Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Ara merupakan seorang mahasiswi yang sedang berkuliah di salah satu universitas ternama di kota New York. Ara mengambil jurusan bisnis, Ia sangat menyukai berbisnis apalagi sudah menyangkut uang.
Dan disinilah ia saat ini. Ara duduk disebuah cafe yang berada didekat kampusnya. Jika sedang waktu istirahat Ara hanya akan pergi mencari tempat bersantai dan mengerjakan tugas ataupun belajar. Ia memang terkenal sebagai salah satu mahasiswi yang cerdas dan rajin.
Saat tengah ayik membaca buku, Paola sahabat Ara datang dan berkata.
"Ara kamu sudah berjanji agar ikut dengan kami nanti. Kau tidak boleh kabur lagi. Apa kau mengerti?" Ucap Paola menarik kursi dan duduk dimeja yang sama dengan Ara.
"Aku sangat sibuk, Paola" Ara menatap sahabatnya dengan tatapan iba. Namun itu tak membuat Paola merasa iba sedikit pun. Ia sudah sangat sering mendengar alasan sahabatnya itu.
"Hei, apa kamu baru saja membohongiku? Ayolah, kau mengatakan sibuk, tapi kau akan pergi dengan kekasih mu itu Ara" ucap Paola dengan nada ejekan.
"Kau kan tau Pao. Aku tidak bisa jauh darinya. Rasanya sangat sesak. Bahkan jika dia mau, aku ingin menikah dengannya sekarang juga, agar kami tidak pernah berjauhan lagi. Dan Ara tidak main-main dengan yang dia ucapkan.
"Kau benar-benar sudah hilang akal, apa kau pikir menikah semudah itu ha." ucap Paola menasehati sahabat keras kepala didepannya.
"Ayolah, cari kekasih agar kau tau bagaimana jadi aku. Kau hanya menghabiskan waktu sendiri. Tidak baik jika terus menjomblo." ejek Ara.
"Aku tidak tertarik dengan hubungan membosankan seperti itu. Lebih baik aku menikmati masa mudaku sebelum calon suamiku merenggutnya." Tanpa persetujuan Ara, Paola mengambil minuman Ara dan meminumnya.
"Hei. Itu minumanku. Apa keluargamu sudah bangkrut sehingga kau mencuri milik orang lain?" Ara menatap Paola dengan kesal.
"Sangat malas jika harus membayar minuman yang hanya sekali teguk."
Handphone keluaran terbaru yang terletak di atas meja itu menyala, Ara mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Senyum tipis terbit dibibir Ara. Ternyata kekasihnya yang menghubunginya.
Ara dengan cepat menjawab panggilan telepon itu. Dan terdengarlah suara diujung sana yang bertanya ia ada dimana.
"Kelasku sudah selesai, baiklah tunggu disitu aku datang" Ara menatap sahabatnya dengan takut. Paola pasti akan mengamuk jika pergi dan meninggalkannya sendiri disini.
"Paola aku benar-benar minta maaf. Tapi aku berjanji, Lain kali aku akan ikut dengan kalian." ucap Ara berdiri dan berlari dengan cepat sebelum meninggalkan Paola yang membulatkan matanya tidak percaya.
"Hei apa kau akan lari lagi dariku!! Kembali kesini Ara....." Teriak Paola.
Ara mendengar teriakan sahabatnya itu hanya tertawa pelan. Ia pun tetap melanjutkan langkahnya, Sebentar lagi ia akan bertemu dengan kekasihnya. Ia sudah sangat merindukan pemuda tampan itu.
"Hah. Anak itu. Selalu saja seperti ini. Apa dia tidak bosan jika harus bertemu setiap hari dengan kekasihnya yang bermuka datar itu? Jika aku jadi dia, aku pasti sudah memutuskan hubungan dengan manusia es itu." Paola jadi merinding jika memikirkannya.
*****
Ara sampai diparkiran dan melihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya, ia kemudian masuk lalu menatap laki-laki tampan yang duduk di kursi kemudi itu.
"Sayang, apa kau sudah lama menunggu? Maafkan aku." tanya Ara bergelayut manja dilengan kekasihnya itu.
"Tidak, aku baru sampai sepuluh menit yang lalu, apa kau lapar sayang? Kau pasti lelah dengan kelas tadi, ayo pergi. Aku akan membawamu ke suatu tempat. Dan kau akan menyukainya." Xavier mengecup kening kekasihnya lalu menggenggam erat tangan Ara.
"Tapi bukannya ini sudah lewat jam makan siang? Bagaimana jika kau terlambat nanti" Ara hanya tak ingin merepotkan Xavier. Ia tidak mau membuat Xavier melalaikan pekerjaannya.
"Tidak apa, aku hanya ingin makan berdua dengan kekasih ku yang cantik ini. apa itu salah? Sudahlah ayo kita berangkat" Ucap Xavier tidak ingin dibantah.
Xavier melajukan mobilnya membelah jalanan padat kota New York itu. Xavier melihat kesamping nya dan melihat Ara yang asyik melihat kearah jendela mobil. Ia kemudian memusatkan fokusnya kembali ke jalanan.
"Apa ada yang mengganggumu di kampus sayang? Jika ada katakan saja padaku. Aku yang akan membereskannya." Ucap Xavier yang tetap fokus pada kemudinya.
"Tidak. Aku hanya tidak enak pada Paola. Ia mengajakku pergi berbelanja, tapi aku tidak bisa karena harus pergi bersamamu."
"Jadi jika tidak ada aku kau akan tetap pergi?"
"Tidak. Bukan begitu maksudku. Aku hanya malas pergi. Makanya aku lebih memilih pergi denganmu sayang." Ara tidak boleh membuat Xavier sakit hati.