/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
Aku tahu aku akan mati. Tubuhku sudah tidak kuat lagi. Aku terbaring di ranjang putih ini sendirian. Di ruangan yang kecil namun bersih dan rapi.
Beberapa tahun ini aku menghabiskan waktuku di panti ini. Di tempat di mana orang-orang sepertiku ditampung. Tanpa sanak saudara juga teman.
Namun beberapa tahun di sini aku justru lebih bahagia dibandingkan seumur hidupku bersama suami dan sanak saudaraku. Di sini aku bertemu dengan orang-orang yang senasib. Kami berbagi cerita, suka dan duka.
Waktuku hampir tiba dan entah mengapa aku teringat perjalanan hidupku selama 45 tahun ini. Terlahir di tengah-tengah keluarga miskin di pedesaan yang tertinggal, aku menjalani kehidupan yang sederhana semasa kanak-kanak hingga menjelang remaja.
Saat dewasa aku menikah dengan salah satu putra kepala desa karena hutang budi. Sewaktu masih kecil aku pernah menyelamatkan nyawa putra kepala desa, dan beliau berjanji untuk mengambilku sebagai menantunya.
Sebagai gadis desa yang miskin dan lugu, tentu saja aku senang. Sedari kecil aku memupuk cinta pada Ding yuan putra kedua kepala desa yang aku selamatkan.
Namun aku tak menyangka dia mengkhianatiku dengan menyelingkuhi sepupuku sendiri. Aku tidak tahan dengan pengkhianatannya, apalagi neneknya tak pernah bisa menerimaku. Menurutnya aku tak pantas menjadi cucu menantunya.
Aku bercerai dengan Ding yuan, namun sepupuku tak mau melepaskanku begitu saja. Dia sengaja menabrakku dengan mobilnya. Beruntung aku selamat, meski aku menjadi lumpuh. Sejak itu aku dirawat di panti ini.
Aku tak pernah tahu siapa yang membawaku kemari juga membiayai perawatan dan pengobatanku. Keinginan terakhirku sebelum aku pergi, aku ingin bertemu dan berterima kasih pada orang itu.
Surga jika kau ijinkan pertemukan aku dengannya, aku ingin mengucapkan terima kasih dan memberkati hidupnya.
Mataku mulai terasa berat sedangkan tubuhku terasa ringan. Aku merasa mengantuk dan melayang-layang. Ming yue, meninggal diusianya yang ke 45 tahun. Tanpa sanak saudara menemani saat-saat terakhirnya.
"Ming yue, kau tidak sendiri. Aku selalu menemanimu. Selalu mencintaimu. Ming yue surga pasti akan berbelas kasihan pada kita. Agar kita bisa bersama di kehidupan nanti. Mungkin juga surga akan memberi kesempatan kedua untuk kita. Jika itu ada, aku bersumpah akan menjagamu dan tak akan melepaskanmu."
Seorang lelaki berlutut di tepi tempat tidur Ming yue. Namun Ming yue tak pernah tahu orang yang selalu ingin ia temui kini tengah memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Ming yue, Ding xie surga pasti akan memberi kesempatan kedua untuk kalian berdua.
Kepalaku terasa pusing dan badanku sakit semua. Perlahan kubuka mataku. Inikah surga?
Haih kenapa surga terlihat seperti kamar di rumah kumuh orang tuaku?
Perlahan kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Astaga itu memang kamarku semasa aku kecil. Kenapa aku di sini? Bukankah aku mati?
Dengan panik kutatap lengan, tangan dan kakiku. Haaiih ini benar-benar tubuhku semasa umur belasan tahun.
Aku segera melompat dari tempat tidur dan bercermin di cermin yang sudah retak yang ada di kamarku.
Ya Tuhan itu memang aku saat berumur 11 tahun dan di dahiku ada perban menutupi luka akibat terantuk batu saat aku didorong sepupuku.
Apakah aku hidup kembali diusia 11tahun? Itu dua tahun sebelum ayahku meninggal.
Ah iya ayahku … aku harus mencari ayahku. Aku harus bisa membujuknya untuk mengubah nasib kami. Agar kelak keluarga kami tidak dihina lagi.
"Ming yue …." Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang wanita memasuki kamarku. Dia ibuku, Hui yun.
"Ming yue jangan turun dari tempat tidur. Apakah ada yang tidak nyaman di badanmu?" wanita itu mendekatiku dan menyentuh dahiku dengan lembut.
"Ibu …." Aku memeluk wanita itu dan mulai menangis tersedu-sedu. Ibuku yang malang, yang selalu menderita di tangan mertua dan iparnya.
"Ming yue gadis baik, jangan menangis lagi. Ayo berbaring lagi. Ibu akan membasuh badanmu."
Aku menurut dan duduk di tempat tidur. Kutatap wajah cantik ibuku. Dia masih muda namun terlihat kuyu, kurus dan kehilangan vitalitasnya.
Ibu, surga mengijinkan aku untuk hidup lagi pasti agar aku bisa melindungi orang-orang yang kusayangi. Untuk mencegahmu mati dalam kesia-siaan.
Mungkin aku tidak bisa mengubah takdir namun aku pasti bisa menghindari kesalahan dalam kehidupan kedua ini. Setidaknya aku bisa sedikit mengubah alur kehidupanku juga keluargaku.
"Ibu aku akan membasuh sendiri. Aku bisa melakukannya." Aku mengambil handuk kecil dari tangan ibuku.
/0/2362/coverorgin.jpg?v=6d2128527716cfd349a5acec8978df7e&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=b7288fd582e717b7e191b077dd23abc5&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/17227/coverorgin.jpg?v=f42c773851b4dbf45b7b7aef1f048bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/4198/coverorgin.jpg?v=8ad174ac7680484771a5862dc3dab72b&imageMogr2/format/webp)
/0/3633/coverorgin.jpg?v=42dd9aaa43f5769795cc2568832e2d35&imageMogr2/format/webp)
/0/14429/coverorgin.jpg?v=3363737a22b839f6bf35c7bd06f87358&imageMogr2/format/webp)
/0/10202/coverorgin.jpg?v=f01715c90da80331e5935f2f6757360d&imageMogr2/format/webp)
/0/14000/coverorgin.jpg?v=553d7d5440358c4617b96dd62abe9f44&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=20250120140919&imageMogr2/format/webp)