Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bukan Aku Tak Setia

Bukan Aku Tak Setia

pusparani surya

4.8
Komentar
8.8K
Penayangan
126
Bab

Pertemuan kembali Raja dan Cahaya setelah tiga tahun perpisahan mereka, perpisahan yang membuat luka di hati keduanya. Kisah cinta yang tertunda, akankah sekarang berakhir bahagia?

Bab 1 Tentara Masa Lalu

Tiga tahun lalu, Everland Korea.

Raja melangkah meninggalkan Cahaya yang kembali menolaknya, menolak uluran cinta yang ditawarkannya. Entah apa yang salah dengannya hingga Cahaya seakan enggan terikat padanya. Dia sangat mencintai gadis itu, mencintai dengan setulusnya. Namun dia harus berlapang dada menerima penolakan untuk kedua kalinya.

Cahaya terdiam sendiri, tempat di mana dia berada sekarang adalah salah satu tempat hiburan terbaik di Korea, namun keramaian dan keindahan tempat itu tak dapat membuatnya merasakan bahagia.

Lagi, dia bersikap angkuh menolak Raja. Merasa jumawa dengan rasa cinta lelaki itu, dengan mudah berkata tidak, padahal hatinya juga mendamba.

Munafikkah dia? Tidak. Semua dilakukan untuk kebaikan lelaki itu, lelaki dengan sejuta pesona itu pantas mendapat yang terbaik, dan itu bukan dirinya.

Sudah cukup dia melukai perasaan Raja beberapa bulan yang lalu, dan mungkin juga barusan atas penolakannya. Tapi ke depannya, lelaki itu akan tertawa bahagia dengan melupakan semua tentangnya. Bukankah waktu akan menyembuhkan luka?

Lukanya ... juga luka hati Raja. Semua akan baik-baik saja walau sekarang terasa menyiksa.

"Ya, naik kora-kora yuk? Tuh, Andri sama Adrian udah naik." Alya sang sahabat menghampiri, memilih kursi kosong di sebelahnya untuk dia duduki.

Cahaya tersenyum mencoba menutupi luka hati, luka yang sengaja dia toreh sendiri, luka yang dibuat berdenyut nyeri saat menolak tawaran sang pangeran hati.

"Males, Al. Kenapa nggak naik aja bareng mereka tadi?" kata Cahaya mencoba bersikap biasa.

"Tadinya mau bareng, cuma nggak enak aja kalau hanya bareng mereka. A Raja mana? Tadi aku lihat dia bareng kamu?" Alya menoleh mencari keberadaan Raja, lelaki itu tadi terlihat bersama dengan Cahaya.

"Pergi, nemuin Norri mungkin," kata Cahaya mencoba abai, padahal hatinya berteriak lantang.

Ya, alasan lain menolak Raja adalah melihat kedekatan Raja dengan manajer pemasaran dari Malaysia itu. Selain cantik dan tentunya pintar, Norri begitu terlihat menunjukkan ketertarikan pada Raja, Cahaya yang telah mengecewakan Raja, ingin memberi kesempatan pada Raja untuk membuka hati, bukan hanya terpaku padanya yang sudah terlalu sering menyakiti.

Bodohkah dia?

Tidak. Dan biarlah. Cahaya hanya ingin Raja mendapatkan yang terbaik, dan sepadan dengannya. Bukan seperti dirinya yang hanya seorang anak petani.

"Norri? Manager dari Malaysia itu?"

Cahaya mengangguk, "Kamu cemburu, Ya?"

Cahaya menatap Alya tajam, menolak mengakui apa yang dikatakan.

"Tidak!"

"Bohong!"

"Terserah!"

Alya menghembuskan napas kesal, merasa heran dengan pemikiran Cahaya, kenapa gadis itu tidak pernah mau mengakui perasaannya sendiri?

"Kamu akan menyesal, Ya."

"Kenapa? Aku hanya ingin yang terbaik untuk a Raja."

Mata Alya memicing, menatap penuh selidik pada Cahaya, yang tanpa sengaja membuka kata tanpa perlu ditanya.

"Jangan bilang kamu menolak a Raja lagi, Ya?" tanya Alya tepat sasaran.

"Ya, dan itu yang terbaik untuk a Raja."

"Konyol! Bagaimana bisa kamu bilang itu yang terbaik, Ya? Kalau bahagianya dia itu kamu! Kamu Cahaya Kamila! Bodoh!" Alya tak dapat menutupi kekesalannya pada Cahaya, dan dia semakin kesal saat dengan enteng Cahaya mengendikkan bahunya menanggapi perkataan Alya.

"Kamu akan menyesal, Ya!"

'Ya, dan aku menyesal sudah sejak lama, dan aku akan terus seperti ini, Al.'

Kata-kata Cahaya tidak akan didengar Alya, karena dia hanya berbicara pada dirinya sendiri.

"Kamu memang sudah terobsesi pada oppa, Ya. Kamu menutup mata dan hati pada cinta yang a Raja tawarkan."

"Tidak, karena aku pun akan mengakhiri semuanya dengan oppa, aku akan fokus pada tujuan awalku datang ke negeri ini, aku hanya akan berpikir tentang masa depan."

"A Raja juga masa Depan kamu, Aya! Dia mencintai kamu!"

"Kamu tidak akan mengerti apa yang ada di kepalaku, Al."

"Tentu saja aku tak mengerti, dan tak ingin mengerti! Sudahlah, aku malas berbicara padamu."

Alya bangkit dan berjalan menjauhi Cahaya, menghampiri Adrian dan Andri yang baru turun dari wahana kora-kora.

Cahaya menghembuskan napas kasar, biarlah semua orang menganggapnya keras kepala, dia akan tetap dalam pemikirannya sendiri.

Cahaya mengangkat wajahnya saat seseorang datang, dari aroma minyak wangi yang menguar, dia sudah bisa menebak siapa yang ada di depannya.

Kim tersenyum, lelaki keturunan Korea itu lalu duduk di samping Cahaya. Dia sangat rindu lada gadis yang beberapa hari lalu kembali mendapatkan kemarahan tak jelas darinya.

Bodoh memang, cemburu membuatnya bersikap kekanakan.

"Honey!" panggil Kim, dengan panggilan yang pernah membuat Cahaya merasa tersanjung, tidak seperti sekarang hatinya terasa hambar, "Masih marah? Aku minta maaf, aku menyesal!"

Cahaya memalingkan muka, untuk kesekian kali lelaki itu meminta maaf atas sikap possesif-nya. Dan Kali ini, Cahaya tidak ingin memberikan maaf itu kembali. Dia menyerah untuk bertahan di sisi Kim.

"Aku lelah, Oppa!" kata Cahaya ambigu, membuat Kim mengernyit tak mengerti.

"Lelah? Kalau begitu istirahatlah."

"No, bukan itu. Aku lelah dengan semua, dengan hubungan kita--"

"Honey?" Kim merasakan sesuatu menusuk dalam hatinya, apa Cahaya akan memutuskannya?

"Iya, aku lelah. Kita akhiri saja semua. All finish!"

Deg!

Ada yang menghentak keras dadanya, sakit. Terasa sesak.

Cahaya memutuskannya, setelah beberapa saat lalu dia tersenyum penuh kemenangan atas pengakuan Raja, yang mengatakan kalau dia kembali ditolak oleh Cahaya.

Namun apa sekarang? Nasibnya pun tak jauh beda, Cahaya memutuskannya! Mengakhiri jalinan rasa yang baru sebentar mereka bina. Dia juga kalah ternyata.

Tidak! Belum, dia belum kalah. Dia akan melakukan apa saja untuk menahan Cahaya di sisinya.

Apapun.

"Kenapa ... kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan kita, Honey? Aku sangat mencintaimu, apa kamu meragukan itu?" Kim menggenggam tangan Cahaya.

Yang membuat seseorang yang memperhatikan mereka berdua, salah sangka atas pemandangan yang dilihatnya. Menyangka kalau keduanya tengah saling mengungkapkan rasa cinta, hingga dia berharap bahagia selalu ada pada gadisnya.

"Tapi cintamu membuatku tersiksa, Oppa! Aku tersiksa!" air mata Cahaya tak dapat ditahan, meluruh jatuh menuruni pipi.

Kim tersentak, semenyakitkan itukah mencintainya?

Dia hanya ingin melindungi miliknya, Cahaya-nya. Semua sikap possesif yang ditunjukkan Kim hanya sebagai ungkapan cinta yang tak terbatas pada Cahaya.

"Aku minta maaf kalau semua yang aku lakukan sudah menyakitimu, Honey. Tapi tolong, beri aku kesempatan. Aku tidak ingin kita putus, aku sangat mencintaimu!" Kim mengusap pipi Cahaya, hatinya sakit dengan semua kenyataan yang ada.

"Maaf, Oppa. Berikan aku waktu untuk menguji kembali hatiku. Aku butuh waktu."

"Ok, baik. Kamu butuh waktu? Aku berikan, sebanyak yang kamu butuhkan. Tapi tolong, jangan putuskan aku. Kumohon?!" Kim menghiba penuh pengharapan. Bagaimana dia tidak sanggup kehilangan Cahaya.

Lagi pula bagaimana tanggapan Raja, kalau tau dia juga diputuskan oleh Cahaya? Tentunya itu akan melukai harga dirinya.

Cahaya menatap Kim sendu, karena lelaki ini dulu dia mengkhianati Raja, karena cinta ... atau mungkin obsesinya dia memilih Kim dadi pada Raja. Dan sekarang lelaki itu memohon padanya, pantaskah dia memberikan kesempatan lagi pada Kim?

"Aku butuh sendiri, Oppa."

"Tentu, ambil waktu sebanyak yang kau mau, aku akan menunggu kamu kembali. Aku mencintaimu, Honey! Sangat mencintaimu," ujar Kim penuh keyakinan, berharap sang pujaan sudi menerima kesalahan yang terus dia lakukan berulang.

"Aku pergi dulu."

Cahaya melepaskan genggam tangan Kim, beranjak pergi dari sana, sekedar melepas sesak di dada, dengan menikmati tempat wisata yang kini dia datangi.

Kim mengepalkan tangannya kuat, menyesali sikapnya yang tak berubah sama sekali. Kim sadar Cahaya sudah sering memberinya kesempatan, namun selalu saja dia melakukan kesalahan.

Kali ini Kim bertekad, tidak akan membuat Cahaya menyesal telah memberinya kesempatan.

"Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi seperti yang kamu mau, Honey. Aku tak bisa kehilanganmu. Tidak pernah bisa!" senandika Kim dengan terus memperhatikan Cahaya yang kini bergabung dengan ketiga temannya.

Cinta, apa benar serumit itu?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku