/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
"Mas, aku hamil!" ucap Queenza pada sang suami, dengan tangan yang bergetar ia menyodorkan sebuah testpack pada suaminya.
Ervan yang tengah asik bermain game mendongakkan kepalanya. Ia menatap Queenza dan juga testpack itu secara bergantian. Ia lalu berdiri dan mendekati Queenza.
PLAAKK!
Ervan menampar keras pipi Queenza sampai Queenza terhuyung dan jatuh ke atas lantai.
Queenza terduduk di lantai sambil memegangi pipinya yang berdenyut. Ia sekuat tenaga menahan tangisnya. Hati Queenza sakit teramat sakit. Karena bukan senyuman bahagia dan pelukan hangat yang ia dapatkan dari sang suami, akan tetapi tamparan keraslah yang ia terima.
"Sial! Kenapa kamu bisa hamil? Kamu itu bodoh atau bagaimana sih! Aku kan sudah beberapa kali bilang, pakai alat kontrasepsi! Kenapa kamu gak nurut? Atau ini memang rencana kamu? Kamu pikir dengan kamu hamil, aku akan mencintai kamu? Jangan mimpi! Sampai kapanpun aku gak akan pernah mencintai kamu. Ngerti!" ucapnya dengan sinis. Ia lalu pergi begitu saja dari kamar itu.
Saat Ervan melewati Queenza yang masih terduduk, bukannya membantu Queenza untuk berdiri ia malah menendang tubuh Queenza agar tak menghalangi jalannya.
"Mas! Kamu mau ke mana? Ini sudah malam!" seru Queenza saat ia melihat suaminya yang hendak membuka pintu.
Ervan menoleh dan tersenyum menyeringai, "Bukan urusanmu aku mau pergi ke mana. Yang perlu kamu urus sekarang adalah janin yang ada di dalam perut sialanmu itu! Lebih baik kau musnahkan bayi itu! Aku gak sudi memiliki keturunan darimu!" ujarnya sarkas sambil pergi melangkah dan membanting pintu dengan keras.
Queenza menangis tersedu-sedu. Ia tidak menyangka kehidupannya akan berubah drastis seperti ini. Ia pikir ia akan hidup bahagia bersama Ervan, walaupun mereka menikah karena terpaksa dan tak saling mencintai, ia pikir mungkin dengan kehadiran bayi ini, Ervan akan berubah. Namun, nyatanya tidak. Ervan masih tak peduli padanya dan menganggap dia hanya hewan peliharaan. Bahkan hewan peliharaan saja masih lebih mulia dibanding dia.
Queenza memegangi perutnya. Ia berjanji tak akan menggugurkan bayi yang kini tengah tumbuh di dalam rahimnya. Ia akan mempertahankan bayi itu bagaimanapun caranya. Apapun yang terjadi, ia akan melindungi bayinya.
Keesokan harinya.
Queenza yang merasa tak enak badan tidak langsung bangun dan masih meringkuk dibalik selimut. Karena pusing dan mual yang ia rasakan membuat ia menjadi lemas dan tak bertenaga.
Beruntungnya Ervan semalam tak pulang jadi Queenza bisa beristirahat sejenak sebelum melakukan aktivitasnya seperti biasa. Namun, ketenangan yang Queenza baru rasakan sejenak, harus sirna kala ia mendengar suara pintu yang dibuka dengan kasar. Ia tau siapa itu, tapi ia enggan untuk bangun karena tubuhnya yang terasa lemas.
Queenza terkejut saat Ervan menarik tangannya dengan kasar dan menyeretnya ke dalam kamar mandi.
Setelah sampai di kamar mandi, Ervan mengisi bathtub dengan air dingin. Saat bathtub itu sudah terisi penuh Ervan menjambak rambut Queenza dan melelepkan kepala Queenza ke dalam bathtub itu. "Bangun sialan! Dasar pemalas."
"A-ampun Mas! Ampun!" Dengan napas yang membu-ru ia berucap saat Ervan melepaskan kepalanya dari air. Ia meraup oksigen sedalam-dalamnya.
Ervan tak berucap apa-apa lagi dan pergi keluar dari kamar mandi begitu saja.
Queenza bergegas mandi dan berganti pakaian, ia tak ingin membuat kesalahan lagi dengan membuat Ervan menunggunya untuk sarapan.
**
Di dapur.
Queenza yang tengah asyik memasak dikejutkan dengan suara seseorang dari arah belakangnya.
"Tumben kamu baru masak jam segini?" tanya orang itu sambil membuka pintu kulkas. Ia lantas membawa sebotol air mineral dari dalam kulkas itu.
"Ah ... i-iya, ta-tadi saya bangunnya kesiangan," ucap Queenza dengan terbata. Ia merasakan gugup dan juga canggung dengan kakak iparnya ini.
"Kenapa kamu selalu gugup seperti ini? Bukannya kita sudah sepakat untuk melupakan kejadian itu," bisiknya tepat di telinga Queenza.
Queenza tersentak dan jantungnya berdetak dengan cepat kala ia mengigat kembali kejadian beberapa minggu yang lalu.
Queenza yang hendak tertidur mengurung niatnya saat seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ia pikir itu Ervan sang suami dan ia pun membiarkannya saja.
Queenza memutuskan untuk menutup kembali matanya. Tapi, ia terkejut saat sebuah tangan kekar melingkar di perutnya dan dengan nakalnya tangan itu bergeliara di dadanya.
Queenza yang tengah membelakangi orang itu pun berpikir, jika itu adalah suaminya dan membiarkannya saja. Ia dengan cepat mematikan lampu tidurnya karena tak ingin sampai sang suami mengamuk karena tak dimatikan lampunya saat mereka akan bercinta.
Ervan memang sering kali marah jika mereka akan melakukan hubungan suami istri dengan lampu yang terang. Dan selalu menginginkan kamar gelap gulita. Karena Ervan selalu berucap tak ingin melihat wajah Queenza yang menji-jikan menurut Ervan.
/0/17161/coverorgin.jpg?v=20240410160058&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=20250120143146&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=20251111135609&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=20250121170959&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=20250121182547&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=20240730192752&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=20250120140919&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=20250122110420&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)
/0/12755/coverorgin.jpg?v=20250122183546&imageMogr2/format/webp)
/0/15253/coverorgin.jpg?v=20250123120626&imageMogr2/format/webp)
/0/21861/coverorgin.jpg?v=0f4e65363e281e89be22227c20075f20&imageMogr2/format/webp)
/0/27610/coverorgin.jpg?v=17f2e21dd63b76cc4d0bfc788cd8d79d&imageMogr2/format/webp)