/0/12755/coverbig.jpg?v=135a08759123fe0a19a4ab0cfd36ba9f&imageMogr2/format/webp)
Tentu sangat sakit saat orang yang kita cintai mengkhianati kita dengan teman kita sendiri, itulah yang dirasakan Joanna Alexander. Tak hanya itu derita yang Joanna rasakan, lebih lagi saat terungkapnya sebuah rahasia besar yang orang tuanya simpan selama belasan tahun. Dunia Joanna seketika runtuh bagaikan diterpa angin badai yang mengguncang dirinya. Akankah Joanna bisa memaafkan kesalahan orang tuanya itu?
Pov³ Author
Seorang gadis berjalan dengan penuh anggunnya ke arah kerumunan ramai. Semua anak rambutnya pada berterbangan dibawa angin pantai tempat berlangsungnya sebuah acara ulang tahun yang diselenggarakan keluarga Alexander.
Malam ini ulang tahunnya Joanna Alexander putri seorang pengusaha ternama di Indonesia, namanya Brandon Alexander dan Marina Alexander.
Usia putrinya sekarang sudah beranjak diangka 18 tahun, dia sangat terlihat cantik dan sangat mempesona. wajahnya yang manis, berkulit kuning Langsat, badannya yang tinggi semampai, dan rambutnya yang panjang tergerai berwarna kecoklatan.
Apalagi saat mengenakan gaun indah yang melekat ditubuhnya yang seksi, Joanna terlihat sangat elegan dan juga sangat mempesona. gaun tersebut rancangan yang berasal dari desainer ternama, yang ada di kota Semarang.
Siapa saja yang melihat ke arah Joanna, matanya tidak berkedip. Pandangan para tamu hanya tertuju padanya yang berjalan dengan gaya model internasional.
Senyumnya tidak Pernah pudar dari bibir mungilnya. Matanya yang berwarna kecoklatan dihiasi dengan bulu mata yang lentik dan lebat.
Joanna sedang mencari seseorang yang dekat dengannya, bola matanya kesana-kemari memindai mama dan papanya. sampai sekarang tidak juga dia menjumpai orang tuanya itu.
Joanna terus saja berjalan dengan langkah anggunnya menelusuri ramainya para undangan yang hadir diacara ulang tahunnya.
Maklum saja Brandon Alexander papanya Joanna, dan juga Marina Alexander mamanya Joanna, telah mengundang semua kerabat dekatnya dan juga teman bisnisnya untuk merayakan ulang tahun putrinya tahun ini.
Para tamu yang datang bukan dari golongan biasa melainkan dari kalangan kelas papan atas semua.
Brandon mengadakan acara pesta besar-besaran untuk putrinya yang tercinta, di sebuah pantai yang ada di kawasan yang sangat tragis, sehingga para tamu sangat leluasa untuk kesana-kemari.
Angin pantai bertiup dengan dinginnya sehingga menusuk ke tulang. Siapa saja yang berada di situ pasti akan tentram dan damai merasuk kalbunya.
Brandon menyuguhkan makanan dan tempat yang sangat waw sekali untuk para tamu undangannya, iya tidak main-main dalam mengeluarkan biaya yang jumlahnya cukup fantastis walaupun hanya untuk sebuah acara ulang tahun.
"Ma, Pa. Jo pikir kalian kemana, capek sejak tadi Jo cariin kalian?" ujar Joanna dengan melemparkan senyuman terbaiknya, pada tamu yang lagi bersama dengan papa dan mamanya.
"Ini putri kamu, sungguh cantik sekali?" puji Yudhoyono temannya Brandon.
"Sayang.. kenalkan ini teman bisnis Papa namanya, Om Yudhoyono!" Brandon memperkenalkan putrinya kepada sahabat sekaligus teman bisnisnya.
"Hai! Om. Aku Joanna," ujar Joanna dengan senyum yang mengembang sempurna.
"Ada apa kamu mencari Papamu ini?" Brandon menanyai tujuan Joanna mencarinya.
"Eum, nanti saja Pa. Papa lanjut ngobrol dulu sama Om Yudhoyono!" Ucap Joanna dengan ramah.
"Enggak apa-apa kok kalo kalian ada kepentingan, saya bisa memakluminya juga," balas Yudhoyono dengan tak kalah ramah juga.
"Enggak apa-apa kok Om, hal yang tadi enggak terlalu penting sekali kok. Dilanjut aja, saya mau ke sana dulu!" Joanna segera berlalu, meninggalkan papanya dan juga Yudhoyono yang kembali membuka obrolan mereka.
"Happy birthday sayang.. maaf aku terlambat datang menemui kamu!" ujar Jacobs dengan rasa bersalah.
"Terima kasih, kamu sudah datang keacara ulang tahunku. Enggak apa-apa kok, yang penting kamu sudah ada di sini sekarang," ujar Joanna bergelayut manja dipergelangan tangannya sang kekasih.
"Ini untukmu.." Jacobs menyerahkan sebuket bunga lili dan juga sebuah kotak kado yang berukuran sedang.
Joanna sangat happy menerima pemberian dari sang kekasih. Lalu Joanna mencium aroma khas bunga lili yang menjadi candu untuknya.
"Terima kasih, atas kadonya," ungkap Joanna dengan senyum merekah untuk sang kekasih.
"Sama-sama sayang, untuk kamu apa sih yang tidak," balas Joanna dengan menampilkan senyum manisnya.
Mereka menuju ke tempat party, di sana sudah banyak para muda dan mudi yang sedang enjoy berbincang dengan sesama teman mereka.
"Jo, ini pacar Lo ya?" Salah satu temannya bertanya pada Joanna, Rihanna namanya.
Joanna mengangguk. "Iya. Kenalin ini pacarku, namanya Jacobs," jacobs, berkenalan dengan semua sahabat dan temannya Joanna.
Jacobs mengulurkan tangannya ke arah mereka satu persatu.
"Jacobs," ujar Jacobs pada sahabat dekat Joanna.
"Rihanna," jawab gadis berkulit putih itu, dengan senyuman yang mekar.
"Udah lah Jo, bawa pacar Lo ke tempat lain saja, jangan berlama-lama di sini, takut ada yang naksir lagi!" ujar Katty dengan gurauannya.
"Hehe.. siapa yang berani mendekati pacar gue, akan aku potong lehernya secara sadis," Joanna juga membalas gurauan Katty dengan candaannya tapi fakta di dalam benaknya.
Joanna membawa kekasihnya ke hadapan orang tuanya. Brandon dan Marina, dengan senang hati menyambut kedatangan sang kekasih putrinya itu.
Bagi mereka, jacobs sudah perfect untuk menjadi menantu idaman seperti yang mereka mau.
Dari segi kerja, segi keluarga dan juga segi apapun itu, mereka sudah sangat menyukai Jacobs sekaligus mendukung hubungan mereka.
"Ma, pa. Ini Jacobs sudah datang," ujar Joanna sama orang tuanya.
"Tante, Om," sapa Jacobs pada orang tua Joanna.
"Kapan sampainya? Ayo duduk dulu!" Marina menunjukkan sebuah meja yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Iya Om, enggak apa-apa. Jangan repot-repot segala," Ujar jacobs basa basi.
"Udah, enggak usah sungkan. Ayo!" Kini giliran Brandon yang mengajak calon menantunya ke meja sana.
"Kamu harus ikut juga dengan kami, biar bisa berbincang lebih hangat lagi!" ujar Brandon pada teman bisnisnya sekaligus sahabatnya.
Yudhoyono akhirnya ikut andil diantara mereka.
Mereka terlibat perbincangan yang sangat menyenangkan sekitar 15 menit lamanya.
"Jadi, Joanna mau kuliah di mana?" Yudhoyono bertanya.
"Belum tau lagi Om, mungkin di dalam negri atau di luar negri," jawab Joanna jujur.
Dia sendiri masih bingung mau kuliah di mana.
"Pilihlah university yang terbaik untuk dirimu sendiri, Papamu ini orang yang kaya raya, bukan orang yang enggak punya uang. Kalau boleh Om sarankan, di united kingdom saja, di sana ada keponakan Om nanti ada yang menjagamu di sana!" ujar Yudhoyono panjang lebar memberi saran darinya.
"Nanti aku pikirkan dulu Om, soalnya masih bingung mau ke university yang mana," jawab Joanna kemudian.
"Kalau kamu Nak Andrean, kerja apa masih kuliah?" Kini giliran Andrean yang diinterview sama Yudhoyono.
"Kalo aku, sudah kerja Om. Punya bisnis sendiri," jawab Andrean dengan ramah, sekaligus ada terselip sedikit kesombongan.
Marina dan juga Brandon hanya menyimak obrolan mereka, sekaligus tersenyum senang dengan sifat terbuka calon menantunya itu.
"Oeh, sudah punya bisnis sendiri, itu sangat bagus sekali untuk masa depan yang cerah. Semoga karirmu cerah kedepannya Jadi pebisnis itu ada naik turunnya, tidak semudah yang kita bayangkan," ujar Yudhoyono, dengan terkekeh.
Mereka kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Sedangkan Joanna dan Jacobs, berputar-putar ingin menyapa para tamu undangan yang hadir di acara ulang tahunnya.
"Hai, Joanna.. selamat ulang tahun ya!" sapa Adam dengan mengucapkan selamat ulang tahun pada Joanna.
"Hai, juga Adam, terima kasih atas kedatangannya ya," balas Joanna.
Jacobs yang melihat keakraban Adam dan Joanna, langsung membuang mukanya ke sembarangan arah.
Dari dulu dia sangat merasa cemburu kedekatan Joanna dan Adam. Namun dia pendam sendiri, tanpa memberitahukannya pada sang kekasih.
"Sayang.. kok kamu begitu sih sama Adam, dia itu sahabat aku loh? kami tidak memiliki hubungan spesial apapun kok, hanya sebatas sahabat saja," Joanna menegur kekasihnya itu saat Adam ingin berjabat tangan dengan jacobs saat tadi, namun jacobs menepis kuat tangan Adam.
"Aku itu cemburu tau enggak sama kamu. Masak di depanku kamu melayani ngobrol sama lelaki lain, kamu tidak menghormati aku sedikitpun," Jacobs berang dengan teguran kekasihnya.
Dia tidak terima kalau Joanna membela Adam didepannya.
Mereka berdua terjadi sedikit cek-cok saat tadi, sehingga Jacobs memutuskan untuk pergi dari pesta yang lagi semaraknya.
Joanna menangis dalam diam, dia berlari ke tepi pantai agar orang tuanya tidak mengendus pertengkaran yang terjadi diantara dia dan Jacobs.
Dalam gelapnya malam, Joanna terduduk sendirian ditepi pantai jauh dari bisingnya acara pestanya sendiri. Joanna duduk di atas pasir bibir pantai, gaun cantiknya sudah berbalur dengan pasir pantai.
Dia menangis sekuat-kuatnya, dengan menelungkup wajahnya dengan kedua tangannya.
Seharusnya dia hari ini sedang happy ending bukan malah patah hati, karena ulah kekasihnya yang cemburuan tak ketulungan.
"Ini, ambillah!" Sebuah sapu tangan yang terulur dari tangan seorang pria yang tiba-tiba berdiri disisinya.
Joanna mendongak ke arah sipemilik sapu tangan itu.
"Kamu," Joanna tidak juga mengambil sapu tangan itu, dia membiarkan sapu tangan itu tetap di atas telapak tangan Adam.
"Jangan ditangisi, lelaki yang tidak mengerti kita, arti dia tidak ada kepercayaan dalam hubungan kalian," Adam melabuhkan duduknya disamping Joanna. Dia juga menghadap ke arah laut gelap yang terbentang luas.
"Kok kamu tahu, kalo aku di sini?" Joanna bertanya pada sahabatnya itu, lalu dia mengelap sisa air matanya yang membekas pada pipi putihnya.
"Aku tadi sempat melihat percekcokan antara kalian, lalu Jacobs pergi meninggalkan kamu sendiri, dan akhirnya kamu berlari mengarah ke sini. Aku enggak tega melihat sahabatku menangis, karena hatiku sesungguhnya juga ikut bersedih saat melihat sahabatku menangis," Adam menenangkan Joanna, bermacam cara dia lakukan untuk menghibur sahabatnya itu.
"Terima kasih ya, kamu udah menghiburku hari ini. Kamu memang sahabatku yang paling the best," Joanna berucap sembari tersenyum tulus.
"Udah, jangan dipikirkan lagi. Ayo, kita ke sana lagi, Mama dan Papamu pasti sedang mencari kamu!" Adam menarik tangan Joanna menuju ke tempat pesta yang sempat Joanna tinggalkan sebentar tadi.
Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam pesta.
"Loh, Nak Jacobs kemana, kok sekarang Nak Adam yang menemanimu?" Marina mengintrogasi Joanna karena merasa keanehan yang terjadi dengan putrinya itu.
"Eum, Jacobs udah pulang Ma, kami tadi sempat terjadi sedikit pertengkaran," ujar Joanna hati-hati takut mamanya itu syok dengan jawabannya.
"Terus, karena apa kalian bisa bertengkar?" Marina bertanya dengan lembut.
Marina sama sekali tidak syok dengan pemberitahuan Joanna, dia malah menenangkan putrinya itu biar tidak bersedih dimalam ulang tahunnya.
"Jacobs cemburu sama Adam, Ma. Aku udah jelasin sama dia, tetap saja enggak ada kepercayaan dalam dirinya," Joanna memeluk mamanya dengan erat.
Dengan memeluk mamanya dia akan merasa lebih tenang.
Saat Brandon ingin mendekat ke arah istri dan putrinya, dia melihat lagi saling berpelukan. Hati Brandon mengatakan, kalau Joanna pasti sedang mengalami hal yang membuatnya sedih.
"Apa yang terjadi Jo, mana Jacobs?" Kini giliran Brandon yang bertanya, setelah melihat air mata Joanna yang mengalir dari celah hidungnya.
"Sudah menangisnya ya, paling juga nanti dia udah baikan sendiri! Biarkan saja dulu dia begitu!" Marina tidak menjawab pertanyaan suaminya, melainkan memenangkan putrinya terdahulu.
Setelah Joanna tenang, baru Marina menjelaskan kepada Brandon soal Joanna menangis.
"Biasalah itu, anak muda memang begitu. Banyak dramanya," Brandon terkekeh dengan kejelasan dari sang istri.
"Papa kok malah menertawakan aku sih? Bukannya membujuk anaknya, malah mengejek!" Joanna kesel dengan tingkah papanya.
"Hehe.. habisnya, kalian ini seperti Tom and Jerry, setelah bertengkar nanti baikan lagi," setelah berucap seperti itu, Brandon buru-buru melangkah dari situ, takut putrinya bertambah marah terhadapnya.
"Ma, lihat Papa!" Joanna merengek pada Mamanya, terkadang sifat manjanya akan keluar dalam waktu tertentu, terkadang juga sifat keras kepalanya mengalahkan sifat manjanya.
Marina hanya menggelengkan kepalanya, begitu juga dengan Adam saat melihat tingkah manja sahabatnya itu.
Adam begitu terasa asing bila berkumpul dengan mereka. Walaupun dia sangat akrab dengan Joanna, tapi tidak dengan keluarga Alexander.
"Sayang.. ke sini dulu sebentar!" Brandon memanggil Joanna, melalui sebuah mikrofon.
Joanna yang mendengar suara papanya yang memanggilnya, segera menarik tangan mamanya untuk menuju ke sana.
Adam yang dikacangin hanya berdiri kaku, tanpa respon. Akhirnya dia mundur diri dari pesta itu.
"Kenapa Pa, kok panggil Joanna melalui mikrofon?" Joanna bertanya dengan kebingungan.
"Lihat ini, Papa punya hadiah untuk kamu!" Brandon menunjukkan sebuah benda besar yang beroda empat, disekelilingnya dihiasi dengan pita berwarna merah.
Joanna sangat senang saat melihat hadiah yang dia impikan selama ini akhirnya terwujud juga.
Dia menghambur kepelukan papanya.
Suara tepuk tangan sangat gemuruh dari para tamu undangan.
"Terima kasih ya Pa, aku sangat suka dengan hadiahnya," ujarnya dengan air mata.
"Sama-sama sayang, apa sih yang enggak Papa turuti buat kamu," Brandon membalas pelukan putrinya juga dengan erat.
"Ma, terima kasih ya, karena Mama dan Papa sangat menyayangi Joanna," ujarnya lagi terharu.
Marina dan suaminya menggenggam tangan Joanna dengan erat.
"Kamu happy kan? Jangan bersedih lagi! Papa dan Mama tidak mau melihat ada air mata di pipimu lagi," ujar Marina sambil mengelus pipinya Joanna.
"Iya, ma. Apa bila perlu, nanti aku akan meminta maaf sama Jacobs," ujar Joanna dengan mengukir senyuman.
"Iya. Minta maaf saja, pasti Nak Jacobs akan memaafkan mu, nantinya! Mama yakin itu," jawab Marina dengan mengelus bahu Joanna.
Joanna mengingat sesuatu tentang Adam yang tadi ada bersama dengannya.
"Kok aku bisa melupakannya sih?" Joanna mengumpat kesel dirinya sendiri.
Joanna segera pergi mencari Adam, namun tidak juga iya temui sudah lebih kurang 5 menit dia mencarinya.
Joanna memutuskan untuk tidak lanjut lagi mencari Adam. "Mungkin saja sudah pulang atau pergi kemana?" pikir Joanna.
Sudah beberapa jam berlangsungnya acara pesta ulang tahun Joanna.
Sehingga semua para tamu undangan yang hadir sudah pamit satu persatu, kini hanya tinggal keluarga besar Alexander yang masih sibuk berbincang sesama sendiri.
"Joanna, kenalkan ini tunangannya Silvia namanya marco!" ucap marina, memperkenalkan tunangan sepupu jauhnya pada putrinya.
"Iya, ma," jawab Joanna sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku Joanna," ucap Joanna pada Marco.
"Senang berkenalan dengan kamu," lanjut Marco.
Joanna hanya tersenyum simpul, dia hanya sekedar menghormati mamanya yang sudah memperkenalkannya dengan Marco.
Sebenarnya, dia malas untuk melayani lelaki lain, walaupun hanya sekedar mengobrol biasa saja. Hari ini saja sudah ada masalah dalam hubungannya, hanya karena Adam yang menyapa dirinya.
Dia tidak mau lagi menambah masalah karena dia sangat menyayangi kekasihnya itu. Jacobs cinta pertamanya, seandainya mereka mengakhiri hubungannya, Joanna akan susah untuk move on dari Jacobs.
Joanna kemudian memilih untuk menyendiri dulu. Hatinya sangat gelisah memikirkan hubungannya dengan Jacobs.
Joanna berniat ingin menghubungi Jacobs, dia ingin meminta maaf atas kesalahannya yang membuat Jacobs marah terhadapnya.
Tut.. Tut.. Tut..
Beberapa kali Joanna membuat panggilan, namun nihil juga. Jacobs tidak mengangkat panggilan dari Joanna.
Perasaan Joanna semakin tidak karuan, dia mondar-mandir di tempat, sambil menggigit jari tangannya karena panik yang melanda dirinya.
Setiap keadaan genting yang menghampirinya, Joanna pasti akan menggigit jari tangannya.
Kalau tidak dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Dengan itu dia bisa sedikit lebih tenang walaupun masalahnya belum kelar.
Tanpa terasa, malam kian larut. Angin pantai yang dingin kian menusuk keseluruh tulang sipemilik tubuh kuning Langsat itu. Ombak saling menderu, menyambut Joanna yang sangat kedinginan. Joanna beberapa kali mengusap tubuhnya, supaya terasa hangat tidak kedinginan lagi.
"Jo, ayo kita pulang! Ngapain kamu di situ Nanti masuk angin, enggak baik untuk kesehatanmu?" ujar Marina, saat melihat putrinya yang lagi duduk sendirian disebuah kursi yang memanjang.
"Iya, Ma. Kita pulang sekarang," jawab Joanna. Kemudian dia bangkit dari tempat duduknya dan segera berlalu meninggalkan pantai yang telah menemaninya saat tadi.
BERSAMBUNG..
Bab 1 Ulang tahun Joanna
07/06/2023
Bab 2 Perbaiki hubungan
08/06/2023
Bab 3 Sahabat sejati
10/06/2023
Bab 4 Pertemuan with sahabat
10/06/2023
Bab 5 Kedapatan Jacobs mendua
11/06/2023
Bab 6 Kedatangan Jacobs kerumah Joanna
11/06/2023
Bab 7 Niat jahat Jacobs
12/06/2023
Bab 8 Konflik
12/06/2023
Bab 9 Joanna diculik
12/06/2023
Bab 10 Brandon menyelamatkan putrinya
13/06/2023
Bab 11 Perubahan sikap Katty
20/06/2023
Bab 12 Pembantu rumah yang mencurigakan
22/06/2023