalaman dalam melayani pelanggan-pelangganmu. Aku tak ada bedanya dengan mereka semua, jadi tidak perlu tegang seperti itu," ujar Adnan sambil meletakkan gelas red wine di tangannya. Wajahnya masih memperlihatkan senyuman asimetris yang jelas bertujuan merendahkan.

Tak ada yang bisa Renata katakan untuk menanggapi kata-kata yang dilontarkan Adnan. Dia justru semakin menunduk dengan mulut yang membisu. Sungguh tak disangka jika pada akhirnya dia akan bertemu lagi dengan lelaki ini saat sedang melakoni pekerjaan rendahnya.

"Atau kamu menganggap aku tak memiliki uang? Tenang saja, seperti kataku tadi, aku punya uang yang cukup untuk membeli pelayananmu. Barusan aku sudah mentransfer penuh pembayaran pada bosmu" ujar Adnan lagi sembari bangkit dari duduknya.

Adnan mendekat ke arah Renata dan duduk persis di samping perempuan itu. Tangannya terulur meraih dagu Renata dan mengarahkan agak Renata melihat ke arahnya.

"Dan jika kamu bisa memuaskanku, tentu saja aku akan memberimu tip yang sesuai," gumam Adnan lagi.

Renata menelan ludahnya dengan agak kesulitan. Seperti ada yang mencekik lehernya saat dia mendengar gumaman rendah yang dilontarkan Adnan barusan. Selama ini, dia tahu jika pekerjaannya adalah pekerjaan yang teramat sangat kotor, tapi baru kali ini dia benar-benar merasa hina sampai tak sanggup hanya untuk sekedar mengangkat wajahnya.

"Lihat aku, Renata!" titah Adnan dengan suara yang tak ingin dibantah. Cengkramannya di dagu Renata semakin menguat saat perempuan itu tak juga mengangkat pandangan untuk melihat ke arahnya.

"Tidak mungkin kamu bersikap seperti ini di hadapan pelanggan-pelangganmu yang lain, jadi lakukan seperti biasanya kamu melakukan itu bersama mereka. Aku sudah membelimu untuk malam ini, jadi aku berhak mendapatkan pelayanan yang memuaskan!" Adnan akhirnya berbicara dengan nada yang cukup tinggi. Sepertinya dia agak kesal pada Renata yang sejak tadi hanya bisa diam.

Renata memberanikan diri mengangkat wajahnya dengan dada yang bergemuruh tak menentu. Dia melihat kilatan kemarahan di mata Adnan, juga sorot mata penuh kebencian. Seperti ada yang menancap di dadanya melihat tatapan itu, terasa sakit dan juga menyesakkan.

"Maaf," gumam Renata akhirnya dengan suara yang masih terdengar agak bergetar. Perempuan itu kembali menunduk, lalu menghela nafasnya sejenak. Setelah beberapa saat, barulah sekali lagi dia mengangkat wajahnya dan menatap Adnan dengan tatapan yang lebih berani daripada sebelumnya.

"Anda lebih suka permainan seperti apa?" tanya Renata kemudian setelah berhasil menguasai dirinya. Dia bertanya dengan bahasa formal yang sopan, seperti saat dia melayani pelanggan-pelanggannya yang lain.

Kali ini Adnan yang tertegun dibuatnya. Dia agak terkesiap melihat Renata yang sudah terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.

"Terkadang pelanggan saya punya permintaan terkait dengan gaya permainan kesukaan mereka. Makanya saya bertanya, Anda suka permainan yang seperti apa?" ulang Renata lagi. Sekuat tenaga dia berusaha membuat suaranya tak terdengar bergetar seperti sebelumnya, meski dadanya masih bergemuruh hebat.

Berganti Adnan yang menghembuskan nafas kasar. Entahlah, dia jadi merasa kesal melihat Renata tak lagi gugup dan kebingungan seperti tadi.

"Aku tidak punya permintaan khusus. Kerahkan saja kemampuanmu sebisa mungkin untuk membuatku puas," sahut Adnan kemudian dengan suara yang dingin.

Renata mengangguk. Dia meletakkan tas tangan yang sedari tadi dipegannya, kemudian kembali beralih ke arah Adnan. Perempuan itu tak punya pilihan selain melakukan tugasnya melayani Adnan, seperti halnya dia melayani lelaki lain yang memakai jasanya.

Dengan perasaan yang tak dapat dijabarkan, Renata mendekatkan tubuhnya pada tubuh Adnan, tampak hendak mulai memulai pekerjaannya.

"Tunggu dulu," tahan Adnan saat Renata hendak mendekatkan wajah mereka untuk memberikan cumbuan.

"Bersihkan dirimu dulu!" titah Adnan dengan suara yang dingin seperti sebelumnya.

Renata agak tertegun dengan wajah yang terlihat tak mengerti. Tentu saja sebelum pergi menemui setiap pelanggannya, Renata sudah mandi, bahkan berendam dalam air yang dicampur dengan aroma terapi terlebih dahulu. Setelah berpakaian pun dia akan menggunakan parfum mahal, sehingga dari tubuhnya menguar aroma harum yang menggoda. Hal yang biasanya membuat pelanggan lain akan langsung menerkam tubuhnya tanpa basa basi karena tak tahan dengan godaan aroma tersebut.

"Karena pekerjaanmu adalah menjajakan tubuh, jadi bisa saja sebelum datang kemari, kamu lebih dulu melayani pelanggan lain dan tidak membersihkan diri lagi. Aku tidak mau mengambil resiko merasakan peluh lelaki lain di tubuhmu, jadi lebih baik kamu mandi dulu sampai tak ada aroma lelaki lain. Setelah itu, baru melayaniku." Adnan menjelaskan tanpa merasa bersalah sedikit pun. Tentu saja, karena tujuannya menyewa jasa Renata adalah untuk merendahkan dan mempermalukan perempuan itu secara langsung.

Renata tertegun, lalu tersenyum miris. Kini dia menyadari apa yang Adnan coba lakukan padanya. Lelaki itu tiba-tiba muncul di hadapannya sebagai seorang pelanggan tak lain karena ingin membalas apa yang pernah dirinya lakukan di masa lalu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tiwie Sizo

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Balas Dendam Sang CEO
1

Bab 1 Renata, Si Wanita Penghibur

19/05/2022

2

Bab 2 Penghinaan Paling Menyakitkan

19/05/2022

3

Bab 3 Takdir yang Tak Diharapkan

19/05/2022

4

Bab 4 Trauma

20/05/2022

5

Bab 5 Bocah Malang

23/05/2022

6

Bab 6 Balas Budi

24/05/2022

7

Bab 7 Gen Buruk

24/05/2022

8

Bab 8 Jalan Hidup Adnan

25/05/2022

9

Bab 9 Sosok Di Balik Keberhasilan Adnan

25/05/2022

10

Bab 10 Memelihara Dendam

25/05/2022

11

Bab 11 Restu Dalam Sebuah Cincin

02/06/2022

12

Bab 12 Impian Renata

03/06/2022

13

Bab 13 Mulai Janggal

04/06/2022

14

Bab 14 Ucapan Tak Terduga

05/06/2022

15

Bab 15 Sebuah Kenyataan Pahit

06/06/2022

16

Bab 16 Dilema

07/06/2022

17

Bab 17 Luka dan Penghinaan

08/06/2022

18

Bab 18 Luka Terdalam Adnan

09/06/2022

19

Bab 19 Dendam

10/06/2022

20

Bab 20 Membulatkan Tekad

11/06/2022

21

Bab 21 Siapa Sebenarnya Renata

12/06/2022

22

Bab 22 Bukan Ibu yang Membanggakan

13/06/2022

23

Bab 23 Panggilan yang Tak Bisa Ditolak

14/06/2022

24

Bab 24 Firasat

15/06/2022

25

Bab 25 Tindakan Tak Terduga

17/06/2022

26

Bab 26 Lelaki Tanpa Rasa Simpati

18/06/2022

27

Bab 27 Jangan Ada Rasa yang Tersisa

20/06/2022

28

Bab 28 Tawanan Perang yang Merepotkan

23/06/2022

29

Bab 29 Nelangsa

24/06/2022

30

Bab 30 Apa yang Adnan Coba Lakukan

02/07/2022

31

Bab 31 Masuk ke Dalam Perangkap Adnan

04/07/2022

32

Bab 32 Budak

05/07/2022

33

Bab 33 Dejavu

06/07/2022

34

Bab 34 Masih Ada Rasa yang Tersisa

07/07/2022

35

Bab 35 Luka Terdalam Seorang Ibu

10/07/2022

36

Bab 36 Tuan dan Peliharaan

11/07/2022

37

Bab 37 Persiapan Menjalankan Tugas

12/07/2022

38

Bab 38 Impian Masa Lalu

13/07/2022

39

Bab 39 Rasa yang Tertinggal

15/07/2022

40

Bab 40 Terbuai Lalu Terhempas

16/07/2022