"Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Aku tidak ingin lagi bersama mu. Aku mohon pergi dari sini!!" ucap Ara dengan suara bergetar. "Kau tidak akan bisa pergi dariku Ara. Jika kau bersikeras ingin mengakhiri hubungan ini... Kau akan tau akibatnya.." Xavier pergi meninggalkan Ara dengan rasa sakit yang mendalam. Xavier benar-benar mengancamnya. Apa yang harus ku lakukan? Tanpa Ara sadari keputusannya akan membawanya pada seorang iblis bernama Xavier.
Ara merupakan seorang mahasiswi yang sedang berkuliah di salah satu universitas ternama di kota New York. Ara mengambil jurusan bisnis, Ia sangat menyukai berbisnis apalagi sudah menyangkut uang.
Dan disinilah ia saat ini. Ara duduk disebuah cafe yang berada didekat kampusnya. Jika sedang waktu istirahat Ara hanya akan pergi mencari tempat bersantai dan mengerjakan tugas ataupun belajar. Ia memang terkenal sebagai salah satu mahasiswi yang cerdas dan rajin.
Saat tengah ayik membaca buku, Paola sahabat Ara datang dan berkata.
"Ara kamu sudah berjanji agar ikut dengan kami nanti. Kau tidak boleh kabur lagi. Apa kau mengerti?" Ucap Paola menarik kursi dan duduk dimeja yang sama dengan Ara.
"Aku sangat sibuk, Paola" Ara menatap sahabatnya dengan tatapan iba. Namun itu tak membuat Paola merasa iba sedikit pun. Ia sudah sangat sering mendengar alasan sahabatnya itu.
"Hei, apa kamu baru saja membohongiku? Ayolah, kau mengatakan sibuk, tapi kau akan pergi dengan kekasih mu itu Ara" ucap Paola dengan nada ejekan.
"Kau kan tau Pao. Aku tidak bisa jauh darinya. Rasanya sangat sesak. Bahkan jika dia mau, aku ingin menikah dengannya sekarang juga, agar kami tidak pernah berjauhan lagi. Dan Ara tidak main-main dengan yang dia ucapkan.
"Kau benar-benar sudah hilang akal, apa kau pikir menikah semudah itu ha." ucap Paola menasehati sahabat keras kepala didepannya.
"Ayolah, cari kekasih agar kau tau bagaimana jadi aku. Kau hanya menghabiskan waktu sendiri. Tidak baik jika terus menjomblo." ejek Ara.
"Aku tidak tertarik dengan hubungan membosankan seperti itu. Lebih baik aku menikmati masa mudaku sebelum calon suamiku merenggutnya." Tanpa persetujuan Ara, Paola mengambil minuman Ara dan meminumnya.
"Hei. Itu minumanku. Apa keluargamu sudah bangkrut sehingga kau mencuri milik orang lain?" Ara menatap Paola dengan kesal.
"Sangat malas jika harus membayar minuman yang hanya sekali teguk."
Handphone keluaran terbaru yang terletak di atas meja itu menyala, Ara mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Senyum tipis terbit dibibir Ara. Ternyata kekasihnya yang menghubunginya.
Ara dengan cepat menjawab panggilan telepon itu. Dan terdengarlah suara diujung sana yang bertanya ia ada dimana.
"Kelasku sudah selesai, baiklah tunggu disitu aku datang" Ara menatap sahabatnya dengan takut. Paola pasti akan mengamuk jika pergi dan meninggalkannya sendiri disini.
"Paola aku benar-benar minta maaf. Tapi aku berjanji, Lain kali aku akan ikut dengan kalian." ucap Ara berdiri dan berlari dengan cepat sebelum meninggalkan Paola yang membulatkan matanya tidak percaya.
"Hei apa kau akan lari lagi dariku!! Kembali kesini Ara....." Teriak Paola.
Ara mendengar teriakan sahabatnya itu hanya tertawa pelan. Ia pun tetap melanjutkan langkahnya, Sebentar lagi ia akan bertemu dengan kekasihnya. Ia sudah sangat merindukan pemuda tampan itu.
"Hah. Anak itu. Selalu saja seperti ini. Apa dia tidak bosan jika harus bertemu setiap hari dengan kekasihnya yang bermuka datar itu? Jika aku jadi dia, aku pasti sudah memutuskan hubungan dengan manusia es itu." Paola jadi merinding jika memikirkannya.
*****
Ara sampai diparkiran dan melihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya, ia kemudian masuk lalu menatap laki-laki tampan yang duduk di kursi kemudi itu.
"Sayang, apa kau sudah lama menunggu? Maafkan aku." tanya Ara bergelayut manja dilengan kekasihnya itu.
"Tidak, aku baru sampai sepuluh menit yang lalu, apa kau lapar sayang? Kau pasti lelah dengan kelas tadi, ayo pergi. Aku akan membawamu ke suatu tempat. Dan kau akan menyukainya." Xavier mengecup kening kekasihnya lalu menggenggam erat tangan Ara.
"Tapi bukannya ini sudah lewat jam makan siang? Bagaimana jika kau terlambat nanti" Ara hanya tak ingin merepotkan Xavier. Ia tidak mau membuat Xavier melalaikan pekerjaannya.
"Tidak apa, aku hanya ingin makan berdua dengan kekasih ku yang cantik ini. apa itu salah? Sudahlah ayo kita berangkat" Ucap Xavier tidak ingin dibantah.
Xavier melajukan mobilnya membelah jalanan padat kota New York itu. Xavier melihat kesamping nya dan melihat Ara yang asyik melihat kearah jendela mobil. Ia kemudian memusatkan fokusnya kembali ke jalanan.
"Apa ada yang mengganggumu di kampus sayang? Jika ada katakan saja padaku. Aku yang akan membereskannya." Ucap Xavier yang tetap fokus pada kemudinya.
"Tidak. Aku hanya tidak enak pada Paola. Ia mengajakku pergi berbelanja, tapi aku tidak bisa karena harus pergi bersamamu."
"Jadi jika tidak ada aku kau akan tetap pergi?"
"Tidak. Bukan begitu maksudku. Aku hanya malas pergi. Makanya aku lebih memilih pergi denganmu sayang." Ara tidak boleh membuat Xavier sakit hati.
Setelahnya hanya ada keheningan didalam mobil itu. Ara menatap jalanan, tidak ingin berkomentar lebih jauh karena ia takut membuat Xavier marah padanya. Ia harus jadi kekasih yang penurut agar Xavier selalu nyaman dengannya.
Setelah berkendara lumayan jauh Ara dan Xavier tiba disebuah restoran yang cukup terkenal. Ara menatap bangunan restoran itu dengan binar tang terlihat jelas dimatanya .
Restoran itu menghadap langsung kelaut lepas dan didalam interiornya sangat mewah juga classic. Tempat yang sangat nyaman menghilangkan lelah setelah bekerja ataupun belajar.
"Darimana kamu tau tempat indah ini honey?" tanya Ara menatap Xavier dengan binar.
"Aku harus mencari banyak tempat seperti ini, honey. Agar jika kau lelah aku bisa membawamu ketempat dimana kamu merasa nyaman, namun ingat hanya bersamaku tidak dengan orang lain." ucap Xavier dengan tatapan lembut.
Mereka memesan makanan, lalu memakannya dengan tenang sambil sesekali bercanda gurau.
Ara sangat mencintai Xavier lebih dari apapun, menurutnya hanya Xavier yang dapat mengerti dirinya.
"Apa kamu akan langsung kekantor honey?"
Xavier melihat jam tangan keluaran terbaru itu lalu berkata "Aku masih punya waktu setengah jam lagi, aku akan mengantarmu pulang, setelah itu aku akan kembali ke kantor"
Ara hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia akan selalu berusaha mengerti dan tidak egois, walaupun terkadang ada keinginan agar Xavier selalu bersamanya.
*****
Mobil itu berhenti diparkiran gedung apartment, Ara memutuskan tinggal sendiri di apartment setelah ia lulus sekolah dan masuk perguruan tinggi. Ara merasa kesepian dirumah itu karena kedua orang tuanya dan kakaknya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.
"Aku pergi, jika butuh sesuatu beritahu aku. Jangan keluar sendirian, honey. Apa kamu mengerti?" ucap Xavier memeluk kekasihnya.
Ara membalas pelukan itu, Ia merasa sangat beruntung memiliki Xavier yang selalu ada untuknya.
"Mungkin aku hanya akan tidur sebentar, lalu melanjutkan tugas yang diberikan dosen tadi. jangan khawatir honey, aku akan menghubungi mu jika aku membutuhkan sesuatu"
"Bagus, sampai nanti, honey" Xavier melambai tangannya.
Ara menatap mobil Xavier hingga hilang dari pandangan. Setelah mobilnya sudah tak terlihat Ara bergegas masuk ke apartemennya karena hari sudah mulai dingin. Musim dingin akan segera tiba.
Ara tak ingin jatuh sakit dan membuat Xavier khawatir. Ia tak ingin terlalu merepotkan Xavier yang sibuk dengan banyaknya pekerjaan.
*****
Dikamar bernuansa modern itu alarm terus berdering, namun sang empunya belum mau mengakhiri mimpi indahnya.
Ara terbangun karena ada suara bel dan ketukan pintu yang mengganggunya, Ara bangun dengan malas lalu berjalan membuka pintu, namun mata sayu nya bertatapan dengan mata tajam seorang laki-laki tampan yang sudah berdiri lama ditempatnya.
"Honey maaf aku tidak tau kalo kamu akan datang, aku hanya tidur sebentar. Mungkin karena aku sangat kelelahan, jadi aku sangat susah bangun." Ucap Ara sambil menampilkan raut wajah penyesalan.
"Sebentar? Apa kau tau ini sudah jam 10 malam, dan kau berkata sebentar? Aku sudah berdiri disini sekitar satu jam, aku khawatir padamu, aku menelpon mu berkali-kali tapi kau tidak mengangkat teleponku." Ujar Xavier dengan nada frustrasi.
Ara merasa sangat bersalah, ia berfikir jika ia hanya tidur sebentar, namun ia malah membuat Xavier menunggunya dan mencari nya seperti orang gila. Ia melihat tampilan Xavier yang sudah berantakan seperti orang yang putus asa. Ia tidak akan mengulanginya lagi. Ia berjanji.
"Aku sangat-sangat minta maaf honey, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku berjanji."
"Aku memang tidak bisa marah padamu sayang. Apa kamu lapar? Aku akan memasak untukmu, duduk saja dan lihat. Mengerti"
Xavier melangkahkan kakinya menuju dapur, mengambil bahan-bahan dan mulai memasak. Ia tidak ingin kekasihnya kecilnya itu kelaparan.
Ara melihat itu semua dengan kagum, ia memang tak salah memilih orang yang dia cintai. Dan ia akan selalu mencintai Xavier selamanya..
Tanpa tau apa yang akan terjadi kedepannya..