Bukankah lima tahun lalu dia memilih pergi, saat aku memintanya melakukan tes DNA untuk membuktikan jika anak yang dilahirkannya itu memang benar anakku? Lalu kenapa sekarang dia datang dan memohon padaku agar aku mau melakukan tes DNA? Apa sebenarnya yang dia inginkan? Apa karena sekarang aku sudah semakin sukses hingga dia ingin menjadikan anak yang ada bersamanya sebagai alat untuk memanfaatkan ku? Saat aku bertanya kenapa dia muncul lagi setelah sekian lama, jawabannya sungguh di luar dugaan. Dia bilang ingin menitipkan anaknya padaku karena waktunya di dunia ini mungkin sudah tidak akan lama lagi.
"Aku ingin tes DNA!" seruku lantang di hadapan seluruh keluarga. Suasana yang tadinya hangat dan penuh senda gurau, tiba-tiba menjadi sunyi. Semua mata tertuju padaku. Terutama mata kedua orang tuaku yang beberapa detik tadi terlihat sangat bahagia merayakan kelahiran bayi yang mereka yakini sebagai cucu.
"Arkan?" Mama menatapku dengan raut tak percaya. Perempuan yang telah melahirkan ku itu tampak terkejut dengan apa yang didengarnya tadi.
Aku menatap sekeliling. Saat ini di rumahku masih ada beberapa tamu karena Mama baru saja selesai mengadakan syukuran. Sebuah acara sederhana setelah satu bulan lebih perempuan yang belum lama ini kunikahi melahirkan seorang bayi lelaki. Bayi yang katanya sangat mirip denganku disaat aku sendiri tak yakin jika dia benar-benar darah dagingku.
Wajah Mama terlihat sedikit gusar. Untung saja tamu yang tersisa saat ini semuanya masih keluarga, begitu mungkin pikir beliau saat aku melontarkan kalimat mengejutkan tadi.
"Apa maksudmu, Arkan?" Kali ini suara Papa yang terdengar.
"Aku tidak yakin bayi itu anakku," jawabku dengan nada datar.
"Kenapa kamu tidak pernah menyebut namanya. Bayi itu punya nama. Namanya Farhan, dan dia anakmu." Mama menyela.
"Aku tidak peduli siapa namanya. Aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai anakku sebelum hasil tes DNA menyatakan jika dia memang darah dagingku." Aku kembali berujar dengan dingin. Mataku lekat menatap kearah perempuan yang kini sedang memangku bayinya sembari menunduk.
Heh, aku tersenyum sinis melihat perempuan itu. Dia selalu memasang wajah teraniaya saat ada di hadapan seluruh keluargaku, terutama di depan Mama dan Papa, seolah disini dialah yang terzolimi. Benar-benar pandai berakting. Sayang sekali dia tidak menjadi seorang aktris sehingga bakatnya itu menjadi sia-sia saja.
"Bagaimana kamu bisa bilang begitu? Tidakkah kamu lihat wajah Farhan sangat mirip denganmu? Beginilah rupamu waktu kamu masih bayi dulu, Arkan." Mama berujar lagi sembari membelai wajah bayi itu dengan jemarinya.
"Aku tetap tidak percaya. Perempuan ini melakukan hal rendah demi untuk menikah denganku. Darimana aku tahu jika anak yang dilahirkannya benar-benar anakku? Bisa saja dia sudah hamil saat menjebakku waktu itu." Aku sudah tidak tahan lagi. Aku muak terus bersabar di hadapan perempuan licik ini. Perempuan sok lemah yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Kejadian waktu itu benar-benar telah membuat hidupku hancur. Selepas mengikuti acara reuni, tiba-tiba aku terbangun di sebuah kamar, seranjang bersama seorang perempuan tanpa mengenakan busana dan tak mengingat apapun. Lalu selang beberapa bulan kemudian, perempuan itu datang mencariku untuk meminta pertanggung jawaban. Dia hamil dan bersikeras jika aku adalah ayah dari anak yang dikandungnya. Padahal saat itu aku sudah punya tunangan dan akan menikah dalam waktu dekat.
Kehidupanku kacau. Atas desakan berbagai pihak, termasuk tunanganku sendiri, aku akhirnya terpaksa menikahi perempuan itu. Perempuan yang aku yakini sedari awal memang telah merencanakan semua itu. Dan dia pasti senang karena rencana yang dibuatnya sukses besar.
Ainun, perempuan yang sedari tadi kutuding dengan kata-kata pedas itu mengangkat wajahnya dan menatap kearahku. Matanya berkaca-kaca dan tampak begitu terluka. Tapi aku tak akan tertipu dengan sandiwaranya ini. Dia mungkin bisa membohongi semua orang dengan wajah memelasnya, tapi tidak denganku. Beberapa bulan hidup bersama sejak aku terpaksa menikahinya membuatku paham setiap akal bulusnya. Dia akan memanfaatkan simpati orang untuk berpihak kepadanya hingga dia bisa mendapatkan semua yang yang dia mau. Itulah yang dilakukannya selama ini.
"Tidak perlu melakukan tes DNA." Akhirnya aku mendengar suara Ainun menanggapi.
Aku kembali tersenyum sinis padanya.
"Kenapa? Apa kamu takut kedokmu terbongkar jika kita melakukan tes DNA? Bayi ini memang bukan anakku, kan?" tanyaku dengan sarkas.
Ainun menghela nafasnya, seakan sedang menahan sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Mulutnya tertutup rapat meski aku tahu dia ingin menyangkal. Kena kau! Tes DNA tak bisa dibohongi. Pasti dia sedang risau karena tak ingin kebusukannya sampai terbongkar dihadapan keluargaku. Puas rasanya bisa melihat perempuan licik ini tak berkutik.
"Aku tidak mau melakukan tes DNA bukan karena takut, tapi aku tidak mau membuang uang dan waktumu. Karena kamu pasti tidak akan terima hasilnya nanti," jawab Ainun dengan suara yang sedikit bergetar.
"Di dalam hatimu sudah dipenuhi dengan kebencian dan prasangka buruk. Tes DNA tidak akan bisa menghapus itu," tambah Ainun lagi sembari bangkit dan membawa bayinya berlalu dari hadapanku.
Bab 1 Tes DNA
09/12/2021
Bab 2 Dia Memilih Pergi
09/12/2021
Bab 3 Pergi dan Jangan Kembali
09/12/2021
Bab 4 Sama-Sama Terluka
09/12/2021
Bab 5 Kosong
09/12/2021
Bab 6 Tanpa Ainun
09/12/2021
Bab 7 Ancaman Mama
10/12/2021
Bab 8 Cerita Tentang Ainun
10/12/2021
Bab 9 Pukulan dari Papa
10/12/2021
Bab 10 Kenyataan yang Kuabaikan
10/12/2021
Bab 11 Lelaki Sempurna (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 12 Yang Cantik Belum Tentu Baik (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 13 Takdir yang Berbelok (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 14 Malam Terkutuk (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 15 Gadis Malang (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 16 Bukan Pernikahan Impian (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 17 Satu Atap Dua Luka
10/12/2021
Bab 18 Menyerah (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 19 Maaf, dan Selama Tinggal .... (Ainun POV)
10/12/2021
Bab 20 Kebenaran yang Terungkap
12/12/2021
Bab 21 Peringatan untuk Reina
12/12/2021
Bab 22 Pencarian
12/12/2021
Bab 23 Penyesalan Berkalang Rindu
12/12/2021
Bab 24 Sebuah Janji
13/12/2021
Bab 25 Dia Kembali
13/12/2021
Bab 26 Permohonan Ainun
13/12/2021
Bab 27 Bertemu Farhan
13/12/2021
Bab 28 Momen Tak Terlupakan
13/12/2021
Bab 29 Pulanglah, Ainun ....
13/12/2021
Bab 30 Berusaha
13/12/2021
Bab 31 Sesuatu yang Janggal
14/12/2021
Bab 32 Alasan Ainun Kembali
14/12/2021
Bab 33 Teman Berbagi
14/12/2021
Bab 34 Pulang
14/12/2021
Bab 35 Menikah Kembali
14/12/2021
Bab 36 Meyakinkan Ainun
16/12/2021
Bab 37 Kejutan untuk Mama dan Papa
16/12/2021
Bab 38 Ingin Mas Kawin Apa
16/12/2021
Bab 39 Akad Kedua
16/12/2021
Bab 40 Mengukir Kenangan
16/12/2021
Buku lain oleh Tiwie Sizo
Selebihnya