Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
169
Penayangan
28
Bab

Ini awal mula Aoi, cewek tomboy yang di jodohkan dengan Makoto. Pria berdarah Jepang yang super dingin dan pelit itu. Aoi harus memenuhi janji orang tuanya demi warisan keluarga Rotschild. Apakah Aoi akan jatuh cinta dengan Makoto? Atau semakin membencinya? Bisa kah Makoto membuat Aoi jatuh cinta?

Bab 1 Hari Menyebalkan

Langkah sepatu yang tergesa-gesa.

Aoi mempercepat langkahnya. Ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan kendaraan yang membunyikan klaksonnya.

Sampai ada sebuah genangan air kotor itu mengenai rok Aoi.

Aoi berteriak histeris. Para pejalan kaki menatapnya aneh.

"Aaa! Jadi kotor! Siapa yang membuat aku seperti ini?" Aoi mencari pelakunya. Tidak ada.

Sepertinya mencari pelaku tidak penting. Aoi bisa terlambat ke sekolah.

Saat sampai di depan gerbang SMA Sakura, bu Dora berkacak pinggang dengan wajah marahnya.

"Aoi Mianami. Kenapa kamu terlambat lagi? Alasan kesiangan? Macet di jalan? Main sama kucing kesayangan?" tanya bu Dora beruntun. Sudah hafal dengan alasan Aoi.

Aoi mengatur nafasnya. Lari selama 10 menit itu melelahkan.

"Maaf ibu. Saya lupa tidak memasang alarm. Jadi terlambat. Apalagi ojekan di daerah saya sangat sulit," jawab Aoi. Sebenarnya ada sopir pribadi, tapi Aoi lebih suka berangkat dengan angkutan kota.

"Lupa memasang alarm? Lalu ibu kamu kemana?"

Pertanyaan itu lagi. Aoi bingung menjawab apa. Ibunya adalah model terkenal dan designer profesional yang di segani seluruh dunia. Sekali namanya di ketahui banyak orang, dirinya akan tersorot publik dari segala sisi dan aktivitasnya. Dan Aoi tidak suka hal yang ramai.

"E-itu. Ibu saya masih ada di luar negeri," jawab Aoi gugup. Bu Dora pasti akan tanya lebih banyak lagi.

"Ayah kamu?"

"Sama. Di luar negeri juga. Bu, saya ingin masuk. Nanti tidak bisa mengikuti ulangan Matematika," ucap Aoi memohon.

Bu Dora mengangguk. "Bailah, hari ini saya maafkan. Besok dan seterusnya, ada hukuman dan poin pelanggaran. Faham?"

Aoi tersenyum. "Makasih banget bu Dora yang cantik."

Kelas 12 Ipa 1. Aoi memasuki kelas dengan santai. Guru yang mengajar Matematika ramah dan baik. Pasti akan di maafkan.

Pak Jiro menatap Aoi. Ulangan sudah berlangsung 5 menit yang lalu. Dan Aoi baru datang?

"Aoi. Kenapa terlambat lagi? Hobi kamu terlambat terus," omel pak Jiro.

"Kesiangan pak. Hehe," Aoi tersenyum kikuk.

"Ok. Silahkan duduk. Jangan terlambat lagi. Siapkan selembar kertas. Tulis soal yang ada di papan tulis," ucap pak Jiro.

Haruka menggeleng heran. Aoi sangat hobi terlambat.

"Untung saja pak Jiro maafin kamu. Kalau tidak, habis sudah," bisik Haruka menakuti Aoi.

"Huh. Gara-gara alarm kehabisan baterai. Jadi telat," Aoi menggerutu.

Satu jam berlalu, ulangan Matematika berjalan dengan lancar.

Haruka baru menyadari rok Aoi kotor.

"Renang di lumpur?" tanya Haruka tersenyum.

"Aduh, lupa. Harus ganti rok baru. Di lemari kelas ada gak?"

Fumie mengangguk. "Ada. Ambil aja."

Aoi memgambil satu rok putih abu-abu panjang. Sebelumnya ia ragu, karena rata-rata rok di SMA Sakura hanya sampai lutut saja.

"Aoi. Kalau udah selesai pinjam rok. Kembalikan lagi ya? Jangan sampai di pinjam kelas lain. Nanti gak balik roknya," ujar Hikari sebagai ketua kelas.

"Siap bu bos!" Aoi memberikan hormat. "Fumie, ayo ke toilet. Kalau ada yang gosip, biar kamu saja mengatasinya ya?" pinta Aoi.

Haruka terkekeh. "Hahaha, yang sabar Fumie. Nanti aku bilang ke bu Nene."

"Makasih Haruka yang cantik," puji Fumie mengedipkan kedua matanya, sangat manis. Siapa saja bisa jatuh cinta dengan paras cantik seorang Fumie Futaba.

Keduanya berjalan keluar kelas. Toilet sedikit jauh, dan harus melewati kelas 12 Ips 1. Dimana kelas itu terkenal nakal, terutama laki-lakinya menggoda perempuan yang sedang lewat.

Sepertinya ini kebetulan. Ada 5 laki-laki yang duduk di depan kelas, lebih tepatnya di lantai seperti lesehan.

Saat Fumie melangkah paling depan, perhatian 5 laki-laki itu beralih. Kedatangan mangsa baru. Saatnya beraksi.

"Halo? Ada cewek cantik. Mau kemana? Sendirian?"

"Temanmu juga boleh. Sangat cantik. Seleraku."

Fumie menatap tajam dua laki-laki genit itu.

"Permisi. Kita hanya lewat saja."

Saat Fumie memasuki lingkaran, dengan sengaja mereka menyentuh kakinya.

Fumie tidak terima. "Memangnya aku ini sabun colek? Mau aku tendang?!" Fumie sudah emosi. Semua laki-laki itu menyingkir memberikan jalan untuk Fumie.

Aoi tersenyum senang. Fumie sangat pemberani. Bukan berarti dirinya hanya diam saja, tapi ada alasan tertentu untuk tidak terlalu ikut campur.

Akhirnya sampai juga di toilet. Fumie menunggu, sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Fumie memasangkan jepit di rambutnya.

Aoi sudah selesai mengganti roknya.

"Yuk balik ke kelas. Nanti bu Nene bisa marah," ajak Aoi. Fumie mengangguk.

Namun dari arah berlawanan, ada seorang cowok berlari sekuat tenaga agar terhindar dari hukuman bu Dora.

Aoi dan Fumie masih mengobrol tentang kecantikan di dunia model. Tidak menyadari akan ada peristiwa tabrakan. Dan pelakunya cowok itu.

Sampai pada akhirnya...

Bruk!

Aoi terjatuh dan duduk di lantai. Lututnya tergores lantai yang sudah berlubang.

"Aw! Sakit!"

Fumie membantu Aoi berdiri. "Ya ampun Aoi. Kamu tidak apa-apa?" tanya Fumie khawatir.

Aoi menatap tajam cowok penabrak itu.

"Hei! Gara-gara kamu aku jadi terluka!" sungut Aoi emosi.

Ryuji menunduk. "Biarin!" Ryuji kembali berlari sebelum bu Dora menangkapnya.

"Malah kabur!"

"Aoi, ke UKS saja ya? Lukamu itu harus di obati. Nanti bisa infeksi," ucap Fumie memberikan saran.

Aoi menggeleng. "Tidak perlu. Nanti juga sembuh sendiri. Kita ke kelas saja."

Hari ini, Aoi selalu saja sial. Rok kotor, dan di tabrak cowok yang tidak menolongnya sama sekali.

Untungnya bu Nene belum datang. Kelas masih ramai seperti pasar saja.

"Beneran kamu baik-baik aja Aoi?" tanya Fumie sekali lagi.

Aoi tersenyum.

"Aku baik-baik aja kok."

Haruka mengernyit. "Aoi kenapa?"

"Tadi jatuh, di tabrak sama Ryuji. Cowok nakal kelas Ips satu."

"Ryuji? Yang sering melanggar peraturan sekolah itu?" tanya Haruka lagi.

"Gak penting. Nanti juga sembuh. Biasa, luka ringan kok," Aoi berusaha baik-baik saja. Jika Fumie bercerita lebih panjang lagi tentang Ryuji, mungkin sesudah hari Raya selesai.

Bu Nene memasuki kelas. Pelajaran bahasa Inggris.

Dan itu membuat Fumie pusing. Haruka tambah senang. Aoi akan mencatat setiap grammar atau verb yang bu Nene sampaikan.

"Terjemahkan halaman sepuluh sampai sebelas ya. Dan kerjakan soal selanjutnya," bu Nene kembali mengoreksi kumpulan tugas di buku tulis.

Fumie cemberut. "Haruka. Aoi. Nanti aku salin jawaban kalian ya? Please," Fumie menyatukan kedua tangannya.

Haruka mengangguk. "Iya. Tapi kamu diem ya. Jangan mengajak kita gosip. Nanti gak selesai tugasnya."

Fumie mengangguk. Yang penting tugasnya selesai dan bisa santai.

Selama mengerjakan, Haruka bertanya beberapa kali ke Aoi. Keduanya kerja sama mengerjakan bahasa Inggris.

* * *

Hai semoga suka dengan cerita kedua ku ini ya.

Salam literasi

Stay healthy

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku