Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rebirth Second Chance: Back to 80's

Rebirth Second Chance: Back to 80's

palupisekar20

4.5
Komentar
1.8K
Penayangan
24
Bab

Dalam kehidupan sebelumnya Ming yue tidak pernah bersinggungan dengan Ding xi, kakak iparnya. Namun satu-satunya orang yang menangisi kematian Ming yue adalah Ding xi. Ding xi menangisi kebodohan Ming yue yang tak pernah menyadari pengkhianatan suami dan sepupunya. Surga memberi mereka kesempatan kedua. Mungkinkah mereka akan mengulangi takdir yang sama? Ataukah mereka akan membalas dendam pada orang-orang yang mengkhianati mereka? Mungkin tidak, mungkin mereka hanya ingin bersama dikehidupan yang sekarang. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.

Bab 1 Kematian Dan Kehidupan Kembali

Aku tahu aku akan mati. Tubuhku sudah tidak kuat lagi. Aku terbaring di ranjang putih ini sendirian. Di ruangan yang kecil namun bersih dan rapi.

Beberapa tahun ini aku menghabiskan waktuku di panti ini. Di tempat di mana orang-orang sepertiku ditampung. Tanpa sanak saudara juga teman.

Namun beberapa tahun di sini aku justru lebih bahagia dibandingkan seumur hidupku bersama suami dan sanak saudaraku. Di sini aku bertemu dengan orang-orang yang senasib. Kami berbagi cerita, suka dan duka.

Waktuku hampir tiba dan entah mengapa aku teringat perjalanan hidupku selama 45 tahun ini. Terlahir di tengah-tengah keluarga miskin di pedesaan yang tertinggal, aku menjalani kehidupan yang sederhana semasa kanak-kanak hingga menjelang remaja.

Saat dewasa aku menikah dengan salah satu putra kepala desa karena hutang budi. Sewaktu masih kecil aku pernah menyelamatkan nyawa putra kepala desa, dan beliau berjanji untuk mengambilku sebagai menantunya.

Sebagai gadis desa yang miskin dan lugu, tentu saja aku senang. Sedari kecil aku memupuk cinta pada Ding yuan putra kedua kepala desa yang aku selamatkan.

Namun aku tak menyangka dia mengkhianatiku dengan menyelingkuhi sepupuku sendiri. Aku tidak tahan dengan pengkhianatannya, apalagi neneknya tak pernah bisa menerimaku. Menurutnya aku tak pantas menjadi cucu menantunya.

Aku bercerai dengan Ding yuan, namun sepupuku tak mau melepaskanku begitu saja. Dia sengaja menabrakku dengan mobilnya. Beruntung aku selamat, meski aku menjadi lumpuh. Sejak itu aku dirawat di panti ini.

Aku tak pernah tahu siapa yang membawaku kemari juga membiayai perawatan dan pengobatanku. Keinginan terakhirku sebelum aku pergi, aku ingin bertemu dan berterima kasih pada orang itu.

Surga jika kau ijinkan pertemukan aku dengannya, aku ingin mengucapkan terima kasih dan memberkati hidupnya.

Mataku mulai terasa berat sedangkan tubuhku terasa ringan. Aku merasa mengantuk dan melayang-layang. Ming yue, meninggal diusianya yang ke 45 tahun. Tanpa sanak saudara menemani saat-saat terakhirnya.

"Ming yue, kau tidak sendiri. Aku selalu menemanimu. Selalu mencintaimu. Ming yue surga pasti akan berbelas kasihan pada kita. Agar kita bisa bersama di kehidupan nanti. Mungkin juga surga akan memberi kesempatan kedua untuk kita. Jika itu ada, aku bersumpah akan menjagamu dan tak akan melepaskanmu."

Seorang lelaki berlutut di tepi tempat tidur Ming yue. Namun Ming yue tak pernah tahu orang yang selalu ingin ia temui kini tengah memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Ming yue, Ding xie surga pasti akan memberi kesempatan kedua untuk kalian berdua.

Kepalaku terasa pusing dan badanku sakit semua. Perlahan kubuka mataku. Inikah surga?

Haih kenapa surga terlihat seperti kamar di rumah kumuh orang tuaku?

Perlahan kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Astaga itu memang kamarku semasa aku kecil. Kenapa aku di sini? Bukankah aku mati?

Dengan panik kutatap lengan, tangan dan kakiku. Haaiih ini benar-benar tubuhku semasa umur belasan tahun.

Aku segera melompat dari tempat tidur dan bercermin di cermin yang sudah retak yang ada di kamarku.

Ya Tuhan itu memang aku saat berumur 11 tahun dan di dahiku ada perban menutupi luka akibat terantuk batu saat aku didorong sepupuku.

Apakah aku hidup kembali diusia 11tahun? Itu dua tahun sebelum ayahku meninggal.

Ah iya ayahku ... aku harus mencari ayahku. Aku harus bisa membujuknya untuk mengubah nasib kami. Agar kelak keluarga kami tidak dihina lagi.

"Ming yue ...." Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang wanita memasuki kamarku. Dia ibuku, Hui yun.

"Ming yue jangan turun dari tempat tidur. Apakah ada yang tidak nyaman di badanmu?" wanita itu mendekatiku dan menyentuh dahiku dengan lembut.

"Ibu ...." Aku memeluk wanita itu dan mulai menangis tersedu-sedu. Ibuku yang malang, yang selalu menderita di tangan mertua dan iparnya.

"Ming yue gadis baik, jangan menangis lagi. Ayo berbaring lagi. Ibu akan membasuh badanmu."

Aku menurut dan duduk di tempat tidur. Kutatap wajah cantik ibuku. Dia masih muda namun terlihat kuyu, kurus dan kehilangan vitalitasnya.

Ibu, surga mengijinkan aku untuk hidup lagi pasti agar aku bisa melindungi orang-orang yang kusayangi. Untuk mencegahmu mati dalam kesia-siaan.

Mungkin aku tidak bisa mengubah takdir namun aku pasti bisa menghindari kesalahan dalam kehidupan kedua ini. Setidaknya aku bisa sedikit mengubah alur kehidupanku juga keluargaku.

"Ibu aku akan membasuh sendiri. Aku bisa melakukannya." Aku mengambil handuk kecil dari tangan ibuku.

"Baiklah, ibu akan menyiapkan bubur untukmu. Setelah membasuh, makanlah dan beristirahatlah."

Ibu pergi meninggalkanku sendirian. Aku termenung dan tak terasa mulai menangis terisak-isak.

Surga terimakasih atas kesempatan kedua ini. Aku Ming yue akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dari hidupku yang dulu.

Surga aku tidak akan balas dendam pada orang-orang itu. Aku hanya akan melindungi orang-orang yang aku sayangi. Dan hidup lebih baik dan penuh makna.

Aku tidak akan dibutakan cinta lagi. Aku akan meninggalkan Ding yuan dan tidak akan mengemis cintanya. Aku yakin surga akan memberiku kesempatan untuk cinta yang lain.

Setelah tenang dan dapat menerima kelahiranku kembali aku duduk di tempat tidur dan mencoba mengingat-ingat peristiwa yang terjadi saat umurku 11 tahun.

Haiiya ... dalam beberapa hari nanti aku akan menyelamatkan Ding yuan dari gigitan ular berbisa. Aku harus menghindari bertemu dengannya. Aku tidak ingin terlibat apa pun dengan laki-laki itu.

Dan juga besok ayah akan mengajakku ke kota untuk menjual biri-biri kami. Dalam kehidupan yang lalu uang hasil penjualan biri-biri itu pada akhirnya dipinjam paman kedua dan sebagian diberikan ayah untuk nenek. Hanya sisa sedikit untuk kami.

Pada masa ini bakti anak sangatlah mendominasi kehidupan. Banyak orang yang lebih mementingkan orangtuanya daripada anak istrinya.

Ayah ibuku juga seperti itu. Mereka sangat takut dianggap tidak berbakti pada orangtua. Namun pada saat-saat terakhir hidupnya ayah sangat menyesal karena baktinya pada orangtua telah menyengsarakan anak dan istrinya.

Dalam kehidupan ini aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mencegah ayah untuk meminjamkan uang pada paman kedua. Dalam ingatanku, sampai aku meninggal paman tidak pernah mengembalikan uang itu.

"Ming yue, apa kau sudah lebih baik?" Ayah berdiri di depan pintu kamarku yang memang terbuka.

Aku ingin menangis melihatnya lagi setelah lama tak melihat ayah. Ayah terlihat kurus namun masih sehat. Satu tahun kemudian sebuah kecelakaan membuat kesehatannya merosot.

Dan pada akhirnya ayah meninggal setelah ibu melahirkan putra yang sangat dinantikannya. Mengingat semua itu aku merasa masam di hati.

"Ya ayah aku sudah lebih baik. Ayah bolehkah aku ikut ke kota denganmu?" Aku berusaha menyembunyikan isak tangisku yang hampir tak bisa kutahan. Aku tidak ingin ayah curiga karena aku menangis.

"Ayah memang berniat untuk mengajakmu. Mungkin dengan ke kota akan menyegarkan badan dan pikiranmu."

Ayah masuk ke dalam kamarku dan duduk di sebelahku. Dengan lembut dibelainya kepalaku. Ayah tahu apa penyebab luka di dahiku.

Sepupuku, Tang zhiyin mendorongku hingga kepalaku terantuk batu. Namun Zhiyin tidak mau mengakuinya. Bahkan dia menuduhku telah membingkainya, karena aku iri dengan nilai-nilainya yang lebih tinggi dariku.

"Ayah, ayo kita pergi sekarang. Ini masih pagi, jadi kita bisa berjalan-jalan keliling kota." Aku berdiri dan menarik tangan ayah dengan gembira.

Haih sebenarnya aku malu bertingkah kekanak-kanakan. Namun akan aneh jika aku bersikap seperti seorang wanita berusia 45 tahun sementara tubuhku adalah bocah berusia 11 tahun.

Ayah tertawa melihatku bersemangat. Dia senang putrinya ceria lagi. Semenjak jatuh dan bertengkar dengan sepupunya putrinya menjadi pendiam.

"Baiklah baiklah. Ayah akan menyewa gerobak Paman Wang untuk mengangkut biri-biri itu. Kau naiklah sepeda."

Ayah keluar dari kamarku dan pergi ke rumah Paman Wang untuk meminjam gerobak. Aku bersiap-bersiap dengan berganti pakaian dan memompa ban sepedaku.

Ibuku tengah memasak, sedangkan adikku, Tang yin mei yang berusia 8 tahun masih tertidur .

Setelah berpamitan pada ibuku, aku menyusul ayah ke depan. Ayah sedang mengangkut biri-biri gemuk itu dengan Paman Wang.

Kami bertiga berangkat ke kota setelah semua biri-biri diangkut. Ayah dan paman Wang naik gerobak sedangkan aku naik sepeda.

Jarak dari desa ke kota terdekat tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu setengah jam dengan menaiki sepeda. Itu pun karena aku mengayuh dengan santai.

Kami tiba di kota saat matahari baru muncul di ufuk timur. Masih sangat pagi, namun pasar kota sudah terlihat ramai.

Ayah membawa biri-biri itu ke pasar hewan. Aku mengikutinya sedangkan paman Wang menunggu kami di dekat pasar.

Rupanya ayah sudah memiliki janji dengan salah satu pedagang di pasar itu. Mereka tampak berbincang-bincang dengan serius. Pedagang itu sangat puas dengan biri-biri kami. Tentu saja, biri-biri itu gemuk dan sehat.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh palupisekar20

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku